PERJANJIAN KERJASAMA PENGADAAN BUS DITINJAU BERDASARKAN KETENTUAN HUKUM PERDATA
A. Keabsahan Perjanjian Kerjasama Pengadaan Bus
KUH Perdata memberikan keleluasaan bagi para pihak yang mengadakan perjanjian untuk membentuk kesepakatan di luar KUH perdata itu sendiri.
Peraturan ini berlaku untuk semua pihak yang mengadakan kesepakatan, yang tidak bertentangan dengan Undang-undang, norma-norma kesusilaan yang
berlaku. Agar suatu perjanjian kerjasama dapat berlaku dan mengikat bagi mereka
yang mengadakannya maka perjanjian kerjasama tersebut haruslah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh undang-undang. Apabila syarat-syarat itu tidak
dipenuhi maka mengakibatkan perjanjian tersebut dikatakan batal demi hukum atau dapat dimintakan pembatalannya melalui hakim.
Pasal 1319 KUH perdata menentukan bahwa : “Semua persetujuan, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun
yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada bab yang lalu”. Dari ketentuan pasal tersebut jelaslah bahwa apabila tidak terdapat suatu
ketentuan yang mengatur tentang perjanjian yang mempunyai nama khusus, maka terhadap perjanjian tersebut berlakulah ketentuan mengenai perjanjian pada
umumnya sebagaimana yang diatur dalam ketentuan umum mengenai perjanjian. Demikian pula dalam perjanjian kerjasama pengadaan armada kendaraan
bus wisata antara PT. Lingga Jati Al Manshurin dengan P.O. Karona, yang merupakan salah satu bentuk perjanjian umum. Terhadap perjanjian kerjasama ini
juga berlaku ketentuan mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian pada umumnya, 61
Universitas Sumatera Utara
karena tidak terdapat suatu ketentuan yang mengatur tentang syarat-syarat sahnya perjanjian kerjasama secara khusus.
Bentuk perjanjian kerjasama pengadaan bus wisata antara PT. Lingga Jati Al Manshurin dengan P.O. Karona adalah Akta di Bawah tangan tertulis.
Berdasarkan pasal 1867 KUH Perdata, pembuktian dengan tulisan dapat dilakukan dengan akta otentik atau akta di bawah tangan. Terhadap hal demikian
maka para pihak dalam perjanjian kerjasama ini membentuk perjanjian standar yang dibuat dalam bentuk akta di bawah tangan yang berbentuk formulir yang
isinya ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak dalam perjanjian. Hubungan yang terjadi antara perjanjian kerjasama pengadaan armada
kendaraan bus ini terhadap Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 adalah hubungan substansi pokok kontrak yang harus sesuai dan tidak bertentangan
dengan yang diperjanjikan sebelumnya oleh PT. Bonowarindo Jayasakti dengan Pemerintah untuk menyelesaikan suatu tugas pekerjaan yang salah satunya adalah
menyediakan armada bus wisata. Lalu PT. Bonowarindo Jayasakti meminta bantuan kepada PT. LJM melalui Surat Permohonan Nomor : 044 BNW PH II
2008 tanggal 11 Mei 2008 tentang Penambahan Armada Kendaraan. Dalam Hal ini PT. LJM memiliki proyek pengangkutan tersendiri yakni Lingga Trans, tetapi
armada kendaraan bus yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut melebihi ketersediaan bus di PT. LJM sehingga dilakukan lagi kerjasama dengan
P.O. Karona untuk menyediakan beberapa armada kendaraan bus wisata lainnya. Dengan demikian keterkaitan antara perjanjian kerjasama antara PT. LJM
dengan P.O. Karona terhadap perjanjian yang dilakukan oleh PT. Bonowarindo Jayasakti dengan Pemerintah sangat erat, terutama demi tugas pekerjaan utama
Universitas Sumatera Utara
yang harus diselesaikan oleh PT. Bonowarindo melalui bantuan dari PT. LJM dan P.O. Karona.
Bentuk Perjanjian yang terdapat pada surat Perjanjian Kerjasama Pengadaan Bus antara PT. LJM dengan P.O. Karona, sesuai dengan yang
dicantumkan dalam Pasal 30 Ayat 1 Keppres No. 80 Tahun 2003 yaitu, perjanjian tersebut merupakan perjanjian pengadaan barang jasa yang berbentuk
imbalan harga satuan, berdasarkan jangka waktu pelaksanaan tahun jamak, berdasarkan pengguna barang jasa, yakni pengadaan bersama.
Hal ini dapat ditinjau dari berbagai pasal yang turut serta menjadi substansi utama dalam surat perjanjian tersebut, yaitu:
1. Bentuk Imbalan berupa harga satuan
d Pasal 5 tentang Pembiayaan
e Pasal 6 tentang Nilai kontrak
f Pasal 7 tentang Tahap-tahap Pembayaran
Penentuan harga sebagaimana yang ditetapkan sebelumnya pada PT. Bonowarindo Jayasakti, kemudian ditetapkan pada P.O. Karona oleh
PT. LJM sebagaimana berdasarkan anggaran untuk proyek untuk penyediaan bus tersebut, berdasarkan anggaran PT. LJM. Sedangkan
untuk spesifikasi, merupakan kriteria atas objek yang ditetapkan dalam perjanjian yaitu bus sebagaimana yang dipersyaratkan yang harus
disediakan dengan layak untuk digunakan sebagai armada kendaraan wisata.
g Sesuai dengan Pasal 1 Perjanjian Kerjasama Pengadaan Bus, bus
yang digunakan merupakan bus yang ditujukan untuk
Universitas Sumatera Utara
operasionalnya dalam bentuk penugasan dari Pihak Pertama PT. Lingga Jati Al Manshurin kepada Pihak Kedua sesuai permohonan
PT. Boniwarindo Jayasakti Nomor : 044 BNW PH II 2008. Sehingga diperlukan spesifikasi yang memadai untuk melakukan
pekerjaan tersebut, yang disesuaikan dengan harga berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
h Harga biaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
perjanjian kerjasama, yang penentuan tarif busnya dapat ditentukan secara lisan maupun tulisan. Dan penentuan tarif bus ini akan
menjadi bagian dari kewajiban PT. Lingga Jati Al Manshurin sebagai pihak yang memberi penugasan, serta menjadi hak dari P.O.
Karona atas penagihan pembayaran bus. i
Kedua Pihak yang disebut di atas, dalam surat Perjanjian Kerjasama Pengadaan Armada Bus Wisata, menentukan tarif
sebagai berikut: j
Pasal 5 tentang Pembiayaan, bahwa :
k “Biaya pelaksanaan pekerjaan tersebut dalam pasal 1 dibebankan
pada Anggaran PT. LJM Lingga Jati AL Manshurin Tahun Anggaran 2008-2010 ;
l 5.1. Surat Pengesahan DIP Nomor
: 004 L -- 2008 tgl 1 1 2008
m 5.2. Mata Anggaran
: 20.1.05.111120.50.01.01 n
5.3. Nama Proyek : Lingga Trans”
o Pasal 6 tentang Nilai Kontrak, bahwa :
Universitas Sumatera Utara
p 6.1. Nilai Kontrak pekerjaan tersebut dalam pasal 1 adalah sebesar
Rp. 864.000.000,00 delapan ratus enam puluh empat juta rupiah yang dibayarkan setiap bulan selama 2 dua tahun, sesuai unit bus
yang dapat digunakan. Adapun nilai satuan untuk tiap unit bus adalah Rp. 12.000.000,00 dua belas juta rupiah
q 6.2. Bea materai dan lain-lain yang timbul akibat berlakunya Surat
Perjanjian ini dibebankan kepada Pihak Pertama; r
6.3. Nilai kontrak tersebut di atas merupakan harga tetap fixed price kecuali apabila ada perubahan dan atau penyimpangan yang
dinyatakan secara tertulis dari Pemimpin Proyek Lingga Trans seperti di atur dalam Pasal 9, serta apabila terjadi keadaan kahar
sepertu yang diatur dalam pasal 10 yang dapat menyebabkan berubahnya nilai kontrak tersebut;
s Sedangkan tata cara pembayaran yang dilakukan oleh para pihak
berdasarkan pada Surat Perjanjian Kerja Sama Pengadaan Bus
Wisata, ditentukan dalam Pasal 7 tentang Tahap-tahap Pembayaran,
bahwa: t
7.1. Pembayaran dilakukan melalui cek giro Pihak I ke rekening Pihak II
u 7.2. Pembayaran pertama dan selanjutnya ketika penandatanganan
MoU ini adalah sebesar Rp. 12.000.000,00 dua belas juta rupiah v
Pembayaran pertama uang muka ditentukan tidak bertentangan dengan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 33 Keppres no 80
Tahun 2003, bahwa:
Universitas Sumatera Utara
w “1 Uang muka dapat diberikan kepada penyedia barangjasa
sebagai berikut : x
a. Untuk usaha kecil setinggi-tingginya 30 tiga puluh persen dari nilai kontrak;
y b. Untuk usaha selain usaha kecil setinggi-tingginya 20 dua
puluh persen dari nilaikontrak. z
2 Pembayaran prestasi pekerjaan dilakukan dengan sistem sertifikat bulanan atau sistem termin, dengan memperhitungkan
angsuran uang muka dan kewajiban pajak.”
aa bb
Cara pembayaran uang muka sebesar Rp.12.000.000,- dari total Rp.864.000.000,- memenuhi syarat persentase uang muka dari nilai
kontrak pengadaan bus jasa angkutan tersebut. 2.
Jangka waktu pelaksanaan tahun jamak cc
Pasal 8 tentang Jangka Waktu Pelaksanaan dua tahun sejak
ditandatangani surat perjanjian dd
Pasal 9 tentang Pekerjaan Tambah Kurang
3. Pengguna Barang Jasa
ee Tujuan penyediaan bus merupakan untuk armada kendaraan bus
wisata yang disediakan bersama oleh PT. LJM, dan P.O. Karona. Pengguna bus merupakan penumpang yang termasuk dalam bentuk
pengguna barang bersama. ff
Penyediaan bus harus sesuai dengan kriteria yang diperjanjikan antara PT. Bonowarindo Jayasakti dengan pemerintah, sebagaimana
yang kemudian diperjanjikan oleh PT. LJM dengan P.O. Karona. gg
Kriteria bus merupakan spesifikasi yang disepakati oleh para pihak PT. Lingga Jati Al Manshurin dengan P.O. Karona dalam surat
perjanjian berdasarkan pasal 1.2. tentang Tugas Pekerjaan, bahwa :
Universitas Sumatera Utara
hh Pasal 1.2. Tugas yang diberikan oleh Pihak kesatu dan diterima
Pihak Kedua adalah pekerjaan Pengadaan Bus Wisata dengan jenis dan volume pekerjaan sesuai Berita Acara Negosiasi Harga Nomor:
01 Tanggal 16 April 2008, sebagai berikut: ii
1. 44 AC, Mercedes Benz Intercooler…………………… 2 unit
jj 2. 40 A, Mercedes Benz Toilet, Smoking Area…………...
1 unit kk
3. Syarat Kondisi : Mesin diatas tahun 1997,
ll Body tahun 2001, Adputro RS New Armada.
mm TV, VCD, recleaning seat
nn Perawatan rutin tiap bulan, termasuk penggantian ban, ganti oli
AC. oo
Asuransi Kendaraan dan Jiwa. pp
Ganti unit jika bus tidak dapat beroperasi lebih dari 3 tiga hari.
qq Kru wisata menjadi tanggungan PT. Boniwarindo Jayasakti.
Surat Perjanjian Kerjasama Pengadaan Bus Wisata ini, sebagaimana pembuatan perjanjian pada umumnya harus memenuhi 4 empat syarat dasar
sebuah kontrak demi terwujudnya sebuah kontrak yang bisa dilaksanakan, yaitu: a. Kesepakatan
Para pihak harus sepakat untuk memperoleh suatu kontrak yang baru dilaksanakan dan para pihak harus saling menerima kesepakatan. Kesepakatan ini
Universitas Sumatera Utara
mensyaratkan adanya suatu penawaran offer dan penerimaan acceptance dari pihak yang ditawari offeree.
Dalam Perjanjian Kerjasama telah dipenuhi unsure-unsur pokok mengenai kendaraan bus dan pembiayaan pembayaran, antara lain: spesifikasi unit bus dan
harga per unit dalam waktu tertentu, beserta nilai kontrak, serta hal lain yang terkait pada tugas pekerjaan dalam perjanjian tersebut.
b. Pertimbangan Pertimbangan mencakup dukungan atas janji melalui tawar-menawar
berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Pertimbangan merupakan bagian yang sangat sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal
1338 Ayat 1 KUH Perdata, bahwa: “Semua Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya” Perlu diadakan pertimbangan antara kedua belah pihak, yang kemudian
dimasukkan dalam berita acara negosiasi, sebagai mana yang telah dilakukan dan dipertegas dalam Pasal 1 ayat 2 Surat Perjanjian Kerjasama tersebut.
c. Kapasitas Para pihak yang mengadakan perjanjian haruslah memiliki kemampuan
untuk mengadakan kontrak sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu orang telah dewasa dan mampu untuk melakukan perbuatan
hukum. Para pihak yang turut serta menandatangani dalam perjanjian kerjasama
tersebut ialah Jefry Karo-karo, S.H. sebagai Direktur P.O. Karona dan Agung Budi Santoso, SE sebagai Direktur Utama PT. Lingga Jati Al Manshurin,
Universitas Sumatera Utara
sebagaimana mereka memiliki kecakapan dalam kapasitasnya untuk mewakili perusahaan masing-masing.
d. Obyek yang sah Obyek kontrak harus sah dan tidak melawan hukum. Kontrak yang
diadakan oleh P.O. Karona dengan PT. Lingga Jati Al Manshurin diadakan sebagaimana dalam bagian pembukaan, yaitu berdasarkan Surat Permohonan PT.
Bonowarindo Jayasakti Nomor: 044 BNW PH II 2008 tanggal 11 Mei 2008 tentang Penambahan Armada Kendaraan, kepada PT. LJM, yang kemudian
dilakukan kerjasama untuk memenuhi Surat Permohonan tersebut antara PT. LJM dengan P.O. Karona.
Bus harus sesuai dengan tujuan dasar penggunaan bus yaitu sebagai bus wisata, dan saat mengoperasikannya tidak boleh digunakan bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum sebagaimana tertulis dalam Pasal 1337 KUH Perdata, bahwa:
“”Suatu sebab adalah terlarang apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila berlawanan dengankesusilaan yang baik atau ketertiban umum”.
Adapun untuk sahnya suatu perjanjian menurut ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata seperti yang telah diuraikan sebelumnya adalah :
a. Adanya kesepakatan bagi para pihak yang mengikat diri; b. Adanya kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;
c. Suatu hal tertentu; d. Suatu sebab yang halal.
Syarat tersebut merupakan syarat sah umum agar perjanjian kerjasama oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat kedua belah pihak.
Universitas Sumatera Utara
Syarat yang lebih spesifik menyangkut perjanjian adalah syarat sah khusus, yang terdiri dari: syarat akta notaris untuk kontrak-kontrak tertentu; syarat
akta pejabat tertentu yang bukan notaris untuk kontrak-kontrak tertentu; syarat izin dari yang berwenang.
Konstruksi surat perjanjian kerjasama pengadaan bus harus sesuai serta tidak bertentangan dengan konstruksi surat perjanjian pengadaan barang jasa
yang dibuat oleh PT. Bonowarindo Jayasakti dengan Pemerintah. Hal ini dilakukan untuk menyeseuaikan tujuan tugas pekerjaan yang diberikan kepada
PT. Bonowarindo selaku penyedia barang jasa, sekaligus agar sesuai dengan ketentuan Keppres No. 80 Tahun 2003.
Konstruksi perjanjian kerjasama pengadaan bus antara PT. LJM dengan P.O. Karona adalah sebagai berikut:
A Bagian pembukaan :
i Nama perjanjian : Memorandum of Understanding Nomor : SP 007 PIC V 2008 tentang Perjanjian Kerjasama Pengadaan
Armada Kendaraan Bus Wisata : a. Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 1342 KUH Perdata, jika nama
suatu perjanjian adalah jelas maka tidak diperkenankan untuk melakukan penafsiran.
b. Bahwa sesuai dengan kata-kata yang tertera dengan jelas pada nama atau judul perjanjian serta dikaitkan pada bagian isi
perjanjian selanjutnya maka penggunaan nama atau judul perjanjian in casu adalah sudah tepat dan benar.
ii Tempat dan waktu perjanjian : Jakarta, Selasa 24 Juni 2008.
Universitas Sumatera Utara
iii Komparisi : rr
Bahwa para pihak dalam perjanjian telah mencantumkan identitas yang jelas, seperti alamat lengkap, serta kapasitas untuk bertindak
atas suatu badan usaha. ss
Bahwa dalam identitas pihak pertama kesatu dan pihak kedua, telah disebutkan alamat domisili secara lengkap.
tt Bahwa dalam komparisi pihak pertama maupun pihak kedua telah
disebutkan kapasitasnya untuk melakukan perjanjian untuk suatu badan usaha.
iv Pernyataan awal recitals : uu
Bahwa recitals dalam suatu perjanjian memberikan maksud dari diadakannya suatu perjanjian;
vv Bahwa pihak pertama dalam recitalsnya menjelaskan atau
menerangkan bahwa “Penambahan Armada Kendaraan Bus Wisata” yang akan dilaksanakan berdasarkan Surat Permohonan PT.
Boniwarindo Jayasakti Nomor : 044 BNW PH II 2008 tanggal 11 Mei 2008 tentang Penambahan Armada Kendaraan, tanpa
menyebutkan telah disetujuinya surat permohonan tersebut dari PT. Lingga Jati Al Manshurin itu sendiri.
ww Bahwa keterangan yang tidak jelas seperti demikian apabila
ternyata merupakan suatu keterangan palsu maka dapat dipergunakan untuk membatalkan perjanjian atas dasar adanya cacat
kehendak.
Universitas Sumatera Utara
B Isi pasal-pasal dalam perjanjian
i Ketentuan pokok principal provisions : 1 Klausula transaksional
a. Pasal 1; Tugas pekerjaan; b. Pasal 3; Kerja sama;
c. Pasal 4; Surat jaminan pelaksanaan performance bond; d. Pasal 5; Pembiayaan price and payment terms;
e. Pasal 6; Nilai kontrak; f. Pasal 7; Tahap-tahap pembayaran;
2 Klausula spesifik a. Pasal 8; Jangka waktu pelaksanaan operasional time;
b. Pasal 9; Pekerjaan tambah kurang; c. Pasal 10; Keadaan Kahar;
d. Pasal 11; Keselamatan tenaga kerja; 3 Klausula Antisipatif
a. Pasal 12; Memutuskan kontrak sepihak termination of agreement;
b. Pasal 13; Denda; c. Pasal 14; Perselisihan;
d. Pasal 15; Domisili hukum settlement of disputes;
ii Ketentuan penunjang suplementary provisions: 1 Conditions precendent :
Pasal 2; Pelaksanaan berdasarkan referensi pokok
Universitas Sumatera Utara
2 Affirmative covenant : Pasal 16; Lain-lainnya, mengenai tanggungjawab perbaikan
dan pertanggungjawaban biayanya. 3 Negative covenant :
Milik eksklusif exclusivity; berdasarkan bentuk kepala surat serta catatan nota tiap lembaran perjanjian MoU.
C. Bagian penutup
Pasal 17; Penutup 17.1. “Kontrak ini dianggap sah setelah ditandatangani oleh kedua
belah pihak.” 17.2. “Kontrak ini beserta lampiran-lampirannya tidak dapat dipisah-
pisahkan, dibuat dalam rangkap 2 dua, masing-masing dibubuhi materai Rp. 6.000,00 enam ribu rupiah dengan bunyi dan mempunyai kekuatan hukum yang
sama.” Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak M. L. P.
Sigalingging, S.E. dari P.O. Karona, selaku kepala divisi, pada tanggal 16 Juli 2010 mengenai keabsahan perjanjian pengadaan bus yaitu:
xx Kesepakatan dalam perjanjian tersebut pernah dinegosiasikan
sebelumnya, bahkan sampai pada cara pemutusan kontrak, tetapi lebih difokuskan pada jenis dan volume bus.
yy Berdasarkan isi surat perjanjian, tercantum tanggal negosiasi 16
April 2008, sebelum menandatangani perjanjian, para pihak harus mempersiapkan bus yang di negosiasikan sesuai dengan jenis dan volume
Universitas Sumatera Utara
yang diinginkan, serta masih berlanjut pada negosiasi harga mengingat pada saat itu terjadi krisis harga mata uang pada tahun 2008. Lalu
perjanjian ditandatangani pada tanggal 24 Juni 2008. zz
Dalam surat perjanjian tersebut tidak terdapat saksi-saksi yang turut serta menanda tangani perjanjian, hal tersebut tidak menjadi masalah
pokok bagi para pihak, baik PT. LJM maupun P.O. Karona, karena dalam berita acara negosiasi tanggal 16 April 2008 telah dicantumkan tanda
tangan para saksi serta perwakilan dari para pihak. Dengan kata lain, perjanjian tersebut hanya penegasan atas negosiasi yang dilakukan oleh
para pihak sebelumnya. aaa
Dalam Pasal 3 dinyatakan bahwa Pihak P.O. Karona harus menjaga nama baik serta melaksanakan pekerjaan atas nama Pihak Pertama, karena
P.O. Karona merupakan usaha pengangkutan yang diberi tugas oleh PT. LJM, berdasarkan permohonan dari PT. Boniwarindo kepada PT. LJM.
Hal ini tampak dari negosiasi tanggal 16 April, sedangkan permohonan PT. Boniwarindo tanggal 11 Mei, lalu penandatanganan perjanjian tanggal
24 Juni, jadi saat negosiasi, kami telah membahas permohonan lisan atas tugas dari PT. Boniwarindo, lalu setelah negosiasi selesai, PT. LJM
menghubungi PT. Boniwarindo agar mempertegas permohonannya melalui surat permohonan 11 Mei, lalu setelah ada surat permohonan
tersebutlah baru para pihak menandatangani perjanjian. Jadi soal nama baik pasal 3 tersebut merupakan bentuk keseriusan dari para pihak dalam
melaksanakan tugasnya.
Universitas Sumatera Utara
bbb Dalam hal penyediaan bus, sebenarnya di dalam surat perjanjian
seolah-olah bus dari Medan, karena alamat Pihak P.O. Almasar di Medan, tetapi bus Karona banyak tersedia di daerah Lampung, sehingga
penyediaan bus semakin mudah ke Jakarta. ccc
Maksud pembiayaan pelaksanaan pekerjaan dalam Pasal 5 merupakan kekurangan proyek pengangkutan yang dimiliki oleh PT. LJM
yang bernama Lingga Trans, yang kemudian meminta bantuan ke P.O. karona untuk menambah unit bus, agar dapat memenuhi permohonan PT.
Boniwarindo sehingga sebgaimana biaya pelaksanaan bus untuk bus mereka yang telah ada sebelumnya, kemudian disetarakan jugalah biaya
pelaksanaan untuk pelaksanaan pekerjaan bagi bus dari P.O. Karona. Berdasarkan wawancara tersebut, terdapat kesepakatan para pihak dalam
perjanjian, pertimbangan melalui negosiasi tanggal 16 April 2008, serta kapasitas para pihak dalam perjanjian dalam melaksanakan perjanjian, dan obyek bus yang
sah menurut Pasal 1320 KUH Perdata dan sesuai dengan yang diperjanjikan.
B. Risiko Pada Saat Perjanjian Kerjasama Pengadaan Bus dilaksanakan