Penentuan prioritas; 3 Alokasi fasilitas; 4 Agreement dan 5 Kebijakan dan prosedur.
2.1.6. Sistem Informasi Keuangan Daerah SIKD
Pengertian sistem informasi menurut Whitten dan Bentley 1998 adalah suatu rencana, data proses dan geografi yang diintegrasi untuk indiviu yang
membentuk suatu kelompok yang dapat digolongkan ke dalam unit-unit organisasi, seperti depertemendepertemen, bagian dan kelompok kerja. Sistem
informasi akuntansi SIA adalah kumpulan sumberdaya, seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi dan selanjutnya
informasi ini dikomunikasikan kepada beragam pengambil keputusan. Sistem informasi akuntansi pada pemerintah daerah disebut sistem informasi keuangan
daerah SIKD. Informasi memiliki nilai ekonomis jika informasi tersebut dapat mendukung keputusan alokasi sumberdaya sehingga dengan demikian
mendukung sistem untuk mencapai tujuan. Sistem informasi yang bermanfaat dalam pengembilan keputusan
dikatagorikan dalam beberapa dimensi yaitu informasi yang diarahkan pada informasi
keuangan dan non keuangan, informasi untuk kepentingan internal dan eksternal atau informasi masa lalu histories dan masa depan future Antony, 1965.
Disamping itu, terdapat pula ukuran – ukuran penting dalam karakteristik informasi seperti broad scope, timelines, agregat dan informasi terintegrasi
Chenhal dan Moris, 1986;Bowens dan Abernethy, 2000. Karakteristik informasi yang tersedia dalam organisasi akan efektif apabila mendukung kebijakan
pengguna informasi untuk pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku para manajer Milgrom dan Roberts, 1992.
Informasi yang dihasilkan diharapkan dapat merubah perilaku bawahan atau berpengaruh pada tindakan yang dilakukan sehingga kinerja organisasi dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Efektifitas dan efesiensi dalam pengelolaan organisasi diharapkan terjadi pula dalam pengelolaan pemerintah daerah. Peran
sistem informasi akuntansi dalam kaitan dengan penerapan otonomi daerah sudah dan sedang berlangsung saat ini membawa konsekuensi logis berupa
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan berdasarkan manajemen keuangan yang sehat yaitu mengenai tata cara dan pelaksanaan pemerintahan dan
pengelolaan keuangan daerah yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel sesuai dengan Asas Umum Penyelenggaraan Negara yang termuat pada pasal 20
UU No. 32 Tahun 2004. Untuk itu dikeluarkan PP 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan PP 56 Tahun 2005 yang mengatur tentang
Sistem Informasi Keuangan Daerah SIKD. Ketentuan umum PP 562005 memberikan definisi sistem informasi
keuangan daerah adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan data
terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah. Pasal 4 PP No. 562005 menyebutkan informasi keuangan daerah yang harus disampaikan daerah kepada
Pemerintah, meliputi : a APBD dan realisasi APBD Provinsi, Kabupaten, danKota; b neraca daerah; c laporan arus kas; d. catatan atas laporan
keuangan daerah; e. Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan; f.
laporan Keuangan Perusahaan Daerah; dan g data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah.
Doll dan Torkzadeh 1988 mengatakan terdapat 9 sembilan karakteristik yang digunakan untuk menjelaskan sistem informasi keuangan daerah, antara lain
: 1 Informasi sesuai dengan kebutuhan; 2 Informasi sesuai dengan harapan; 3 Informatif; 4 Akurasi informasi; 5 Kepuasan akurasi informasi; 6 Format
laporan yang tepat; 7 Informasi jelas; 8 Informasi tepat waktu dan 9 Kepuasan atas informasi anggaran.
2.1.7. Peranan Manajerial Didalam Pengelolaan Keuangan Daerah