2.3 Diagnosa Stroke
Junaidi 2006 menyatakan bahwa diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat
membantu dalam menentukan lokasi kerusakan otak. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan harus diusahakan tidak memakan waktu terlalu lama, demi meminimalkan
hilangnya waktu emas antara onset dan dimulainya terapi. Menurut Junaidi 2006, gambaran klinis yang dapat digunakan untuk
menentukan jenis stroke.
Tabel 2.1 Diagnosis Stroke
Jenis Stroke Nyeri Kepala
Gangguan Kesadaran
Defisit Fokal Kelainan
Kelumpuhan Stroke Iskemik
Stroke Perdarahan PIS
Stroke Perdarahan PSA
Ringantidak ada Berat
Berat Ringantidak ada
Berat
Sedang Berat
Berat
Ringantidak ada
Keterangan: PIS=Perdarahan intraserebral;PSA=Perdarahan subarachnoid. Gejala pada penderita stroke iskemik memiliki kemiripan dengan gejala
penyakit lain, sehingga perlu dipertimbangkan beberapa penyakit yang memiliki gejala yang mirip dengan stroke akut. Junaidi 2006 menyatakan, diagnosa banding
untuk penyakit stroke antara lain: a. Trauma kepala atau leher
b. Meningitisensefalitis infeksi otak dan selaputnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Ensefalopati hipertensigangguan otak karena hipertensi d. Massa intrakranial: tumor, hematomdarah di otak
e. Serangan kejang dengan gangguan saraf yang bersifat sementara paralisis Todd’s
f. Migraine dengan gangguan saraf sementara g. Gangguan metabolik: hiperglikemia, hipoglikemia, iskemia pasca-henti jantung,
keracunan bahan beracun, gangguan endokrin myxedema, uremia h. Gangguan psikiatrikkejiwaan
i. Syok disertai hipoperfusi susunan saraf pusat
2.4 Pemeriksaan Stroke
Junaidi 2006 pernah mengungkapkan, dalam mengobati pasien stroke perlu diperhatikan proses atau tahapannya, sehingga pengobatan tepat sasaran. Beberapa
fase pengobatan pada penyakit stroke antara lain: 1. Fase akut: umumnya berlangsung antara 4-7 hari. Sasaran pada fase ini adalah
pasien selamat. 2. Fase pemulihan: setelah fase akut berlalu, selanjutnya adalah fase pemulihan
yang berlangsung sekitar 2-4 minggu. Sasarannya adalah pasien belajar lagi keterampilan motorik yang terganggu dan belajar penyesuaian baru untuk
mengimbangi keterbatasan yang terjadi. 3. Rehabilitasi: sasarannya adalah melanjutkan proses pemulihan untuk mencapai
perbaikan kemampuan fisik, mental, sosial dan kemampuan bicara. 4. Fase ke kehidupan sehari-hari: setelah fase akut dilewati, maka terapi
pencegahan untuk menghindari terulangnya stroke akut tetap dilakukan. Pasien
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
biasanya dianjurkan untuk melakukan kontrol tensi secara rutin dan mengendalikan kadar gula darah.
Penyakit stroke tidak selalu bisa diprediksi, diperlukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan bahwa pasien benar-benar menderita stroke. Menurut Junaidi
2011, terdapat beberapa langkah pemeriksaan yang akan dilakukan tim medis yaitu sebagai berikut:
a. Pencitraan CT-scan Computerized Tomography Scanning: pasien dimasukkan ke dalam suatu tabung besar untuk dipotret pada bagian otak yang
terserangrusak. b. MRI Magnetic Resonance Imaging: jika pada pemindaian CT-scan tidak
menunjukkan adanya sumbatan atau kerusakan, akan dilakukan pemotretan dengan MRI atau pencitraan getaran magnetis, atau dengan PET positron
Emission Tomography, yang mampu mendeteksi kelainan yang lebih detail. Tes- tes tersebut biasanya segera dilakukan karena dalam sebulan tanda otak yang
terserang akan hilang. c. DWI Difussion Weighted Imaging: mendeteksi gerakan proton dari molekul air
dalam sel-sel otak, yaitu dengan memanfaatkan Brownian movement molekul air. Cara ini bisa mendeteksi iskemia otak fokal dalam waktu 14 menit pada
stroke eksperimen dan dalam waktu kurang dari 2 jam pada manusia. d. MRS Magnetic Resonance Spectroscopy: berguna dalam pengobatan pasien
dengan stroke iskemik akut dan dapat menentukan keadaan reperfusi dengan cepat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
e. Doppler: mampu melihat progresi penyempitan atau vasospasme arteri pensuplai darah ke otak, intra maupun ekstrakranial.
f. PET Photon Emission Tomography: untuk mengukur dan membedakan daerah iskemik yang masih reversible.
g. ECGEKG: menunjukkan grafik detak jantung untuk mendeteksi penyakit jantung yang mungkin mendasari serangan stroke serta tekanan darah tinggi.
h. EEG: aktivitas listrik otak pasien akan dimonitor dengan menggunakan Electroencephalogram EEG, yang dapat menemukan epilepsi atau kelainan
listrik lainnya. i. Tes darah: tes darah akan dilakukan secara rutin untuk beberapa alasan yaitu ada
kemungkinan penyebab stroke adalah kelainan darah seperti anemia, leukemia dan polisitemia terlalu banyak sel darah merah, darah jadi kental, atau
kekurangan vitamin. Tes darah juga dapat mengetahui masalah darah yang menghalangi pemulihan seperti penyakit ginjal, hati, diabetes, infeksi, atau
dehidrasi kekurangan cairan. j. Angiogram atau arteriogram: yaitu sinar rontgen X terhadap arteri, dengan
memasukkan cairan kontras ke dalam arteri. Tindakan ini dapat menimbulkan komplikasi, sehingga sebagai gantinya dilakukan angiografi, suatu tindakan non-
invasive berupa penyelidikan ultrasonik pada arteri karotis; yaitu pembuluh nadi besar di leher yang memasok darah ke otak.
k. Tindakan lainnya yang mungkin dilakukan yaitu pemotretan sinar rontgen X dada atau tengkorak.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5 Pencegahan Stroke