Untuk mengetahui gambaran bagaimana kondisi perekonomian dan pemahaman aparatur Bappeda tentang pembangunan ekonomi maka penulis
melampirkan beberapa data sekunder untuk menjelaskan keadaan perekonomian Kota Bukittinggi itu sendiri:
IV.1 Deskripsi Kondisi Perekonomian Makro dan Keuangan Daerah Kota Bukittinggi
Kerangka ekonomi makro dan keuangan daerah yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD tahun 2011 ini diharapkan dapat
memberikan gambaran ekonomi makro dan keuangan daerah yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran kinerja
pembangunan daerah. Sasaran kinerja tersebut akan dicapai melalui pelaksanaan berbagai prioritas pembangunan daerah yang diikuti dengan kerangka regulasi
guna mengatasi permasalahan dan menghadapi tantangan tahun 2011.
IV.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah
Menurut angka sementara dari BPS, PDRB Kota Bukittinggi tahun 2009 berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 1.881.187.920.000,- atau naik sebesar
Rp.182.174.340.000,- 10,72 dari tahun 2008 sebesar Rp. 1.699.013.580.000,-. Sementara PDRB per kapita berdasarkan harga berlaku pada tahun yang sama
mencapai Rp 17.449.000,- meningkat sebesar 8,92 dibanding tahun 2008 sebesar Rp 16.020.000,-. Walaupun angka nominal kenaikan ini cukup besar,
namun dari kenaikkan tersebut belum bisa dikatakan terjadi peningkatan kesejahteraan, karena mengingat adanya angka inflasi yang menyebabkan koreksi
negatif terhadap daya beli.
Produktifitas ekonomi secara riil dapat terlihat dari perkembangan nilai PDRB yang dihitung berdasarkan harga konstan tahun 2000, dimana nilai tambah
yang tercipta sebesar Rp. 969.590.880.000,- pada tahun 2009, naik sebesar Rp. 50.666.190.000,- dari tahun 2008 sebesar Rp. 918.888.490.00000,-. Ini berarti,
perekonomian Kota Bukittinggi pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 5,51. Pada tahun 2009 semua sektor kecuali sektor listrik, gas dan air dan
sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang positif, dengan tingkat pertumbuhannya bervariasi mulai dari 0,13 hingga 7,24 .
Untuk sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif 0,13 , dan sektor pertambangan dan penggalian negative -59,44 .
Pada tahun 2009 pertumbuhan tertinggi dan signifikan terjadi pada sektor angkutan komunikasi, sektor perdagangan, hotel restoran serta sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sementara sektor yang lain peningkatannya relatif kecil bahkan ada kecenderungan menurun. Perkembangan
pertumbuhan ini dipengaruhi oleh masih belum stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pelaku ekonomi lebih cenderung menunggu
sampai kondisi stabil dengan tingkat suku bunga Bank yang terjangkau, terutama sekali bagi pengusaha yang mempunyai modal kecil sehingga industri rumah
tangga yang banyak terdapat di Kota Bukittinggi mengalami kesulitan untuk meneruskan usahanya.
Secara umum dapat dikatakan produktivitas ekonomi Kota Bukittinggi terletak pada kelompok sektor tersier yang menjadi tulang punggung perekonomian kota
sebesar 81,15 seperti perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-
jasa, sementara sektor primer dan sekunder masing-masing hanya berkontribusi sebesar 2,28 dan 16,56.Kalau ditinjau dari PDRB Propinsi Sumatera Barat,
maka PDRB Kota Bukittinggi menyumbang 2,47 dari total PDRB Propinsi. Dan dari sisi pertumbuhan, PDRB Kota Bukittinggi mengalami pertumbuhan
tertinggi dari Kabupaten Kota di Propinsi Sumatera Barat. Secara lengkap, beberapa indikator makro ekonomi Kota Bukittinggi adalah seperti table berikut:
Tabel IV.1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kota Bukittinggi
No Indikator
Makro Ekonomi
Realisasi Proyeksi
Tahun 2008 Tahun 2009
Tahun 2010 Tahun 2011
1 PDRB
Harga Berlaku Rp.
Harga Konstan Rp.
1.699.013.580.000 918.888.490.000
1.881.187.920.000 969.590.880.000
1.997.633.450.000 1.029.608.555.472
2.121.286.960.000 1.093.341.325.056
2 Tingkat
pertumbuhan Ekonomi
PDRB Harga Konstan tahun
tertentu
- Pertanian - Pertambangan
- Industri
Pengolahan - Listrik, Gas
dan Air Bersih - Bangunan
- Perdagangan, Hotel dan
restoran - Pengangkutan
dan Komunikasi
- Bank dan Lembaga
6,58
-6,09 -48,49
5,69 5,03
6,05 7,51
7,81
7,38 6,51
0,13 -59,44
2,43 -0,39
4,39 6,13
6,42
7,24 6.19
-2.4 -47.78
4,72 3,59
5,17 6,84
7,38
6,96 6.19
-32,35 -48,93
4,62 3,97
5,37 6,99
7,24
7,14
No Indikator
Makro Ekonomi
Realisasi Proyeksi
Tahun 2008 Tahun 2009
Tahun 2010 Tahun 2011
keuangan - Jasa-jasa
6,16 5,92
6,22 6,14
3 Tingkat Inflasi
- 2,06
6,96 5,7
4 Struktur PDRB
Pendekatan Produksi atau
Sektoral
- Pertanian - Pertambangan
- Industri
Pengolahan - Listrik, Gas
dan Air Bersih - Bangunan
- Perdagangan, Hotel dan
restoran - Pengangkutan
dan Komunikasi
- Bank dan Lembaga
keuangan - Jasa-jasa
2,42 0,01
10,32 2,56
4,41 21,32
22,70 11,73
24,53 2,28
0,00
9,74 2,36
4,46 21,95
22,72 11,98
24,50 2,56
0,01
10,06 2,66
4,39 20,93
23,05 11,72
24,62 2,49
0,01
10,1 2,6
4,41 21,20
22,89 11,76
24,54
5 Jumlah
Penduduk Miskin KK
4.241 3.637
3.142 3.000
6. Berbagai
macam Besaran Rasio dan
perbandingan Perbandingan
- Pajak daerah terhadap
PDRB - Alokasi
Anggaran Pendidikan th.
PDRB 0,51
5,87 1,07
11,54 1,12
11,17 1,13
11,20
No Indikator
Makro Ekonomi
Realisasi Proyeksi
Tahun 2008 Tahun 2009
Tahun 2010 Tahun 2011
- Alokasi Anggaran
Kesehatan thd. PDRB
- Perbandingan Penerimaan
Pemerintah Daerah PAD
dan dana Perimbangan
terhadap PDRB
- Struktur Pembiayaan
Pembangunan Daerah
1,05
11,89
3,60 2,28
13,36
19,15 2,23
12,77
22,28 2,25
13,09
15,01
Sumber: RKPD Tahun 2011 hal.31
IV.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Kota Bukittinggi tahun 2010 dan tahun 2011