Hasil Wawancara PENYAJIAN DATA

Adapun kendala dan halangan dalam pencapaian kinerja sasaran ketiga indikator tersebut antara lain : 1. Belum terlaksananya penyusunan Peraturan Walikota tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Perencanaan Kota yang diakibatkan terlambatnya turun peraturan perundang-undangan tentang Petunjuk Perencanaan daerah dari Pemerintah pusat. 2. Untuk kedua indikator sasaran tersedianya Renstra dan RPJMD sesuai dengan kaedah dan periode waktu yang ditentukan sesuai dengaan peraturan perundang-undangan disebabkan masih perlu dilakukan penyesuaian dan peraturan terbaru yaitu Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010. e. Peningkatan Kualitas Perencanaan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Budaya. Pada sasaran peningkatan Kualitas Perencanaan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Budaya yang didukung dengan 1 satu indikator sasaran dengan tingkat capaian 100. Tercapainya target indikator sasaran ini didukung dengan terlaksananya pembuatan Masterplan Pengembangan Ekonomi Pembangunan yang telah ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

IV.3 Hasil Wawancara

Berikut ini akan disajikan hasil wawancara dengan sejumlah pegawai pada kantor Bappeda Kota Bukittinggi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi informannya adalah di kantor Bappeda Kota Bukittingi : 1. Kepala Bappeda, 2. Kepala bidang perencanaan dan statistik, 3. Kepala bidang penanaman modal, 4. Kepala bidang litbang dan kerja sama. Untuk mengetahui pemahaman aparatur Bappeda tentang pembangunan ekonomi, maka penulis mengajukan pertanyaan kepada informan dalam penelitian ini. Adapun pertanyaannya yaitu mengenai pengertian pembangunan ekonomi. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengrtan Kabid Perencanaan dan Statistik, Albertiusman, S.Si. M.Si beliau mengatakan : “Pembangunan ekonomi dapat didefenisikan bahwa adanya peningkatan pendapatan nasional yang nyata dalam suatu jangka waktu yang panjang dan diikuti dengan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan adanya pemenuhan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.” Kemudian hal yang sama juga disampaikan oleh Kabid Penanaman Modal, Ir. Nelyati, M.Si beliau mengatakan bahwa: “Pembangunan ekonomi adalah merupakan suatu kondisi adanya peningkatan dan pembangunan ekonomi kota dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat, serta peningkatan kemakmuran masyarakat melalui kebijakan- kebijakan pemerintah.” Nasril, SE sebagai Kabid Litbang dan Kerja Sama juga memberikan pengertian mengenai pembangunan ekonomi, beliau mengatakan bahwa: “Pembangunan Ekonomi adalah suatu proses dalam mengelola atau memanfaatkan sumberdaya yang ada guna meningkatkan kegiatan perekonomian pertumbuhan ekonomi”. Kemudian Kepala Bappeda , H. Yunizar , SE juga mengatakan bahwa: “Pembangunan ekonomi adalah suatu kondisi dimana terjadinya pertumbuhan dari setiap sistem pemerintahan, baik dari segi penerimaan kota, pendapatan perkapita masyarakat, pengurangan tingkat pengangguran, adanya pembangunan infrastuktur dan fasilitas kota secara berkelanjutan, dan semua hal tersebut akan menuju kesejahteraan masyarakat”. Dari jawaban informan didapat bahwa pengertian pembangunan ekonomi ada 4 yaitu: 1. Peningkatan pendapatan nasional nyata dalam suatu jangka waktu yang panjang. 2. Berkaitan dengan kenaikan pendapatan perkapita dalam jangka waktu panjang. 3. Adanya kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan dalm pencapaian kemakmuran masyarakat. 4. Berkurangnya tingkat pengangguran dan tersedianya lapangan pekerjaan yang luas bagi angkatan kerja. Dari pengertian pembangunan ekonomi diatas maka tidak jauh berbeda dengan pengertian pembangunan ekonomi yang ada pada bab I dimana pembangunan ekonomi mempunyai pengertian: 1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus. 2. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita. 3. Kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang. 4. Perbaikan sistem kelembagaan disegala bidang misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya. Selama periode 2008-2010 perkembangan pembangunan ekonomi di Kota Bukittinggi ditandai oleh peningkatan PDRB berdasarkan sektor lapangan usaha atas dasar Harga Berlaku dari 1,74 triliun rupiah pada tahun 2006 menjadi 2,18 triliun rupiah pada tahun 2010, sedangkan atas dasar Harga Konstan dari 918,9 triliun rupiah pada tahun 2006 menjadi 1,02 triliun rupiah pada tahun 2010 TABEL IV.7 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PDRB KOTA BUKITTINGGI ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 MENURUT LAPANGAN USAHA JUTAAN RUPIAH 2008-2010 No LapanganUsaha 2008 2009 2010 1 Pertanian 18.797,50 18.821,59 19.235,87 2 Pertambangan dan Penggalian 60,80 24,66 23,05 3 Industri Pengolahan 98.146,25 100.534,22 105.148,85 4 Listrik,Gas,Air 21.525,46 21.442,02 21.496,67 5 Bangunan 33.961,57 35.452,24 36.698,74 6 Perdagangan, Hotel, Restoran 195.556,50 207.549,34 219.488,09 7 Pengangkutan, Komunikasi 218.972,64 233.020,28 248.375,53 8 Keuangan,Persewan, Jasa Perusahaan 91.404,36 98.019,24 105.477,26 9 Jasa-jasa 240.489,61 254.727,00 272.979,23 Jumlah 918.914,69 969.590,88 272.979,23 Sumber :PDRB Inflasi Kota Bukittinggi 2010 hal33 TABEL IV.8 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PDRB KOTA BUKITTINGGI ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA JUTAAN RUPIAH 2008-2010 No LapanganUsaha 2008 2009 2010 1 Pertanian 41,855,74 43.538,32 53.189,64 2 Pertambangan dan Penggalian 157,63 69,92 66,81 3 Industri Pengolahan 178.828,08 191.398,53 218.446,49 4 Listrik,Gas,Air 44.371,86 45.321,23 45.947,30 5 Bangunan 76.504,09 85.326,69 98.546,18 6 Perdagangan, 370.972,14 419.910,81 488.738,44 Hotel, Restoran 7 Pengangkutan, Komunikasi 395.700,42 434.592,20 480.603,36 8 Keuangan,Persewa n, Jasa Perusahaan 201.920,50 229.212,32 258.739,40 9 Jasa-jasa 422.337,30 468.771,02 537.479,90 Jumlah 1.732.647,76 1.918.051,04 2.181.757,52 Sumber : PDRB Inflasi Kota Bukittinggi 2010 hal 38 Salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu wilayah dalan suatu periode tertentu dapat ditunjukkan dengan data Produk Domestik Regional Bruto PDRB, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga berlaku dapat menunjukkan pergeseran serta struktur ekonomi suatu daerah dengan jumlah nilai tambah atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu dengan jumlah nilai tambah atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap tahun tertentu. Harga yang digunakan adalah harga yang terjadi pada tahun 2000. Tujuannya adalah untuk melihat perkembangan PDRB secara riil, yang terlepas dari pengaruh kenaikan harga. Berdasarkan dua data tabel diatas, Tabel 3 menunjukkan Produk Dosmetik Regional Bruto PDRB berdasarkan atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha bahwa sektor yang mengalami peningkatan setiap tahunnya adalah sektor `jasa-jasa, kemudian disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor perdagangan,hotel dan restoran berada di posisi ketiga untuk PDRB yang mengalami kenaikan dalam kurun waktu 3 tahun, begitu juga dengan tabel 4 yang menunjukkan Produk Dosmetik Regional Bruto PDRB berdasarkan atas dasar harga berlaku 3 sektor yang unggul dan mengalami peningkatan setiap tahunnya, yakni jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi dan perdagangan, hotel dan restoran. Untuk menjelaskan bagaimana peranan sektor ekonomi dalam struktur PDRB di Kota Bukittinggi, dapat dilihat dari Tabel IV.9 dibawah ini : Tabel IV.9 Distribusi Peranan Sektor Ekonomi Kota Bukittinggi 2008-2010 No . LapanganUsaha Distribusi Persen 2008 2009 2010 1 Pertanian 2,42 2,27 2,44 2 Pertambangan dan Penggalian 0,01 0,00 0,00 3 Industri Pengolahan 10,32 9,98 10,01 4 Listrik,Gas,Air 2,56 2,36 2,11 5 Bangunan 4.42 4,45 4,52 6 Perdagangan, Hotel, Restoran 21,41 21,89 22,40 7 Pengangkutan, Komunikasi 22,84 22,66 22,03 8 Keuangan,Persewan, Jasa Perusahaan 11,65 11,95 11,86 9 Jasa-jasa 24,38 22,44 24,64 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : PDRB Inflasi Kota Bukittinggi 2010 hal 42 Pada tahun 2010 polanya masih tetap sama dengan tahun 2009, dimana pergeseran struktur yang terjadi tidak terlalau mendasar. Dalam struktur perekonomian Kota Bukittinggi, peran terbesar tetap ditempati oleh lima sektor utama yaitu, sektor Jasa-jasa, sektor angkutan dan komunikasi, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor industri pengolahan. Kontribusi sektor jasa-jasa pada tahun 2010 masih tetap merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan nilai tambah perekonomian Kota Bukittinggi, dimana sektor ini menyumbang sebesar 24,64 persen dari total PDRB, angka ini lebih besar dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 24,44 persen. Besarnya kontribusi sektor Jasa ini disebabkan karena meningkatnya peranan subsektor Pemerintahan Umum dalam pembentukan nilai tambah pada sektor jasa. Tabel IV.10 Pertumbuhan Sektor Dominan 2009-2010 Sumber : PDRB Inflasi Kota Bukittinggi 2010 Selanjutnya penyumbang terbesar kedua dalam pembentukan PDRB Kota Bukittinggi adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, dimana sektor ini memberikan kontribusi sebesar 22,40 persen pada tahun 2010. Angka ini sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2009 sektor ini menyumbang sebesar 21,89 persen. Hal ini disebabkan karena meningkatnya peranan sub sektor perdagangan besar dan eceran dan sub sektor perhotelan dimana pada tahun 2010 masing-masing menyumbang sebesar 18,63 persen dan 2,12 persen, sedangkan pada tahun 2009 menyumbang sebesar 18,15 persen dan 2,05 persen walaupun ada sedikit penuruan kontribusi sub sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 Jasa-jasa Ang.Komunikasi, Perdagangan Lembaga Keuangan 2009 2010 restoranrumah makan yaitu 1,69 persen, tahun 2009 menjadi 1,66 persen tahun 2010. Kemudian sektor angkutan dan komunikasi sebagai penyumbang terbesar ketiga dalam pembentukan PDRB Kota Bukittinggi pada tahun 2010 dimana sumbangannya adalah sebesar 22,03 persen, sedangkan tahun 2009 sumbangan sektor ini hanya sebesar 22,66 persen. Sementara itu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor penyumbang keempat terbesar dalam membentuk nilai tambah PDRB Kota Bukittinggi yaitu sebesar 11,86 persen pada tahun 2010 sedangkan pada tahun 2009 sumbangan sektor ini sebesar 11,95 persen. Pada sektor industri pengolahan, pada tahun 2009 memberikan kontribusi terhadap nilai tambah PDRB Kota Bukittinggi sebesar 10,01 persen atau merupakan penyumbang terbesar kelima dalam pembentukan nilai tambah PDRB Kota Bukittinggi, sedangkan pada tahun 2009 sumbangan sektor ini sebesar 9,98 persen. Terjadinya peningkatan atau menurunnya peranan masing-masing sektor atau subsektor ekonomi yang berperan dalam pembentukan nilai tambah pada PDRB Kota Bukittinggi, antara lain disebabkan karena terjadinya pergeseran dalam struktur perekonomian masyarakat di Kota Bukittinggi. Akibat pengaruh ekonomi global serta seiring dengan perkembangan pembangunan di Kota Bukittinggi sehingga masyarakat mencoba mencari alternatif-alternatif baru yang mungkin bisa dikembangkan, hal seperti ini akan terus berlanjut sesuai dengan tingkat kemampuan serta tradisi masyarakat itu sendiri. Sumbangan sektor-sektor lain dalam pembentukan nilai tambah PDRB Kota Bukittinggi masih dibawah 10 persen. Sumbangan terkecil dalam pembentukan PDRB Kota Bukittinggi diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 0,00 persen dari seluruh total nilai PDRB Kota Bukittinggi. Kemudian disusul oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 2,11 persen, selanjutnya sektor pertanian sebesar 2,44 persen dan sektor bangunankonstruksi sebesar 4,52 persen. Sementara itu PDRB Perkapita Kota Bukittinggi selama tiga tahun terakhir, yaitu sejak tahun 2008 PDRB Perkapita Kota Bukittinggi memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, hal ini tentu disebabkan karena cukup tingginya peningkatan nilai nominal PDRB dan sekaligus relatif rendahnya pertumbuhan penduduk jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan PDRB seperti ditunjukkan pada tabel IV.11, dibawah ini : Tabel IV.11 Pendapatan Perkapita atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008-2010 Uraian Tahun Nilai Nominal Rupiah Kenaikan Persen PDRB Perkapita 2008 2009 2010 16.018.117,74 17.498.390,15 19.641.847,73 16,37 9,24 12,25 PDRN Perkapita 2008 2009 2010 15.072.798,87 16.457.918,61 18.473.924,08 16,42 9,18 12,25 Pendapatan Regional 2008 14.922.075,15 16,45 2009 2010 16.285.441,90 18.279.717,27 9,13 12,24 Sumber : PDRB Inflasi Kota Bukittinggi 2010 hal 66 Pertumbuhan PDRB Perkapita Kota Bukittinggi tahun 2010 mencapai 19,64 juta rupiah atau naik sebesar 12,25 persen dari tahun sebelumnya yaitu setara dengan nominal 2,14 juta rupiah. Akan tetapi setelah dikeluarkan penyusutan dan pajak tak langsung dari total PDRB, maka diperoleh Pendapatan Regional Perkapita sebesar 18,28 juta rupiah pada tahun 2010, naik sebesar 12,24 persen dibandingkan tahun 2009. Tingginya nilai PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita pada beberapa tahun terakhir belum bisa dikatakan berhasil, kalau tidak diikuti peningkatan daya beli masyarakat, karena peningkatan yang cukup tinggi tersebut masih dipengaruhi oleh inflasi. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi, maka penulis menanyakan kepada informan mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi di Kota Bukittinggi. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Kabid Perencanaan Data dan Statistik, Albertiusman, S.Si. M.Si maka diketahui penjelasan sebagai berikut: “Masalah yang dihadapi oleh Bappeda kota Bukittinggi dalam perencanaan pembangunan ekonomi , adalah koordinasi antar SKPD dan Instansi terkait.. Kata koordinasi memang mudah untuk diucapkan, namun sangat sulit dalam mengimplemetasikannya. Bappeda yang mempunyai tugas dalam koordinasi perencanaan pembangunan sangat erat kaitannya dengan SKPD dan Instansi lainnya. Koordinasi dilakukan dalam hal penyediaan datainformasi maupun teknis dalam pelaksanaan program dan kegiatan.” Kabid Penanaman Modal , Ir. Nelyati, M.Si ¸ juga mengatakan bahwa: “Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bukittinggi sekarang ini belum mengakomodir seluruh kepentingan bidang ekonomi. Saat sekarang ini bidang yang menangani bidang ekonomi ditangani oleh Bidang Penanaman Modal, Sedangkan Penanaman Modal itu sendiri hanyalah bahagian kecil dari bidang ekonomi Struktur Bappeda dan PM Kota Bukittinggi; - Kepala - Sekretaris - Bidang Perencanaan - Bidang Pengendalian - Bidang Litbang - Bidang Penanaman Modal.”. Kabid Litbang dan Kerja Sama, Nasril, SE juga memberikan penjelasan bagaimana permasalahan yang dihadapi oleh Bappeda Kota Bukittinggi : “Sumber Daya Aparatur adalah salah satu permasalahan yang dihadapi Bappeda, Ketersediaan Sumber daya Aparatur pada Bappeda dan PM belum mencukupi sesuai dengan kebutuhan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya” Kemudian Kepala Bappeda, H. Yunizar, SE juga mengatakan bahwa : “Sejauh ini yang dihadapai oleh Bappeda Kota Bukittinggi adalah permasalahan koordinasi dengan SKPD lain, sebagai pelaksana teknis atas program dan kegiatan sesuai bidang masing-masing, misalnya data yang kami perlukan cenderung lambat dan ini juga akan membuat pekerjaan Bappeda pun menjadi lambat untuk merancang perencanaan pembangunan yang akan datang”. Perkembangan kota Bukittinggi yang telah dicapai hingga saat ini adalah merupakan bagian dari pembangunan kota Bukittinggi yang berkesinambungan. Perubahan-perubahan dan kondisi lingkungan internal dan eksternal merupakan faktor-faktor yang perlu dipertimbangakan dalam penyusunan strategi pembangunan kota Bukittinggi, khususnya pembangunan ekonomi. Berdasarkan kemajuan yang telah dicapai dalam tahun-tahun sebelumnya, serta berbagai masalah dan tantangan pokok yang harus dipecahkan dan dihadapi tahun 2011. Perencanaan pembangunan Kota Bukittinggi tahun 2011 disusun berdasarkan prioritas pembangunan, merujuk kepada hasil evaluasi tahun 2009, dan target pencapaian kinerja program dan kegiatan tahun 2010. Prioritas pembangunan tersebut dilengkapi dengan agenda pembangunan yang akan dilaksanakan untuk mendukung pencapaian prioritas pembangunan tersebut. Maka prioritas pembangunan Kota Bukittinggi adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan Efektifitas Tata Kelola Pembangunan a. Sinkronnya Perencanaan – Penganggaran dan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan b. Meningkatnya Kapasitas dan Kapabilitas Pelaksana Kegiatan Pembangunan c. Berjalan dengan baik proses monitoring dan evaluasi kegiatan pembangunan d. Berkurangnya Temuan-Temuan Dalam Pemeriksaan 2. Peningkatan Pemerataan Kualitas Pendidikan a. Berkurangnya Disparitas Kualitas Antara Lembaga Pendidikan Formal b. Berkurangnya Disparitas Kualitas antara Lembaga Pendidikan Non Formal c. Berkurangnya Disparitas Kualitas Lembaga Pendidikan Formal Swasta dengan Negeri d. Meningkatnya Kompetensi Lulusan SMK sesuai dengan pasar kerja dan meningkatnya jumlah lulusan SMA diterima di perguruan tinggi favorit. 3. Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Kesehatan a. Lebih baiknya Sinkronisasi pelayanan Kesehatan antar lembaga b. Optimalnya Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Kesehatan c. Meningkatnya Kompetensi SDM di sektor kesehatan d. Meningkatnya kualitas Kesehatan lingkungan e. Menurunnya kasus-kasus penyakit Menular 4. Peningkatan Ketersediaan dan Fungsi Infrastruktur Kota a. Tersedianya Perangkat Hukum sebagai dasar legalitas Pemanfaatan Ruang Untuk Pengembangan Infrastruktur b. Menigkatnya “Coverage” dan Kualitas Pelayanan Air bersih c. Meningkatnya kapasitas dan Fungsi Drainase Kota d. Optimalnya Penangan Sampah dan Limbah sesuai dengan Kaedah Sanitasi Kota Sehat e. Optimalnya penanganan dan Pengelolaan Transportasi dan Perparkiran f. Lebih baiknya Ratio dan kualitas Infrastruktur Ekonomi 5. Peningkatan Efektivitas Mitigasi dan Penganggulan Bencana a. Dimiliki Road Map Penanggulangan Bencana Alam dan Kebakaran b. Teridentifikasi Lokasi Rawan Bencana dan Strategi Untuk Mengatasi atau Penanggulangannya c. Meningkatnya Pemahaman dan Kesadaran masyarakat Untuk menghindari dan menanggulangi Bencana 6. Peningkatan Efektifitas Program Pengentasan Kemiskinan a. Lebih baiknya sinkronisasi Pelaksanaan Program Pengentasan Kemiskinan b. Dimiliki Strategi yang Tepat berdasarkan Sasaran Masyarakat Miskin c. Berkurangnya Jumlah Penduduk Miskin sebesar 30 Selanjutnya, laju pertumbuhan ekonomi yang positif dan stabil juga sangat berpengaruh terhadap stabilitas usaha masyarakat dan juga dapat diandalkan dalam mendukung kemajuan pembangunan bidang-bidang lainnya. Pertumbuhan ekonomi kota Bukittinggi dapat dilakukan melalui: 1. Penguatan kebijakan Pemerintah Kota Bukittinggi dalam menjaga laju inflasi. 2. Penguatan sektor ekonomi Jasa-jasa dan Pengangkutan , Komunikasi dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dengan tetap menjaga pertumbuhan sektor-sektor lainnya sebagai sektor penyangga pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan perusahaan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. 3. Memperkuat peran pemerintah dalam penyediaan lapangan pekerjaan melalui pengelolaan potensi daerah sebagai transit wisata. Untuk mengetahui mekanisme kerja yang dilakukan Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi, maka penulis mengajukan pertanyaan kepada informan tentang mekanisme kerja yang dilakukan oleh Bappeda dalam perencanaaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Bappeda Kota Bukittinggi, H. Yunizar, SE mengatakan bahwa: “Adapun mekanisme kerja yang dilakukan oleh Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi di Kota Bukittinggi adalah sebagai berikut:setiap dinas membuat rencana kerja yang disebut dengan Renja SKPD untuk kemudian diberikan kepada Bappeda untuk dianalisa dan disusun bersama-sama dengan hasil Musrenbang dari kelurahan dan kecamatan, kemudian hasilnya dibawa ke Musrenbang Kota yang nantinya akan disusun dalam RKPD kota Bukittinggi, dalam RKPD tersebutlah berisi tentang pilar-pilar pembangunan dan strategi pencapaiannya, termasuk juga pembangunan ekonomi.” Kabid Perencanaan dan Statistik, Albertiusman, S.Si. M.Si , juga menjelaskan secara rinci bagaimana mekanisme kerja dari Bappeda : “Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki beberapa tahapan, kalau tahunan dinamakan Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD tingkat kota. Ada jua dinamakan Rencakan Kerja SKPD Tahunan, SKPD dan Bappeda membuat rancangan awal. Selain koordinasi SKPD kemudian ada partisipasi masyarakat melalui Musrenbang dari Tingkat Kelurahan, Kecamatan dan Kota, kemudian semua usulan dari bawah bottom – up dan kita cocokkan dengan Perencanaan yang sudah dibuat dari atas melalui koordinasi antara SKPD Top- down barulah dijadikan Rancangan Akhir dari RKPD Kota Bukittinggi, setelah RKPD selesai kita lanjutkan dengan perencanaan berupa produk RKPD masuk pada tahapan perencanaan anggaran, membuat kebijakan umum anggaran berdasarkan RKPD, prioritas kemampuan anggaran sementara, kemudian dijadikan RAPBD, Secara keselurahan Bappeda merancang perencanaan jangka panjang 20 tahunan, 5 Tahunan RPJM, namun RPJM kita seharusnya tahun 2011-2015,setelah disususun , tahapan akhir ada evaluasi dari Gubernur itu baru keluar dan ada sedikit perbaikan.” Jadi dalam hal ini upaya perencanaan pembangunan secara bottom-up melalui forum Musrenbang dan Top-down melalui mekanisme Renja SKPD. Bappeda bertindak sebagai koordinator untuk mengumpulkan dan menganalisa hasil-hasil ataupun Renja SKPD dinasbadan dan hasil pembahasan dari Musrenbang yang kemudian akan dijadikan sebagai Rencana pembangunan untuk jangka waktu 5 tahun. Perencanaan Pembangunan Ekonomi, perlu dahulu diketahui tentang pendekatan dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Pendekatan Penyusunan Perencanaan: 1. Pendekatan Politis 2. Pendekatan Teknokratis 3. Pendekatan Partisipatif 4. Pendekatan Top Down-Bottom Up Penyusunan Perencanaan pembangunan daerah dilakukan dengan pendekatan politis, maksudnya mengakomodir visi dan misi kepala daerah yang terpilih, kemudian teknokratis adalah dilakukan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah. Selanjutnya partisipatif adalah dengan mengikutsertakan seluruh stakeholders, dan Top Down-Bottom Up adalah perencanaan dilakukan menurut jenjang pemerintahan dan diselraskan melalui musrenbang. Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah yang harus dibuat Pemerintah Daerah: 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD 2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 3. Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Alur Kerja Bappeda dalam menyusun Dokumen Perencanaan Pembangunan RKPD secara umum: 1. Penyusunan Rancangan RKPDRenja SKPD 2. Musrenbang Kelurahan 3. Musrenbang Kecamatan 4. Forum SKPD 5. Musrenbang Kota 6. Penyempurnaan Penyusunan RKPDRenja SKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD memuat tentang Rencana Kerja Pemerintah dan Kerangka Pendanaannya. Didalam perencanaan pembangunan ekonomi kota Bukittinggi tidak ada dibentuk suatu komisi khusus perencanaan pembangunan ekonomi, namun setiap bidang pembangunan akan dibicarakan dalam Musrenbang yang didalamnya terdapat para stakeholders kota Bukittinggi yang terdiri dari pemerintah kota Bukittinggi, akademisi, dan juga masyarakat. Pembahasan bidang dalam Musrenbang tersebut dimulai dari Perencanaan Pembangunan bidang Ekonomi, Sosial Budaya, dan Fisik. Untuk mengetahui cara-cara yang dilakukan oleh Bappeda didalam mengumpulkan informasi mengenai pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi, maka penulis mengajukan pertanyaan kepada informan tentang cara-cara yang dilakukan oleh Bappeda didalam mengumpulkan informasi mengenai pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan, maka diketahui penjelasan dari Kabid Perencanaan dan Statistik, Albertiusman, S.Si. M.Si , beliau mengatakan bahwa : “Mengumpulkan informasi pembangunan ekonomi dilakukan melalui, Data sekunder yang bersumber dari BPS diolah menjadi suatu informasi yang dijadikan bahan dalam penyusunan perencanaan dan pengambilan kebijakan.. Informasi yang dihimpun melalui koordinasi dengan SKPD dan Instansi terkait lainnya.. Dan Informasi yang bersumber dari pihak lainnya; masyarakat, swasta dan stekeholders lainnya..” Kemudian, hal yang sama juga disampaikan Kabid Penanaman Modal, Ir Nelyati, M.Si tentang bagaimana Bappeda mengumpulkan informasi dan data mengenai pembangunan ekonomi Kota Bukittinggi: “Secara keseluruhan, kami menerima Surat dari SKPD terkait baik dari program dan kegiatan SKPD tersebut dan bagaimana hasil pencapaiannya serta masalah- masalah yang mereka hadapi, misalnya kalau dalam perekonomian tentu berkoordinasi dengan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas Pengolahan Pasar dan Data-data dari siapa saja yang menanamkan Modal di Kota Bukittinggi juga termasuk untuk mendapatkan informasi perekonomian kota Bukittinggi.” H. Yunizar, SE juga menambahkan bagaimana Bappeda mendapatkan Informasi- informasi mengenai Pembangunan Ekonomi Kota Bukittinggi : “Cara-cara yang dilakukan oleh Bappeda di dalam mengumpulkan informasi mengenai pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi yaitu seperti yang dibicarakan sebelumnya tadi. Pertama melalui forum Musrenbang yang didalamnya terdapat para stakeholders kota Bukittinggi, kemudian melakukan koordinasi dengan dinas atau badan yang saling berhubungan dengan pembangunan ekonomi, dan yang terakhir melalui literatur-literatur yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi.” Beberapa penjelasan tentang masalah yang dihadapi Bappeda, mekanisme kerja serta bagaiman cara mengumpulkan data dan informasi. Penulis juga menanyakan bagaimana Bappeda dalam merumuskan kebijakan teknis bidang perencanaan pembangunan dan penanaman modal di Kota Bukittinggi. Kemudian Kabid Perencanaan dan Statistik, Albertiusman, S.Si. M.Si menjelaskan : “Perumusan kebijakan teknis bidang perencanaan pembangunan dan penanaman modal di Kota Bukittinggi dilakukan dengan : 1. Identifikasi awal dalam perumusan kebijakan Dalam tahapan ini yang dilakukan antara lain adalah mengidentifikasi dasar penyusunan kebijakan, mengevaluasi kebijakan sebelumnya, perumusan tujuan dan maksud penyusunan kebijakan, rencana implementasi, dsb. 2. Telaahan kebijakan atau peraturan perundang-undangan bidang perencanaan pembangunan dan penanaman modal yang lebih tinggi. Ini terkait dengan Undang-undang, PP, Peraturan Menteri dan Kebijakan Nasional dan Propinsi terkait dengan perencanaan pembangunan dan penanaman modal. Hal ini dilakukan karena sistem perencanaan pembangunan nasional merupakan satu kesatuan dalam NKRI dan menghindari pertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. 3. Penyusunan kebijakan dikoordinasikan dengan SKPD dan atau instansi terkait lainnya guna mendapatkan masukan dan kesamaan persepsi dan pandangan dalam kebijakan ini. 4. Kebijakan yang telah disusun disosialisasikan dan diimplementasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dan masih berkaitan dengan pertanyaan tentang perencanaan pembangunan , penulis menanyakan kepada Kabid Perencanaan dan Statistik, bagaimana juga Pengkoordinasian yg dilakukan Bappeda dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah? “Dalam penyusunan perencanan pembangunan daerah dilakukan koordinasi dengan seluruh seluruh instansi pemerintah dan partisipasi pemangku kepentingan. Koordinasi dilakukan baik dengan instansi pemerintah Kota maupun dengan propinsi dan pemerintah pusat. Karena perencanaan yang dibuat harus sinergi dengan perencanaan pembangunan nasional dan propinsi. Koordinasi dengan pemerintah propinsi maupun pusat dilakukan baik secara langsung maupun melalui media perantara lainnya. Sedangkan dengan instansi pemerintah di tingkat kota dilakukan melalui rapat koordinasi yang dilaksanakan oleh Bappeda.” Penulis juga mempertanyakan kepada Kepala Bidang Penanaman Modal Ir Nelyati, M.Si tentang bagaimana tugas Bappeda dalam Pengkoordinasian penyusunan penanaman modal. “Pengkoordinasian dalam bidang penanaman modal yang dilakukan Bappeda dilakukan hanya melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal Propinsi dalam hal pemantauan dan evaluasi penanaman modal. Kemudian pada tingkat Kota koordinasi penanaman modal di lakukan melalui tim koordinasi penanaman modal task force. Karena pada dasarnya penananaman modal yang melekat pada Bappeda mempunyai tugas pokok dalam penyusunan kebijakan penanaman modal dan evaluasi pelaksanaan penanaman modal. Dalam hal pemberian izin, pengawasan penanaman modal dan lainnya tidak dilaksanakan oleh Bappeda.” Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda yang tercantum dalam Peraturan Walikota Bukittinggi Nomor 42 tahun 2009 , bahwa Pembinaan dan pelaksanaan tugas-tugas Bappeda khususnya di bidang perencanaan pembangunan daerah. Kemudian Kepala Bappeda H. Yunizar, SE memberikan pernyataan : “Pembinaan dalam pelaksanaan tugas-tugas Bappeda secara berjenjang dan dilaksanakan baik secara formal maupun informal. Pembinaan yang dilakukan pada bidang perencanaan banyak dilakukan dengan pendekatan emosioalkekeluargaan. Dalam melaksanakan pekerjaan mengedepankan kebersamaan guna setiap orang memahami pekerjaan yang dilaksanakan oleh bidang perencanaan.Pelaksanaan Tugas-tugas Bidang Perencanaan Pembangunan daerah selain dilaksanakan oleh sumberdaya yang ada di bidang perencanaan tetapi juga dilakukan secara bersamatim maksudnya pelaksanaan tugas di bidang perencanaan dibantu support oleh seluruh sumberdaya yang ada di Bappeda.” Sehingga fungsi Bappeda sebagai pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya bertujuan untuk mengakomodir tugas langsung yang diberikan oleh walikota ataupun tugas pokok SKPD lainnya yang ada kaitannya dengan Bappeda. Sebagai contoh, tugas dalam penyusunan anggaran yang merupakan tugas pokok dan fungsi Dinas Pengelola Keuangan Daerah, ketika dalam penyusunan anggaran tersebut melibatkan Bappeda karena kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari perencanaan pembangunan daerah maka itu termasuk dalam fungsi bappeda. Tugas lainnya ini juga tercantum pada SKPD lainnya sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Adapun tujuan ataupun sasaran yang ingin dicapai dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi sesuai dengan hasil wawancara yang diperoleh bahwa ada dua sasaran, yaitu sasaran umum dan juga sasaran khusus. Yang menjadi sasaran umum perencanaan pembangunan ekonomi adalah untuk menciptakan sistem perencanaan pembangunan ekonomi yang terstruktur dan terorganisasi dengan melibatkan seluruh stakeholders kota Bukittinggi menuju pembangunan yang berkelanjutan. Sementara sasaran khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan PDRB kota Bukittinggi; 2. Meningkatkan kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang tersedia; 3. Meningkatkan pendapatan masyarakat secara menyeluruh. 4. Menggali potensi masyarakat untuk dikembangkan demi pencapaian pembangunan. Kemudian penulis menanyakan kembali kepada informan apakah sudah efektifkah pencapaian tujuan ataupun sasaran yang ingin dicapai dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi. Dari jawaban informan diketahui bahwa secara umum tujuan tersebut memang belum efektif tercapai, namun paling tidak mereka sudah berusaha semaksimal mungkin. Untuk mengetahui sistem administrasi yang ada di Bappeda kota Bukittinggi dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi, maka penulis mengajukan pertanyaan yaitu, bagaimanakah sistem administrasi yang ada di Bappeda dalam perencanaan pembanguanan ekonomi di kota Bukittinggi. Dari hasil wawancara yang dilakukan maka diketahui bahwa sistem administrasi yang ada di Bappeda kota Bukittinggi dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi berjalan dengan lancar dimana setiap unit kerja menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan Renja SKPD dan juga Renstra Bappeda kota Bukittinggi yang selama ini adalah sebagai kerangka kerja Bappeda. Jadi administrasinya berjalan dengan sistematis, efisien dan efektif sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selanjutnya dari hasil wawancara yang juga dilakukan mengenai program kegiatan Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi diketahui bahwa ada 12 program dan kegiatan yang akan dilakukan Bappeda sebagai program perencanaan pembangunan ekonomi Kota Bukittinggi untuk 5 tahun kedepan 2011-2015 yaitu: 1. Program Perencanaan Pembangunan Daerah. 2. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan. 3. Program Perencanaan dan Pembngunan Ekonomi. 4. Program Perencanaan Sosial Budaya. 5. Program Perencanaan Pembangunan Daerah Rawan Bencana. 6. Program Perencanaan Pengembangan Kota Menengah dan Besar. 7. Program Kersajama Pembangunan. 8. Program Peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah. 9. Program Pengembangan data informasi statistik daerah. 10. Program Pengembangan data informasi. 11. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi. 12. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi, Bappeda berkoordinasi dengan badan atau dinas lain. Dalam hal ini Bappeda berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan,Pemuda dan Olahraga, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Kebakaran, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika, Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Kantor Kesatuan Kebangsaan Politik dan Perlindungan Masyarakat, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Kantor Kesatuan Polisi dan Pamong Praja, Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Kecamatan Guguk Panjang, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Inspektorat Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan Daerah, Kantor Ketahanan Pangan. Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintahan Kelurahan dan Nagari, Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi, Dinas Pertanian, Dinas Pengelolaan Pasar. Kemudian penulis juga menanyakan mengenai dukungan masyarakat dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi. Kepala Bappeda Kota Bukittinggi, Yunizar, SE mengatakan : “Dukungan masyarakat dalam perencanaan pembangunan ekonomi sangat baik, dimana dukungan tersebut dalam bentuk;Partisipasi dalam Musrenbang, sebagai salah satu tahapan dalam perencanaan pembanguan daerah dan penyampaian datainformasi dalam mendukung penyusunan perencanaan pembangunan.” Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh jawaban bahwa di kota Bukittinggi Bappeda tetap melibatkan masyarakat dalam merencanakan pembangunan kota Bukittinggi. Dalam hal ini masyarakat dilibatkan dalam Musrenbang mulai dari tingkat kelurahan sampai ke tingkat kota dimana penyampaian data atau informasi dalam mendukung penyusunan perencanaan pembangunan yang nantinya usulan program pembangunan ekonomi dirumuskan kedalam kebijakan umum pembangunan kota jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Penulis juga menanyakan mengenai pendidikan yang diberikan oleh Bappeda kepada para pegawai dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Bappeda , Yunizar, SE, beliau mengatakan bahwa: “Untuk meningkatkan kinerja Bappeda kota Bukittinggi maka diadakan pendidikan dan pelatihan. Karena dengan adanya pendidikan dan pelatihan ini maka para pegawai Bappeda akan semakin memahami tugas pokok dan fungsinya dalam perencanaan pembangunan kota Bukittinggi. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan adalah melalui pendidikan peningkatan SDM perencana aparatur di tingkat badan dan juga tersedianya diklat perencanaan pembangunan diklat non gelar di bidang sosial, budaya, fisik, ekonomi yang diselenggarakan oleh Bappenas.” Kabid Perencanaan Data dan Statistik, Albertiusman, S.Si. M.Si juga mengatakan bahwa : “Program Pendidikan dan Pelatihan bagi Sumber Daya Aparatur PNS di Kota Bukittinggi dikelola atau merupakan tugas dari Badan Kepegawaian Daerah BKD Kota Bukittinggi. Hal ini sesuai dengan Perda Kota Bukittinggi Nomor 11 Tahun 2008 yang menyebutkan BKD mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan melaksanakan kebijakan daerah di bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan. Bappeda maupun SKPD lain sifatnya hanya mengusulkanmerekomendasikan perihal pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan dalam menunjang tugas pokok dan fungsi Bappeda.” Selanjutnya Kabid Litbang dan Kerja Sama, Nazril.SE, mengatakan bahwa: “Pendidikan adalah hal penting bagi para pegawai untuk meningkatkan kemampuan para pegawai dalam menentukan dan memahami tupoksinya. Selama ini pendidikan yang didapatkan masih sangat minim sekali, hanya didapatkan dari luar dinas atau badan, karena Bappeda sendiri jarang melakukan dan memberikan pendidikan ataupun pelatihan”. Peranan Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi sangatlah penting karena Bappeda adalah satu-satunya koordinator badan perencanaan pembangunan daerah, dimana Bappeda menjalankan fungsinya sebagai koordinator perencanaan pembangunan daerah antar sektor, regional, dan lembaga yang merumuskan kebijakan teknis dalam lingkup perencanaan pembangunan daerah termasuk dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi dengan menggunakan kerangka pikir perencanaan Bappeda dan juga melibatkan masyarakat dan stakeholder kota Bukittinggi untuk mewujudkan visi misi pembangunan kota Bukittinggi sebagai fasilitas perencanaan pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi tersebut agar tercapai.

BAB V ANALISA DATA

Dalam bab ini akan dianalisa semua data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang sudah disajikan dalam bab terdahulu. Adapun analisa yang dilakukan adalah dengan analisa deskriptif kualitatif dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informan data tersebut sesuai dengan fokus kegiatan penelitian. Dari seluruh data dan informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui studi pustaka, wawancara mendalam depth interview dengan informan, studi dokumentasi maupun catatan-catatan penulis sewaktu melakukan penelitian selama di lapangan, maka dapat diberikan suatu analisa tentang peranan Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi. Dari hasil yang diperoleh ketika ditanyakan Apakah ada suatu komisi perencanaan didalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi maka diketahui jawaban dari informan bahwa tidak ada komisi perencanaan didalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi, akan tetapi ada yang namanya forum musrenbang yang didalamnya terdapat para stakeholders kota Bukittinggi yang terdiri dari pemerintah kota Bukittinggi , akademisi dan masyarakat. Disini dapat dikatakan bahwa perencanaan pembangunan ekonomi dirumuskan dalam Forum Musrenbang yang terdiri dari para stakeholders nya, namun belum adanya forum khusus ataupun komisi yang membahas masalah perencanaan pembangunan ekonomi yang didalamnya terdapat para stakeholders