3. Mengembangkan strategi kreatif untuk meningkatkan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah, seperti melalui optimalisasi manajemen kas daerah.
4. Meningkatkan tertib pelaksanaan dan penatausahaan penerimaan
pendapatan daerah, melalui monitoring dan evaluasi serta pengawasan melekat
5. Mengupayakan peningkatan capaian penerimaan pendapatan pemerintah
pusat dan pemerintah provinsi untuk mendapatkan porsi bagi hasil dan insentif yang lebih besar.
Untuk melihat perkembangan pendapatan daerah Kota Bukittinggi dari tahun 2008 sampai 2009, target kinerja tahun 2010 dan proyeksi tahun
2011dan tahun 2012, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. IV.2 Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah
Kota Bukittinggi Tahun 2008 -2012
No Jenis
Pendapatan Daerah Realisasi
Proyeksi Tahun 2008
Tahun 2009 Tahun 2010
Pagu Indikatif Tahun 2011
Tahun 2012 1.1
PENDAPATAN ASLI DAERAH
33,713,467,903 38.891.935.383 35.140.170.375 35.999.999.400 40.706.150.277
1.1.1. Pajak Daerah 8,690,766,267
10.336.714.308 11.528.500.000 12.388.329.025 15.318.117.277 1.1.2. Retribusi Daerah
9,846,011,691 11.048.262.776 12.763.096.425 12.763.096.425 14.039.460.000
1.1.3 Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
1,084.306,177 1.374.582.277
1.111.000.000 1.111.000.000
1.461.000.000 1.1.4. Lain-lain Pendapatan
Asli Daerah yang Sah 14,092,130,636
16.132.376.022 9.737.573.950 9.737.573.950
9.887.573.000
1.2. DANA
PERIMBANGAN 283,656,384,152 291.185.853.995 275.079740.000 275.079740.000 279.920.000.000
1.2.1. Bagi Hasil PajakBagi Hasil
18,171,010,736 17.966.696.995 14.586.000.000 14.586.000.000 14.506.000.000
No Jenis
Pendapatan Daerah Realisasi
Proyeksi Tahun 2008
Tahun 2009 Tahun 2010
Pagu Indikatif Tahun 2011
Tahun 2012
Bukan Pajak 1.2.2
Dana Alokasi Umum 236,403,814,000 236.106.157.000 242.306.440.000 247.414.000.000 247.414.000.000 1.2.3
Dana Alokasi Khusus 29,842,600,000 37.113.000.000 18.187.300.000 18.000.000.000 18.000.000.000
1.3. LAIN-LAIN
PENDAPATAN DAERAH YANG
SAH 1,590,637,103
8.451.431.860 3.721.202.572
3.721.202.572 3.721.202.572-
1.3.1. Pendapatan Hibah -
- 21.202.572
21.202.572 21.202.572
1.3.2. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
dan Pemerintah Daerah lainnya
116,841,770 8.451.431.860
3.100.000.000 3.100.000.000
3.100.000.000 1.3.3. Dana Penyesuaian
dan Otonomi Khusus 550,933,333
- -
- -
1.3.4. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah lainnya
922,862,000 -
600.000.000 600.000.000
600.000.000 Pendapatan Dana
Darurat -
- -
- -
PENDAPATAN DAERAH
318.960.489.158 338.529.221.238
313.941.112.947 314,800,941,972
324,347,352,849
Sumber: RKPD Tahun 2011 hal.40
IV. 1. 4. 2 Arah Kebijakan Penerimaan Pembiayaan daerah Pembiayaan adalah suatu pengertian yang menunjukkan penerimaan
maupun pengeluaran kas yang akan dibayar kembali atau diterima kembali. Pembiayaan memiliki kaitan erat dengan pendapatan dan belanja daerah,
karena pembiayaan merupakan faktor penyeimbang terhadap selisih antara pendapatan dan belanja. Dalam kondisi surplus, ataupun deficit, sebagai
hasil perhitungan total pendapatan dibandingkan dengan total belanja, maka pemerintah akan dihadapkan pada kebijakan:
1. Untuk memanfaatkan surplus dalam pengeluaran pembiayaan untuk
menghasilkan manfaat yang optimal dan atau 2.
Untuk mencairkan sumber penerimaan pembiayaan untuk menutupi deficit.
Dalam keadaan surplus kebijakan pengeluaran pembiayaan yang ditempuh dapat berupa:
1. Pembentukan Dana Cadangan
2. Penyertaan Modal
3. Pembayaran Pokok Utang
4. Pemberian Pinjaman Daerah
Pada situasi deficit maka kebijakan penerimaan pembiayaan yang ditempuh dapat berupa:
1. Penggunaan SILPA
2. Pencairan Dana Cadangan
3. Penjualan Kekayaan daerah yang dipisahkan
4. Penerimaan pinjaman daerah
5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah
Disamping pendapatan daerah, dalam mendanai program dan kegiatan pemerintah daerah juga berasal dari penerimaan pembiayaan
daerah. Perkembangan penerimaan pembiayaan daerah Kota Bukittinggi pada tahun 2008 dan 2009, target kinerja tahun 2010serta proyeksi tahun
2011 dan tahun 2012 dapat dilihat pada table berikut:
Tabel IV.3 Realisasi dan Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah
Kota Bukittinggi tahun 2008– 2012
No Jenis
Penerimaan Pembiayaan
Daerah
Realisasi Proyeksi
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
Pagu Indikatif
Tahun 2011 Tahun 2012
3.1.1. Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun
Anggaran Sebelumnya
61.430.955.891 97.223.259.195
90.319.902.548 92.290.132.275
90.319.902.548
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
9.600.000 -
1.000.000.000 1.000.000.000
1.000.000.000
3.1.6. Penerimaan Piutang Daerah
928.647.706 -
2.500.000.000 2.500.000.000
2.500.000.000
Jumlah Penerimaan
Pembiayaan Daerah
62.396.203.597 97.223.259.195
93.819.902.548 95.819.902.548
93.819.902.548
Sumber: RKPD Tahun 2011 hal.48
IV.1.4.3 Arah Kebijakan Belanja Daerah Kebijakan belanja daerah tidak terlepas dari kebijakan penganggaran
untuk mencapai sasaran pembangunan daerah.Penyusunan APBD merupakan fasilitasi pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan pemerintah yang
terbagi kedalam seperangkat urusan wajib dan urusan pilihan sesuai dengan karakteristik, potensi, dan permasalahan daerah dalam rangka mewujudkan
visi dan misi serta strategi dan prioritas pembangunan yang telah ditetapkan.
Dalam rangka mewujudkan fungsi pemerintah daerah, perlu ditetapkan pokok-pokok kebijakan umum belanja daerah diantaranya
sebagai berikut: 1.
Alokasi terbesar belanja daerah digunakan masih digunakan untuk membiayai gaji dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil sebesar 48,97 dari
total belanja daerah yang merupakan kewajiban pemerintah daerah sebagai konsekwensi penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada
pemerintah Kabupatenkota. 2.
Dalam rangka peningkatan motivasi dan kinerja pegawai setiap tahun, pemerintah daerah mengalokasikan dana untuk peningkatan
kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Honorer di lingkungan pemerintah kota Bukittingi dalam bentuk Tunjangan Daerah dan Uang
Makan. Pada tahun 2010 pengalokasian dana untuk tunjangan daerah sebesar Rp.38.000.000.000,- Tiga Puluh Delapan Milyar Rupiah.
Disamping itu direncanakan untuk tetap mengalokasikan Uang Makan bagi Pegawai Negeri Sipil sebesar Rp.20.000,- per orang per hari kerja.
3. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan bahwa
Pemerintah dan Pemerintah Daerah diwajibkan mengalokasikan dana pendidikan minimal sebesar 20 dari total anggaran belanja.
4. Pengalokasian dana untuk bantuan penunjang operasional organisasi
sosial kemasyarakatan serta pemberian bantuan honorarium bagi guru MDATPATPSATPQ dan sejenisnya, serta pemberian asuransi
kesehatan bagi da’i, muballigh, KAK, KAN di Kota Bukittinggi serta bantuan sosial kegiatan kemasyarakatan.
5. Pembiayaan Program dan kegiatan pada SKPD terkait sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran.
6. Alokasi dana dalam pelayanan kesehatan dasar masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kota Bukittinggi. Selanjutnya dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan dan estetika
kota maka prioritas anggaran juga diberikan untuk Program Sanitasi dan Kebersihan Kota.
7. Untuk mewujudkan visi dan misi kota Bukittinggi sebagai kota
Perdagangan dan Pariwisata dukungan anggaran melalui program dan kegiatan pembinaan serta fasilitasi dunia usaha dalam rangka
peningkatan pelayanan di bidang perdagangan dan jasa serta kepariwisataan.
8. Dalam rangka meningkatkan kapasitas, kapabilitas serta peningkatan
pengendalian dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah, sesuai dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Surat Edaran
Gubernur Sumatera Barat juga perlu dialokasikan dana untuk menunjang dibidang pengawasan minimal 1 dari Total APBD, dan tetap
berorientasi pada outcomes sesuai anggaran kinerja pembangunan. 9.
Melanjutkan pembangunan infrastruktur pemerintahan dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan fungsi kota
berupa pembangunan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Gedung
DPKAD, Dinas Pendidikan, Dinas PU, Dinas Pengelolaan Pasar, Dinas Kebersihan Kota, Kantor Ketahanan Pangan, Gedung, Arsip,
Dokumentasi dan Museum Sejarah Alam, Kantor Lurah dan Rumah Dinas Jabatan.
10. Melanjutkan dan meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan,
jembatan, irigasi, penerangan jalan umum dan sarana dan prasarana sanitiasi pemukiman penduduk.
11. Dalam rangka mempertahankan komitmen pemerintah daerah tetap akan
dialokasikan dana untuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 84 tentang Tapal Batas Wilayah Kota Bukittinggi.
12. Penyediaan sarana dan prasarana aparatur dalam rangka pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi di masing-masing SKPD. 13.
Alokasi dana dalam rangka mendukung penyelenggaraan pemerintahan di Kelurahan.
14. Alokasi dana untuk pelaksanaan program dan kegiatan di setiap SKPD
baik penunjang operasional rutin maupun dalam rangka peningkatan pelayanan bagi masyarakat baik dalam bentuk pembinaan maupun
fasilitasi . Perkembangan belanja Pemerintah Kota Bukittinggi dapat dilihat
pada table berikut:
Tabel IV.4 Realisasi dan Proyeksi Pagu Indikatif Belanja Tidak Langsung Daerah
Kota Bukittinggi tahun 2008– 2012
No Jenis Belanja
tidak Langsung Realisasi
Proyeksi Tahun 2008
Tahun 2009 Tahun 2010
Pagu Indikatif
Tahun 2011
Tahun 2012
2.1.1. Belanja Pegawai
172.865.929.5 75
179.623.274.46 1
198.813.226.07 218.694.548.67
7 240.564.003.00
2.1.2. Belanja Bunga -
- 60.000.000
60.000.000 60.000.000
2.1.3. Belanja Subsidi -
- -
- -
2.1.4 Belanja Hibah 670.000.000 16.765.340.000 19.733.898.000 19.733.898.000 21.707.287.800
2.1.5. Belanja Bantuan Sosial
6.046.950.406 8.802.134.988 16.025.020.000
2.1.7. Belanja Keuangan -
300.000.000 - -
- 2.1.8. Belanja Tidak
Terduga 487.387.836
972.141.172 2.000.000.000 3.000.000.000 3.000.000.000
Jumlah Belanja Tidak Langsung
180.070.167.81 7
206.462.890.62 1
235.175.324.07 236.175.324.07
236.175.324.07
Sumber: RKPD Tahun 2011 hal.55
IV.1.4.4 Arah Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Berkaitan dengan pengeluaran pembiayaan yang memiliki kaitan erat
dengan pendapatan dan belanja daerah, karena pembiayaan merupakan factor penyeimbang terhadap selisih antara pendapatan dan belanja, baik dalam
kondisi surplus, ataupun deficit, sebagai hasil perhitungan total pendapatan dibandingkan dengan total belanja, maka pemerintah akan dihadapkan pada
kebijakan: 1.
Untuk memanfaatkan surplus dalam pengeluaran pembiayaan untuk menghasilkan manfaat yang optimal dan atau
2. Untuk mencairkan sumber penerimaan pembiayaan untuk menutupi
defisit.
Berdasarkan perkembangan pengeluaran pembiayaan Pemerintah Kota Bukittinggi semenjak tahun 2008 sampai 2009 dan perkiraan tahun 2010, maka
proyeksi pengeluaran pembiayaan tahun 2011 dan 2012 dapat di lihat pada table berikut:
Tabel IV.5 Realisasi dan Proyeksi Pagu Indikatif Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Kota Bukittinggi tahun 2008 – 2012
Sumber: RKPD Tahun 2011 hal 68
IV.2 Kinerja Pelayanan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bukittinggi