Oleh karena itu, Bappeda kota Bukittinggi sebagai lembaga yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi perencanaan pembangunan di daerah
sebagaimana diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup terhadap penyusunan rencana, penetapan
rencana, pengendalian pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan rencana dan dituntut untuk mampu secara optimal dan tetap konsisten membangun sinergisitas
perencanaan pembangunan daerah terutama pembangunan ekonomi guna mengakomodasi berbagai kepentingan pelaku pembangunan serta mampu
merumuskan dokumen yang operasional, informatif, aspiratif, dan sistematis guna mendorong perkembangan ekonomi daerah dan peningkatan taraf hidup
masyarakat kota Bukittinggi. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui
lebih lanjut tentang: “Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Dalam Meningkatkan Pembangunan Ekonomi di Kota
Bukittinggi.”
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan
diatas, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah:
“Bagaimana Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Dalam Meningkatkan Pembangunan Ekonomi di Kota Bukittinggi?”
I.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam perencanaan pembangunan ekonomi di Kota Bukittinggi
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja yang dilakukan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi di Kota Bukittinggi
3. Untuk mengetahui peranan Bappeda dalam perencanaan pembangunan
ekonomi di Kota Bukittinggi.
I.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat disederhanakan secara praktis dan teoritis. Jika menyangkut kebutuhan lembaga tertentu, manfaat tersebut dapat
diajukan secara spesifik pada bagian ini. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Secara subyektif, sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir ilmiah, sistematis, dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori
dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau
sumbangan pemikiran bagi Bappeda dalam pelaksanaan otonomi daerah di Kota Bukittinggi.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara.
I.5 Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena
sosial yang menjadi objek penelitian Singarimbun, 1995: 37. Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian Arikunto, 2002:92.
Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam kerangka teori ini penulis akan mengemukakan teori, gagasan dan pendapat yang akan dijadikan titik tolak
landasan berpikir dalam penelitian ini. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
I.5.1 Teori Desentralisasi
Selama beberapa dekade terakhir terdapat minat yang terus meningkat terhadap desentralisasi diberbagai pemerintahan dunia ketiga. Banyak negara telah
melakukan perubahan struktur organisasi pemerintahan ke arah desentralisasi. Menurut Conyers, minat terhadap desentralisasi ini juga senada dengan
kepentingan yang semakin besar dari berbagai badan pembangunan internasional. Mengenai desenntralisasi, Soenobo Wirjosoegito memberikan definisi
sebagai berikut: “Desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh badan-badan umum
yang lebih tinggi kepada badan-badan umum yang lebih rendah untuk secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri mengambil keputusan
pengaturan dan pemerintahan, serta struktur wewenang yang terjadi dari itu.” dalam Wirjosoegito, 2004:32.
Selanjutnya DWP.Ruiter mengungkapkan bahwa menurut pendapat umum desentralisasi terjadi dalam 2 dua bentuk, yaitu desentralisasi teritorial dan
fungsional, yang dijabarkan sebagai berikut: “Desentralisasi teritorial adalah memberi kepada kelompok yang
mempunyai batas-batas teritorial suatu organisasi tersendiri, dengan demikian memberi kemungkinan suatu kebijakan sendiri dalam sistem keseluruhan
pemerintahan. Sedangkan desentralisasi fungsional adalah memberi kepada suatu kelompok yang terpisah secara fungsional suatu organisasi sendiri , dengan
demikian memberikan kemungkinan akan suatu kebijakan sendiri dalam rangka sistem pemerintahan. Berkaitan dengan desentralisasi teritorial dan fungisional,
C.W. Van Der Pot dalam bukunya yang berjudul Handhoek van Nederlandse Staatrech berpendapat: “Desentralisasi akan didapat apabila kewenangan
mengatur dan mengurus penyelenggaraan pemerintah tidak semata-mata dilakukan oleh pemerintah pusat central government, melainkan juga oleh
kesatuan-kesatuan pemerintah yang lebih rendah yang mandiri zelfanding, bersifat otonomi teritorial dan fungsional. http:www.publik.brawijaya.ac.id
Dengan demikian, sistem desentralisasi mengandung makna pengakuan tertentu kebijaksanaan pemerintah terhadap potensi dan kemampuan daerah
dengan melibatkan wakil-wakil rakyat di daerah dengan menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dan melatih diri menggunakan hak yang
seimbang dengan kewajiban masyarakat yang demokratis. Dan sisi lain, pendapat Robert Reinow juga menjelaskan dalam buku Introduction to Government,
mengatakan bahwa ada 2 dua alasan pokok dari kebijaksanaan membentuk pemerintahan di daerah. Pertama, membangun kebiasaan agar rakyat
memutuskan sendiri sebagian kepentingannya yang berkaitan langsung dengan mereka. Kedua, memberi kesempatan kepada masing-masing komunitas yang
mempunyai tuntutan yang bermacam-macam untuk membuat aturan-aturan dan programnya sendiri.
Menurut Bagir Manan, dasar-dasar hubungan antara pusat dan daerah dalam kerangka desentralisasi ada 4 empat macam, yaitu:
1. Dasar-dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara.
2. Dasar pemeliharaan dan pengembangan prinsip-prinsip pemerintaha
asli 3.
Dasar Kebhinekaan 4.
Dasar negara hukum dalam Manan, 1998:16 I.5.2 Peranan
Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama Poerwadarminta, 1995:735. Peranan
menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekamto 1992:238, Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat,
peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan
tertentu.. Dengan berbagai penjelasan tentang pengertian dari sebuah peran, maka
penjelasan secara sederhana mengenai Teori Peran dapat dikaji terhadap hubungan sosial antar manusia dalam kehidupan sehari-hari yang menerangkan
adanya model dan kualitas dari hubungan antar manusia tersebut dan manusia menduduki fungsi yang bermacam-macam. Dalam hubungan antar manusia
terdapat seorang pemimpin dan bawahan, pemerintah dan masyarakatnya, dan lain sebagainya Teori Peran, terdapat pada www.mail-archive.com, diakses pada 28
Februari 2012. Sehingga menurut Teori Peran dalam kajiannya terhadap hubungan antar
manusia ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario atau peran- peran yang telah disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana
peran setiap orang dalam pergaulannya. Kemudian sama halnya dengan kehidupan perpolitikan antar negara atau
dalam dunia internasional, dapat kita lihat dari Teori Peran yang didasarkan pada analisis politik. Pemikiran John Wahlke, tentang Teori Peran memiliki dua
kemampuan yang berguna bagi analisis politik. Ia membedakan peran berdasarkan pada aktor yang memainkan peranan tersebut, yaitu peran yang dimainkan oleh
aktor politik dan peran oleh suatu badan atau institusi Mohtar,1999:115. Ia menunjukkan bahwa aktor politik umumnya berusaha menyesuaikan tindakannya
dengan norma-norma perilaku yang berlaku dalam peran yang dijalankannya. Sedangkan ia mendeskripsikan peranan institusi secara behavioral, dimana model
teori peran menunjukkan segi-segi perilaku yang membuat suatu kegiatan sebagai institusi. Kerangka berpikir teori peran juga memandang individu sebagai seorang
yang bergantung dan bereaksi terhadap perilaku orang lain. I.5.3 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda
Arah pembangunan yang terencana dengan baik dan dinamis sangat dipengaruhi adanya peran serta masyarakat maupun unsur-unsur dalam
masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini jelas di atur dalam UU Nomor 25 tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menjelaskan bahwa tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintah perangakat daerah dipusat
dan daerah dengan melibatkan masyarakat. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah staf yang bertugas
membantu kepala daerah dalam menentukan kebijaksanaan di bidang perencanaan pembangunan serta memberikan penelitian atas pelaksanaan pembangunan di
daerah.
Berdasarkan Permendagri 572007 tentang Juknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda adalah
sebagai unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan, melaksanakan tugas: 1.
Perumusan kebijakan perencanaan daerah, 2.
Koordinasi penyusunan rencana yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan masing-masing satuan
kerja perangkat daerah. Untuk pencapaian sasaran dengan baik yang nantinya akan menjadi hasil
akhir, maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah harus memiliki tahapan yang harus dilaksanakan. Adapun yang menjadi tahapan Bappeda adalah sebagai
berikut: 1.
Penyusunan rencana a. Penyusunan rancangan rencana pembangunan daerah.
b. Musyawarah perencanaan pembangunan daerah. c. Rancangan akhir rencana pembangunan daerah.
2. Pengendalian pelaksanaan rencana
Pada tahapan ini Kepala Daerah menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing
SKPD sesuai dengan tugas dan kewenangannya. 3.
Evaluasi pelaksanaan rencana a.
Kepala Bappeda menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan SKPD.
b. Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan
daerah untuk periode berikutnya.
I.5.4 Perencanaan Pembangunan Ekonomi
I.5.4.1 Perencanaan
Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian sederhana ini dapat diuraikan
komponen penting dari perencanaan, yakni tujuan apa yang hendak dicapai, kegiatan tindakan-tindakan untuk merealisasi tujuan, dan waktu kapan,
bilamana kegiatan tersebut hendak dilakukan. Dengan demikian suatu perencanaan bisa dipahami sebagai respon reaksi terhadap masa depan Abe,
2005:27. Perencanaan mutlak diperlukan dalam setiap kegiatan, tanpa adanya
perencanaan maka akan terjadi kesimpangsiuran yang pada akhirnya akan menimbulkan berbagai hal negatif dalam menjalankan suatu kegiatan. Sondang P.
Siagian 1980:108 mendefinisikan perencanaan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di
masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Sementara itu perencanaan menurut Tjokroamidjojo 1985:57, adalah merupakan
suatu proses kegiatan usaha yang terus menerus dan menyeluruh dari penyusunan suatu rencana, penyusunan program kegiatan, pelaksanaan serta pengawasan dan
evaluasi pelaksanaannya. Karena pentingnya makna dari suatu perencanaan, maka para ahli administrasi menempatkan perencanaan sebagai fungsi utama dari
administrasi manajemen. Menurut Friedman dalam Tarigan, 2002, Perencanaan adalah cara
berpikir mengatasi permasalahan sosial ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu dimasa depan. Sasaran yang dituju adalah keinginan kolektif dan mengusahakan
keterpaduan dalam kebijakan dan program. Dalam hal ini Friedman melihat perencanaan memerlukan pemikiran yang mendalam dan melibatkan banyak
pihak sehingga hasil yang diperoleh dan cara memperoleh hasil itu dapat diterima oleh masyarakat.
Memang terdapat perbedaan defenisi dari para ahli tentang perncanaan dalam berbagai konteks, namun tidak mengurangi inti dari pengertian
perencanaan itu sendiri. Dari berbagai defenisi tentang perencanaan, Riyadi dalam Arifin, 2008:7 mencoba menjelaskan tentang unsur-unsur yang
terkandung di dalam pengertian perencanaan yaitu: 1.
Adanya asumsi-asumsi yang didasarkan pada fakta-fakta. Ini berarti bahwa perencanaan hendaknya disusun dengan berdasarkan pada asumsi-asumsi
yang didukung dengan fakta-fakta atau bukti-bukti yang ada. Hal ini menjadi penting karena hasil perencanaan merupakan dasar bagi
pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas. 2.
Adanya alternatif-alternatif atau pilihan-pilihan sebagai dasar penentuan kegiatan yang akan dilakukaan. Ini berarti bahwa dalam menyusun
rencana perlu diperhatikan berbagai alternatifpilihan sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Adanya tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini perencanaan merupakan
suatu alatsarana untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan kegiatan. 4.
Bersifat memprediksi sebagai langkah untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
perencanaan.
5. Adanya kebijaksanaan sebagai suatu hasil keputusan yang harus
dilaksanakan. Perencanaan sebenarnya adalah suatu proses yang berkesinambungan dari
waktu ke waktu yang melibatkan semua unsur perencanaan dengan melihat kebijaksanaan dan melihat pembuatan keputusan berdasarkan sumber daya yang
tersusun dan tersedia secara sistematis. Jadi dari pengertian-pengertian di atas penulis merumuskan bahwa perencanaan adalah suatu proses kegiatan dalam
rangka mempersiapkan segala usaha atau upaya secara teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memilih berbagai alternatif
ataupun pilihan yang ada. Dalam membuat perencanaan masih ada tahapan yang harus dilaksanakan.
Setiap perencanaan pada dasarnya dilihat melalui 4 empat tahap Handoko, 1993: 79.
Tahap-tahap tersebut antara lain: 1.
Menetapkan tujuan. Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan-
keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja, tanpa rumusan tujuan yang jelas maka organisasi tidak akan dapat menggunakan sumber-
sumber daya yang dimiliki secara efektif. 2.
Merumuskan keadaan saat ini. Dengan menganalisis keadaan organisasi saat ini, rencana dapat
dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan yang lebih lanjut. Dalam tahap ini dipelukam informasi-informasi mengenai keuangan dan
data statistik yang didapatkan dari organisasi.
3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan.
Segala kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasi untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu
diketahui faktor-faktor intern dan ekstern yang dapat membantu organisasi atau mungkin dapat menimbulkan masalah dalam mencapai tujuan
organisasi. 4.
Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan. Dalam tahap ini proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai
alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan dan alternatif yang dipilih adalah yang terbaik dan yang paling memuaskan diantara alternatif yang
ada.
Proses perencanaan tentunya memiliki berbagai fungsi yang mendasar dalam pelaksanaannya. Robbins dan Coulter dalam Ernie, 2006:97 menjelaskan
bahwa paling tidak ada 4 empat fungsi dari perencanaan, yaitu:
1. Perencanaan sebagai pengarah.
Perencanaan akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara yang lebih terkoordinasi. Organisasi yang tidak menjalankan perencanaan sangat
mungkin untuk mengalami konflik kepentingan, pemborosan sumber daya, dan ketidakberhasilan dalam pencapaian tujuan karena bagian-bagian dari organisasi
bekerja secara sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi yang jelas dan terarah. Perencanaan dalam hal ini memegang fungsi pengarahan dari apa yang harus
dicapai oleh organisasi.
2. Perencanaan sebagai minimalisasi ketidakpastian.
Pada dasarnya segala sesuatu didunia ini akan mengalami perubahan. Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan sering kali
sesuai dengan apa yang kita perkirakan, akan tetapi tidak jarang pula malah diluar perkiraan kita, sehingga menimbulkan ketidakpastian bagi organisasi.
Ketidakpastian inilah yang dicoba diminimalkan melalui kegiatan perencanaan. 3.
Perencanaan sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya. Perencanaan juga berfungsi sebagai minimalisasi pemborosan sumber
daya organisasi yang digunakan. Jika perencanaan dilakukan dengan baik, maka jumlah sumber daya yang diperlukan akan lebih baik dipersiapkan sebelum
kegiatan dijalankan. Dengan demikian, akan bisa diminimalkan sehingga tingkat efisiensi dari organisasi menjadi meningkat.
4. Perencanaan sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas.
Perencaan berfungsi sebagai penetapan dalam pengawasan kualitas yang harus dicapai oleh organisasi dan diawasi pelaksanaannya dalam fungsi
pengawasan manajemen. Dalam perencanaan, organisasi menentukan tujuan dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut
Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang perencanaan yang baik dengan menyebutnya sebagai ciri-ciri, syarat-syarat, dan sebagainya.
Kunarto dalam Arifin, 2008:23 menyebutkan ciri-ciri perencanaan yang baik adalah di dasari dengan tujuan, konsisten dan realistis, pengawasan yang kontinu,
mencakup aspek fisik dan pembiayaan, memahami berbagai ciri hubungan antar variabel ekonomi, mempunyai koordinasi yang baik.
I.5.4.2 Pembangunan
Pembangunan merupakan suatu proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan
ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan Sanusi, 2004:8. Dalam hal ini diharapkan adanya transformasi struktur
perekonomian suatu negara berkembang dari sektor ekonomi pertanian kepada perekonomian industri atau jasa. Hal tersebut menjelaskan bahwa adanya suatu
perubahan dan perpindahan menuju kearah yang lebih baik lagi dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan penghasilan pendapatan negara.
Secara umum pembangunan diartikan sebagai upaya untuk memajukan kehidupan masyarakat dan negaranya. Seringkali kemajuan yang dimaksud
terutama adalah pada kemajuan material, maka pembangunan sering diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat dibidang ekonomi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembangunan adalah sumber daya negara yang dimiliki, kebijaksanaan dan sasaran yang dijalankan pemerintah,
tersedianya modal dan teknologi, dan suasana perdagangan internasional. Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional
yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi nasional, disamping tetap mengejar percepatan
pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakikatnya pembangunan ini harus mencerminkan
perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara menyeluruh tanpa mengabaikan kebutuhan dasar dan keinginan untuk maju
menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik.
I.5.4.3 Perencanaan Pembangunan
Perencanaan dapat dikaitkan dengan konteks pembangunan dimana dalam pembangunan terdapat suatu perencanaan agar sasaran pembangunan tercapai
sehingga dikenal istilah perencanaan pembangunan. Perencanaan adalah kegiatan dari pembangunan yang paling prioritas, karena perencanaan dalam pembangunan
menentukan arah, prioritas dan strategi pembangunan Nugroho, 2003: 67. Menurut Kuncoro 2004 “perencanaan pembangunan merupakan upaya
yang bertujuan untuk memperbaiki sumber daya publik yang tersedia untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dan publik dalam menciptakan nilai sumber
daya swasta dan publik yang bertanggung jawab demi kepentingan pembangunan masyarakat yang menyeluruh”. Pendapat lain yang mendefenisikan perencanaan
pembangunan dikemukakan oleh Soedjono Adipraja 2002 “Perencanaan pembangunan adalah suatu tekhnik atau cara yang akan dilaksanakan untuk
mencapai berbagai tujuan dari sasaran pembangunan yang telah dirumuskan melalui Badan Perencanaan Pembangunan tingkat pusat dan daerah”.
Untuk lebih mengenal dimensi-dimensi dalam konsep perencanaan pembangunan yang memiliki pedoman secara umum dapat dilihat dari dimensi
ciri perencanaan pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo 1985:49 ada 8 delapan poin yang menjadi ciri-ciri atau indikator sebuah perencanaan
pembangunan secara umum yaitu: 1.
Merupakan suatu usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap. Hal ini
dicerminkan dalam usaha peningkatan produksi nasional, berupa
tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang positif,
2. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan
pendapatan perkapita. Ciri ini adalah kelanjutan dari ciri yang pertama. Laju pertumbuhan ekonomi yang positif, yaitu setelah dikurangi
dengan laju pertumbuhan penduduk menunjukkan pula kenaikan
pendapatan perkapita.
3. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Hal ini
disebabkan oleh karena pada umumnya negara-negara baru berkembang struktur ekonominya lebih cenderung kearah agraris,dan
hal ini menyebabkan terdapatnya kelemahan-kelemahan konjungtural. Oleh karena itu diusahakan lebih adanya keseimbangan dalam struktur
ekonomi. 4.
Usaha perluasan kesempatan kerja. Selain untuk mengurangi adanya pengangguran , hal ini juga bertujuan untuk menampung masuknya
golongan usia kerja baru dalam kehidupan ekonomi. 5.
Usaha pemerataan pembangunan distributive justice. Pemerataan ini ditujukan kepada pemerataan pendapatan antara golongan –golongan
dalam masyarakat dan pemerataan pembangunan antara daerah-daerah dalam negara.
6. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih
menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan. 7.
Usaha untuk mengupayakan kemampuan membangun secara bertahap lebih didasarkan kepada kemampuan nasional dalam artian tidak
terlalu menggantungkan terhadap pinjaman luar negeri. 8.
Usaha secara berkelanjutan dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Dari berbagai kajian yang ada, dapat diasumsikan bahwa perencanaan itu merupakan sesuatu yang dinamis sesuai dengan kondisi dan arah yang akan
dicapai. Kedinamisan tersebut dalam proses pembangunan dapat dilihat dari faktor sifat, ruang lingkup dan pelaku perencanaan pembangunan itu sendiri yang
dapat berubah sesuai dengan dinamika pembangunan yang ada maupun yang diciptakan Arifin, 2008: 69.
Pada dasarnya perencanaan pembangunan menjadi kunci keberhasilan suatu pembangunan karena sesungguhnya ini adalah pekerjaan yang sangat rumit
dan membutuhkan analisis kedepan yang cukup baik. Disinilah pembangunan akan menjadi sebuah praktek yang bergulir dari sebuah konsep, teori dan
paradigma. Oleh karena itu pembangunan harus dimanajemeni dengan baik melalui proses perencanaan yang matang.
Dari gambaran diatas dapat memberikan suatu gambaran jelas bahwa sebuah proses pembangunan yang didasari dengan perencanaan akan memiliki
nilai lebih yang menjanjikan dalam pencapaian tujuan dan hasil akhir dari pembangunan yang terencana.
Setiap perencanaan pembangunan pada dasarnya harus mengandung unsur-unsur pokok tertentu yang dijadikan acuan pembangunan, dengan adanya
unsur-unsur pokok tersebut akan lebih memfokuskan arah, tujuan, dan keefektifan dalam pencapaian hasil akhir sebuah perencanaan pembangunan. Ada
beberapa unsur pokok yang menjadi komponen dari perencanaan pembangunan menurut Tjokroamidjojo 1985 yaitu:
a. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan, yang
sering pula disebut tujuan, arah, dan prioritas pembangunan.
b. Adanya kerangka rencana yang menunjukkan hubungan variabel-variabel
pembangunan dan implikasinya. c.
Perkiraan sumber-sumber pembangunan terutama pembiayaan. d.
Adanya kebijaksanaan yang konsisten dan serasi, seperti kebijaksanaan fiskal, moneter, anggaran, harga, sektoral, dan pembangunan daerah.
e. Adanya program investasi yang dilakukan secara sektoral.
f. Adanya administrasi pembangunan yang mendukung perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan. Pembangunan adalah suatu hal yang kompleks, dimana pembangunan
akan mengakibatkan perubahan-perubahan sosial yang cukup besar. Hal tersebut seringkali mengakibatkan adanya frustasi dalam dinamika pelaksanaannya. Oleh
karena itu penting untuk dilakukan sebuah perencanaan pembangunan untuk menghasilkan hasil akhir pembangunan yang terencana. Untuk mencapai hal
tersebut maka dalam perencanaan pembangunan perlu dilakukan tahapan-tahapan. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2004, ada 4 empat tahapan
dalam perencanaan pembangunan, yaitu: 1.
Tahap penyusunan rencana. Tahap ini dilaksanakan untuk dapat menghasilkan rancangan lengkap
suatu rencana yang sudah siap untuk ditetapkan, terdiri dari 4 langkah: a.
Penyiapan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik menyeluruh dan terukur.
b. Masing-masing instansi menyiapkan rancangan rencana kerja dengan
berpedoman pada rencana pembangunan yang telah disiapkan.
c. Melibatkan masyarakat dan menyelaraskan rencana pembangunan
yang dihasilkan masing-masing pemerintah melalui musyawarah perencanaan pembangunan.
d. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
2. Tahap penetapan rencana.
Tahap ini berfungsi sebagai penetapan rencana pembangunan tersebut menjadi suatu produk hukum yang mengikat semua pihak yang
melaksanakan. 3.
Tahap pengendalian pelaksana rencana. Tahap ini dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan
sasaran pembangunan yang tertuang pada rencana kegiatan-kegiatan, serta koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh
pimpinan kementrian lembaga satuan perangkat daerah. 4.
Evaluasi pelaksanaan. Evaluasi pelaksanaan adalah bagian dari perencanaan pembangunan
yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian tujuan sasaran dan kinerja
pembangunan Berkaitan dengan tahapan perencanaan pembangunan, maka perlu
ditentukan suatu pembatasan ataupun prioritas pembangunan yang akan dicapai dalam setiap periodenya atau jangka waktu perencanaannya. Oleh karena itu perlu
untuk disusun suatu perencanaan berdasarkan target waktu atau jangka waktu perencanaan.
Berdasarkan Klasifikasi menurut waktu, maka proses Perencanaan Pembangunan Nasional dibagi 3 tiga, yaitu:
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat
dengan RPJP adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 dua puluh tahun.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disingkat
dengan RPJM adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 lima tahun. a.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah KementerianLembaga, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis KementerianLembaga
Renstra-KL adalah dokumen perencanaan KementerianLembaga untuk periode 5 lima tahun
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja perangkat
Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 lima
tahun. 3.
Rencana Pembangunan Tahunan adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 satu tahun.
a. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut
Recana Kerja Pemerintah RKP, adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 satu tahun.
b. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD, adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 satu tahun.
c. Rencana Pembangunan Tahunan KementerianLembaga, yang
selanjutnya disebut Rencana Kerja KementerianLembaga Renja-KL, adalah dokumen perencanaan KementerianLembaga untuk periode
1satu tahun. d.
Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
Renja-SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah Untuk periode 1 satu tahun.
I.5.4.4 Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana pendapatan nasional real suatu perekonomian bertambah selama satu periode waktu yang panjang
Meier dan Baldwin dalam Siagian, 1989:22. Dengan demikian pembangunan dalam konteks ini berupaya untuk memperbesar atau meningkatkan pendapatan
perkapita dan menaikkan produktivitas perkapita dengan jalan menambah peralatan modal, pemberdayaan masyarakat, dan menambah skill ataupun
kemampuan untuk berproduktivitas. Pembangunan ekonomi mengandung kehendak untuk mengubah cara
hidup, cara berpikir, cara menghadapi persoalan untuk menempuh jalan-jalan baru yang dapat membawa kemajuan, atau mengandung kesadaran untuk merubah
keadaan, baik dalam menaikkan tingkat kehidupan, maupun dalam arti menempuh cara kehidupan yang baru Sumitro dalam Siagian, 1989:26.
Pada dasarnya pembangunan ekonomi berarti perubahan struktural secara menyeluruh yang bermaksud untuk memperluas dasar ekonomi dan memperluas
lapangan kehidupan. Dengan arah pengembangan tersebut diharapkan akan tercapai keseimbangan dalam stuktur ekonomi dan dalam kehidupan masyarakat.
Sementara Todaro dalam Arsyad, 2005:5 mengatakan bahwa pembangunan ekonomi itu dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang
dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakatnya. Dengan adanya batasan pengertian diatas maka
pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam
jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kalembagaan. Dari defenisi diatas jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai
pengertian: 1.
Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus. 2.
Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita. 3.
Kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.
4. Perbaikan sistem kelembagaan disegala bidang misalnya ekonomi,
politik, hukum, sosial, dan budaya. Pada dasarnya perencanaan pembangunan ekonomi mengandung makna
pengendalian dan pengaturan suatu perekonomian dengan sengaja oleh pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
jangka waktu tertentu. Dari berbagai pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
perencanaan pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses perencanaan yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut untuk mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat.
Perencanaan pembangunan ekonomi ditandai dengan adanya usaha untuk memenuhi berbagai ciri tertentu serta adanya tujuan yang bersifat pembangunan
tertentu. Inilah yang membedakan perencanaan pembangunan ekonomi dengan perencanaan-perencanaan yang lain.
Adapun ciri-ciri suatu perencanaan pembangunan ekonomi adalah: 1.
Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang mantap.
2. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan
perkapita. 3.
Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. 4.
Usaha perluasan kesempatan kerja. 5.
Usaha pemerataan pembangunan, sering disebut sebagai distributive justice.
6. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih
menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan. 7.
Usaha secara terus-menerus menjaga stabilitas ekonomi. Faktor ekonomi memiliki dampak yang sangat besar terhadap proses
pembangunan, yang dalam hal ini juga sangat berdampak terhadap proses-proses awal pembangunan, yakni perencanaan pembangunan.
Secara umum fungsi perencanaan pembangunan ekonomi adalah agar:
1. Alokasi sumberdaya-sumberdaya pembangunan yang terbatas bisa lebih
efisien dan efektif sehingga dapat dihindari adanya pemborosan- pemborosan.
2. Perkembangan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi mantap dan
berkesinambungan. 3.
Stabilitas ekonomi tercapai dalam menghadapi siklus konjungtur arsyad, 2005:23.
Menurut Jhingan dalam Arsyad, 2005:26 perumusan dan kunci keberhasilan suatu perencanaan pembangunan ekonomi biasanya memerlukan
adanya hal-hal berikut: adanya komisi perencanaan, data statistik, tujuan, penetapan sasaran dan prioritas, mobilitas sumber daya, keseimbangan dalam
perencanaan, sistem administrasi yang efisien, kebijaksanaan pembangunan yang tepat, administrasi yang ekonomis, dasar pendidikan, teori konsumsi, dan
dukungan masyarakat. Sedangkan Todaro dalam kamaluddin, 1990:90, mengatakan bahwa
keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan dengan: 1.
Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok.
2. Meningkatnya rasa harga diri masyarakat sebagai manusia.
3. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih, yang merupakan
salah satu dari Hak Azasi Manusia.
I.5.5.5 Peranan Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Badan Perencanaan Pembangunan Daera Bappeda sebagai salah satu staf yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala daerah merupakan staf
umum penting dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah, termasuk juga bidang
perencanaan pembangunan ekonomi yang merupakan salah satu penopang kemajuan pembangunan bidang lainnya seperti bidang sosial budaya, fisik dan
prasarana. Didalam Peraturan Dalam Negeri No.54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah bahwa Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat dengan Bappeda atau sebutan lain adalah unsur perencana
penyelenggaraan pemerintahan yang melaksanakan tugas dan mengkoordinasikan penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
daerah dalam pasal 1 ayat 5.
Oleh sebab itu, Proyeksi pembangunan ekonomi daerah kedepannya adalah merupakan tugas dari Bappeda, karena Bappeda adalah sebagai
koordinator dari para stakeholders dalam pembangunan ekonomi daerah seperti SKPD lainnya dan juga pihak swasta, serta masyarakat melalui forum
musyawarah yang disebut musrenbang.
I.6 Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak sebuah kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi
pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa
kejadian events yang berkaitan satu dengan yang lainnya Singaarimbun, 1995:33.
Oleh karena itu, untuk dapat menemukan batasan yang lebih jelas agar penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis
teliti, maka penulis mengemukakan konsep-konsep antara lain: 1.
Peranan Peranan dalah fungsi, wewenang, hak-hak, dan kewajiban yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok, ataupun lembaga-lembaga sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini adalah peranan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah badan staf umum
yang bertugas membantu kepala daerah dalam menentukan kebijaksanaan di bidang perencanaan pembangunan serta memberikan penelitian atas
pelaksanaan pembangunan di daerah. 3.
Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses kegiatan dalam rangka
mempersiapkan segala usaha atau upaya secara teratur dan sistematis
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memilih berbagai alternatif ataupun pilihan yang ada.
4. Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pembangunan adalah suatu tekhnik atau cara yang akan dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran pembangunan
yang telah dirumuskan secara sistematis. 5.
Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan
kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka waktu panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.
I.7 Sistematika Penulisan BAB I