Untuk sistem kontrak harga satuan, pekerjaan tambah kurang dimungkinkan berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang
diperlukan. Pertimbangan untuk memilih dengan cara ini adalah karena untuk keakuratan pengukuran volume pekerjaan yang tinggi diperlukan survei dan
penelitian yang sangat mendalam, detail dan sampel yang banyak, waktu yang lama sehingga biaya sangat besar, padahal pengukuran juga lebih mudah dalam
pelaksanaan, dipihak lain pekerjaan sangat mendesak dan harus segera dilaksanakan, sehingga untuk pekerjaan yang sifat kondisinya seperti hal tersebut
tidak tepat bila digunakan kontrak dengan Sistem Lump Sum.
Sistem kontrak terima jadi, ini lebih tepat digunakan untuk membeli suatu barang atau industri jadi yang hanya diperlukan sekali saja, dan tidak
mengutamakan kepentingan untuk alih transfer teknologi selanjutnya.
Untuk sistem kontrak tahun jamak perlu diperhatikan bahwa ketentuan mengenai eskalasi dan perhitungan rumus eskalasi ditetapkan oleh kepala
kantorsatuan kerjapimpinan proyekpimpinan bagian proyek dan dimasukan dalam dokumen pengadaankontrak.
E. Hak dan Tanggung Jawab Para Pihak
Berdasarkan pada Pasal 32 Keppres No. 80 Tahun 2010, hak dan tnggung jawab para pihak yang menandatangani kontrak pengadaan barang jasa adalah:
1
“Setelah penandatanganan kontrak, pengguna barangjasa segera melakukan pemeriksaan lapangan bersama-sama dengan penyedia barangjasa dan
membuat berita acara keadaan lapanganserah terima lapangan.
2
Penyedia barangjasa dapat menerima uang muka dari pengguna barangjasa.
Universitas Sumatera Utara
3
Penyedia barangjasa dilarang mengalihkan tanggung jawab seluruh pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain.
4
Penyedia barangjasa dilarang mengalihkan tanggung jawab sebagian pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain dengan cara
dan alasan apapun, kecuali disubkontrakkan kepada penyedia barangjasa spesialis
5
Terhadap pelanggaran atas larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 3, dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam kontrak.”
Bentuk acara serah terima lapangan ditetapkan berdasarkan hasil berita acara peninjauan lapangan yang dilakukan pada saat peninjauan lapangan.
F. Penghentian dan Pemutusan Kontrak
Penghentian kerjasama pengadaan barang diatur sebagaimana yang
ditetapkan dalam Pasal 35 Keppres No. 80 Tahun 2003 bahwa:
1
“Penghentian kontrak dilakukan bilamana terjadi hal-hal di luar kekuasaan para pihak untuk melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam kontrak,
yang disebabkan oleh timbulnya perang, pemberontakan, perang saudara, sepanjang kejadian-kejadian tersebut berkaitan dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, kekacauan dan huru hara serta bencana alam yang dinyatakan resmi oleh pemerintah, atau keadaan yang ditetapkan dalam
kontrak.
2
Pemutusan kontrak dapat dilakukan bilamana para pihak cidera janji danatau tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur di
dalam kontrak.
3 Pemutusan kontrak yang disebabkan oleh kelalaian penyedia barangjasa dikenakan sanksi sesuai yang ditetapkan dalam kontrak berupa :
a. jaminan pelaksanaan menjadi milik negara; b. sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia barangjasa;
c. membayar denda dan ganti rugi kepada negara; d. pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu tertentu.
4 Pengguna barangjasa dapat memutuskan kontrak secara sepihak apabila denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia
barangjasa sudah melampaui besarnya jaminan pelaksanaan;
Universitas Sumatera Utara
5 Pemutusan kontrak yang disebabkan oleh kesalahan pengguna barangjasa, dikenakan sanksi berupa kewajiban mengganti kerugian yang menimpa
penyedia barangjasa sesuai yang ditetapkan dalam kontrak dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6 Kontrak batal demi hukum apabila isi kontrak melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
7 Kontrak dibatalkan apabila para pihak terbukti melakukan KKN, kecurangan, dan pemalsuan dalam proses pengadaan maupun pelaksanaan kontrak. “
G. Penyelesaian Perselisihan