BAB III TINJAUAN UMUM PENGADAAN BARANG JASA
A. Definisi Umum
Pengadaan Barang jasa antara antara perorangan badan hukum dengan peroranganbadan hukum, diatur secara umum dalam KUH Perdata, tetapi tidak
diatur secara khusus. Dalam hal terjadi kesepakatan antara para pihak untuk melakukan pengadaan barang jasa, harus sesuai dengan persyaratan perjanjian
sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Peraturan yang mengatur mengenai pengadaan barang jasa diatur dalam
Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, yang kemudian diganti dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 sebagai
Pengganti atas PP No. 80 Tahun 2003, yang mulai diberlakukan bagi pengadaan barang jasa pemerintah sejak 6 Agustus 2010.
Berdasarkan pada Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, pada Pasal 1 Ayat 1 dinyatakan
bahwa, bahwa “Pengadaan barangjasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barangjasa yang dibiayai dengan APBNAPBD, baik yang dilaksanakan secara
swakelola maupun oleh penyedia barangjasa.” Yang dimaksud dengan dilaksanakan secara swakelola pada bagian
penjelasan Pasal 1 Ayat 1 Keppres No. 80 Tahun 2003 ini adalah : a.
Dilaksanakan sendiri secara langsung oleh instansi penanggung jawab anggaran;
b. Institusi pemerintah penerima kuasa dari penanggung jawab anggaran,
misalnya : perguruan tinggi negeri atau lembaga penelitianilmiah pemerintah;
c. Kelompok masyarakat penerima hibah dari penanggung jawab
anggaran.
48
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pengertian lain dari Tim Sosialisasi Keppres No. 80 Tahun 2003 dinyatakan bahwa, “Kontrak pengadaan barangjasa adalah perikatan antara
pengguna barangjasa dengan penyedia barangjasa dalam pelaksanaan pengadaan barangjasa.”
40
Hal ini tentunya dikaitkan dengan penyusunan dan penetapan APBN dan APBD. APBN dan APBD tersebut merupakan pengeluaran yang akan digunakan
Pengertian Pengguna barangjasa menurut Pasal 1 Ayat 2 Keppres No. 80 Tahun 2003 adalah kepala kantorsatuan kerjapemimpin proyek pemimpin
bagian proyekpengguna anggaran Daerahpejabat yang disamakan sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan
barangjasa dalam lingkungan unit kerjaproyek tertentu; Pengertian Penyedia barangjasa berdasarkan Pasal 1 Ayat 3 Keppres
No. 80 Tahun 2003 tersebut adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang layanan jasa.
Maksud dan tujuan dibentuknya Keppres No. 80 Tahun 2003 tercantum di dalam Pasal 2, bahwa:
“1 Maksud diberlakukannya Keputusan Presiden ini adalah untuk mengatur pelaksanaan pengadaan barangjasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari
APBN APBD. 2 Tujuan diberlakukannya Keputusan Presiden ini adalah agar pelaksanaan
pengadaan barang jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai APBNAPBD dilakukan secara efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adiltidak
diskriminatif, dan akuntabel.”
40
Ikag G. Patriastomo. Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, Keppres Nomor 80 Tahun 2003. Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa
Publik. Jakarta: 2003. hal 2
Universitas Sumatera Utara
untuk membiayai pengadaan barang jasa yang akan disediakan oleh penyedia barang jasa bagi pengguna barang jasa.
41
Pengeluaran tersebut direncanakan dengan mempertimbangkan kemampuan penerimaan, sehingga perlu dilakukan alokasi belanja sesuai dengan
prioritas kebutuhan masyarakat dan ekonomi nasional.
42
Sementara menurut Perpres No. 54 Tahun 2010, tujuan pokok diterbitkannya peraturan ini adalah:
43
a Pengangkatan pejabat perbendaharaan Pejabat Pembuat Komitmen,
Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, Verifikator, Pejabat PemeriksaPenerima Barang, Pejabat Penerbit SPM
diangkat tidak setiap tahun, namun jabatan tersebut berpindah apabila ada rotasi dan mutasi terhadap jabatan bersangkutan revisi
Keppres Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
“1. Mempercepat proses pengadaan, sehingga kontrak-kontrak pengadaan bisa mulai dilaksanakan pada bulan JanuariFebruari Awal Tahun Fiskal yang
sedang berjalan. Diharapkan apabila pelaksanaan pekerjaan sudah dimulai pada bulan JanuariFebruari, maka penyerapan APBNAPBD tidak menumpuk
diserap pada triwulan keempat, namun sejak triwulan pertama sudah diserap dengan baik. Usaha untuk mempercepat ini antara lain dilakukan dengan :
b Pembentukan Unit Layanan Pengadaan ULP secara permanent.
c Penyediaan biaya untuk melakukan proses pengadaan mendahului
berlakunya dokumen anggaran, dan kontrak baru ditandatangani pada waktu Dokumen Anggaran telah berlaku syah disebutkan
dalam pasal Perpres Nomor 54 Tahun 2010.
2. Akselerasi Penggunaan e-Procurement, Mulai tahun 2011, dan diwajibkan mandatory pada tahun 2012, seluruh KLDI mempergunakan sistem e-
Procurement; Ini adalah effort untuk mewujudkan pasar yang terintegrasi secara nasional, untuk mencapai efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas yang
lebih tinggi; Untuk itu dilakukan pula revisi Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Jasa Konstruksi.
3. Penyederhanaan aturan, diperkenalkan Lelang Sederhana, serta Pengadaan Langsung untuk barangjasa yang sudah memiliki price list dikenal luas Harga
mobil GSO, sewa hotel dan kantor.
41
Tim Sosialisasi Keppres 8003. Aspek Hukum Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. BJ. 2003. Jakarta. Hal 3.
42
Heru Subiyantoro dan Singgih Riphat. 2004. Kebijakan Fiskal, pemikiran, konsep dan implementasi. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. hal. 588
43
Http: www.lkpp.go.id. Terakhir diakses tanggal 28 Agustus 2010.
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk pekerjaan yang tergantung dengan cuaca reboisasi, pembenihan, maupun layanan yang harus tersedia sepanjang tahun mulai tanggal 1 Januari
pelayanan perintis udaralaut, pita cukai, konsumsiobat di Rumah Sakit, konsumsi di Lapas, pembuangan sampah, dan cleaning service diperkenalkan
contract multiyears tahun jamak, dan asalkan nilai kontrak tidak lebih dari Rp10 Miliar, persetujuan langsung dilakukan oleh PA masing-masing tidak
lagi minta persetujuan Menteri Keuangan; di luar yang diatas, tetap perlu persetujuan Menteri Keuangan.
5. Swakelola untuk Alutsista, Almatsus, dilakukan oleh industri strategis dalam negeri, untuk mencapai kemandirian;
6. Swakelola untuk riset dan rekayasa dilakukan oleh lembaga riset atau perguruan tinggi, agar dapat diwujudkan produk yang inovatif. Disamping itu
ekonomi kreatif untuk hal-hal yang inovatif berbasis budaya juga difasilitasi dengan sayembara.
7. Keberpihakan pada usaha kecil ditingkatkan dari Rp1 Miliar menjadi Rp2,5 Miliar.
8. Keberpihakan kepada Industri dalam negeri ditingkatkan; dan 9. Diperkenalkan Jaminan Sanggah Banding sebesar 2 per mil dari nilai
kontrak.”
B. Prinsip Dasar Pengadaan Barang Jasa