kebiasaan yang lazim berlaku di dalam golongan tertentu bestending gebruikelijk beding.
31
k. Asas Sistem Terbuka
Asas ini penting diperhatikan dalam suatu perjanjian. Sitem perjanjian yang bersifat terbuka berarti dapat dipertanggungjawabkan dan dipertahankan
terhadap pihak ketiga. Pihak ketiga dapat menuntut bila perjanjian tersebut dianggap merugikan kepentingannya.
l. Asas Kepastian Hukum
Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung unsur kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu, yaitu
sebagai undang-undang bagi para pihak yang terikat dalam perjanjian.
4. Bentuk dan Jenis Perjanjian
Pada dasarnya suatu perjanjian tidak harus dibuat dalam suatu bentuk tetentu, artinya dapat dibuat dalam bentuk tertulis dan dapat juga juga dalam
bentuk yang tidak tertulis. Akan tetapi ada beberapa jenis perjanjian yang oleh undang-undang diharuskan dibuat dalam bentuk tertulis. Misalnya adalah
perjanjian penghibahan yang diatur dalam Pasal 1682 KUH Perdata, perjanjian jual beli tanah yang diatur dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun
1960. Mengenai bentuk perjanjian yang dibuat secara tertulis dapat berbentuk
akta notaris dan akta dibawah tangan. Akta di bawah tangan dapat berupa perjanjian baku Perjanjian standar dan bentuk perjanjian bukan standar.
31
. Mariam Darus Badrulzaman, 1993, Op. Cit, hal 117.
Universitas Sumatera Utara
Khusus untuk perjanjian yang tidak termasuk dalam perjanjian yang diisyaratkan undang-undang untuk dibuat dalam bentuk tertulis, jika dibuat alam
bentuk tertulis akta hanya dimaksudkan untuk memudahkan dalam pembuktian apabila terjadi sengketa di kemudian hari.
Adapun jenis-jenis perjanjian menurut Mariam Darus adalah sebagai berikut :
32
a. Perjanjian Timbal Balik
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak. Misalnya perjanjian jual beli.
b. Perjanjian Cuma-Cuma dan Perjanjian atas Beban
Perjanjian dengan Cuma-Cuma adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak saja. Misalnya hibah. Sedangkan perjanjian atas
beban adalah perjanjian terhadap prestasi dari pihak yang satu dan selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada hubungan hukum.
c. Perjanjian Bernama benoemd, specified dan Perjanjian Tidak Bernama
onvenoemd, unspecified. Perjanjian bernama khusus merupakan perjanjian yang mempunyai nama
sendiri. Maksudnya ialah perjanjian-perjanjian tersebut di atur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi
sehari-hari. Perjanjian bernama terdapat dalam Bab V sampai dengan XVIII KUH Perdata.
Di luar perjanjian bernama tumbuh perjanjian tidak bernama, yaitu perjanjian yan tidak diatur dalam KUH perdata, tetapi terdapat pada masyarakat.
32
. Ibid, hal. 19
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya jumlah perjanjian ini tidak terbatas. Perjanjian ini lahir berdasarkan asas kebebasan mengadakan perjanjian. Salah satu contohnya adalah perjanjian
sewa beli.
d. Perjanjian camuran Contractus sui generis
Perjanjian campuran merupakan perjanjian yang mengandung bebagai unsur perjanjian, misalnya pemilik hotel yang menyewakan kamar sewa
menyewa, tetapi juga menyajikan makanan jual beli dan juga memberikan pelayanan lainnya.
Terhadap perjanjian campuran ini terdapat berbagai paham, yaitu : 1.
Paham pertama mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian khusus diterapkan secara analogis sehingga setiap unsur dari perjanjian khusus
tetap ada contractu sui generis. 2.
Paham kedua mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan yang dipakai adalah ketentuan-ketentuan dari perjanjian-perjanjian yang paling menentukan teori
absorbsi. 3.
Paham ketiga mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan undang-undang yang diterapkan terhadap perjanjian campuran itu adalah ketentuan undang-undang
yang berlaku untuk itu teori kombinasi. e.
Perjanjian Obligator Perjanjian obligatoir adalah perjanjian antara pihak-pihak yang
mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan kepada pihak lain. Dapat dikatakan bahwa perjanjian itu merupakan perjanjian yang menimbulkan
perikatan misalnya perjanjian jual beli benda bergerak.
Universitas Sumatera Utara
Menurut KUH Perdata, perjanjian jual beli saja belum mengakibatkan beralihnya hak milik dari penjual kepada pembeli. Untuk beralihnya hak milik
jual beliseperti itu dinamakan perjanjian obligatoir karena membebankan kewajiban obligatoir kepada para pihak untuk melakukan penyerahan
levering. Penyerahan sendiri merupakan perjanjian kebendaan. f.
Perjanjian Kebendaan Perjanjian kebendaan merupakan perjanjian hak atas benda dialihkan atau
diserahkan kepada pihak lain. g.
Perjanjian Konsensual dan Perjanjian Riil Perjanjian Konsensual adalah perjanjian di antara kedua belah pihak yang
telah tercapainya suatu persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut KUH Perdata, perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya Pasal 1338 KUH Perdata, Perjanjian pinjam pakai Pasal 1740 KUH Perdata. Perjanjianyang
terakhir ini dinamakan juga sebagai perjanjian riil. h.
Perjanjian-perjanjian yang Istimewa sifatnya Jenis perjanjian yang istimewa sifatnya adalah :
1 Perjanjian liberatoir, yaitu perjanjian para pihak yang membebaskan diri dari
kewajiban yang ada, misalnya pembebasan hutang kwijschelding pada Pasal 1438 KUH Perdata.
2 Perjanjian pembuktian, yaitu perjanjian antara para pihak untuk menentukan
pembuktian apakahyang berlaku di antara mereka. 3
Perjanjian untung-untungan, mialnya perjanjian asuransi, Pasal 1774 KUH Perdata.
Universitas Sumatera Utara
4 Perjanjian Publik, yaitu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai
oleh hukum publik karena salah satu pihak bertindak sebagai penguasa pemerintah. Misalnya perjanjian ikatan dinas dan perjanjian pengadaan
barang pemerintah. Anser berpenapat bahwa : “Setiap perjanjian mempunyai bagian inti dan
bagian yang bukan inti”.
33
33
. Mariam Darus Badrulzaman, 1993, Op. cit. hal 24
Bagian inti diebut essensialia dan bagian yang bukan inti terdiri dari naturalia dan aksidentiala. Essensialia adalah bagian-bagian yang harus ada
dalam suatu perjanjian karena bagian ini menentukan atau menyebabkan perjanjian itu tercipta. Seperti persetujuan antara pihak dan objek perjanjian diam-
diam melekat pada perjanjian, akan tetapi hal ini dapat diperjanjikan secara tegas untuk dihapuskan. Misalnya menjamin tidak ada cacat dalam benda yang dijual.
Aksidentialia merupakan sifat yang melekat pada perjanjian yaitu secara tegas diperjanjikan oleh para pihak seperti ketentuan mengenai domisili para pihak.
5. Wanprestasi Dalam Perjanjian