14. Optimalisasi adalah pencapaian suatu tindakan atau keadaan yang terbaik dari sebuah masalah keputusan pembatasan sumberdaya.
15. Program linear adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas diantara beberapa aktivitas yang
bersaing, dengan cara terbaik yang mungkin dilakukan. 16. Analisis optimasi adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui dan
menentukan kombinasi produksi terbaik yang dapat menghasilkan tujuan dengan keterbatasan sumberdaya.
17. Analisis sensitivitas adalah analisis yang digunakan untuk menentukan parameter dalam model yang sangat kritis atau sensitif dalam memberikan
suatu solusi. 18. Analisis post optimal adalah analisis yang digunakan untuk mencari
kemungkinan-kemungkinan besarnya perubahan pada solusi optimal atau nilai dual value jika terjadi perubahan pada koefisien fungsi tujuan dan ruas kanan
sumberdaya.
IV. Keragaan Responden dan Proses Pengolahan Tahu
4.1 Keragaan Responden
Usaha agroindustri tahu yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah usaha agroindustri tahu yang memiliki Tanda Daftar Industri TDI dan Surat Izin
dari Kepala Desa setempat. Dari 25 pelaku usaha agroindustri tahu yang menjadi populasi dalam penelitian ini, hanya 22 pelaku usaha yang bersedia untuk
memberikan data proses kegiatan usahanya. Dari 22 pelaku usaha agroindustri tahu, hanya 16 responden yang digunakan dalam penelitian ini yaitu usaha
agroindustri tahu yang memproduksi tahu putih saja. Keragaan responden tersebut
memiliki beberapa perbedaan karakteristik dalam beberapa hal, yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, dan jumlah tenaga kerja.
4.2 Profil Responden
Profil responden merupakan gambaran secara garis besar dari identitas pelaku usaha agroindustri tahu yang meliputi umur, tingkat pendidikan,
pengalaman usaha dan jumlah tenaga kerja. Berikut ini penjelasan dari berbagai profil para pelaku usaha agroindustri tahu di Kota Pekanbaru.
4.2.1 Umur Responden
Menurut Ramadhan 2012 umur responden dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kelompok usia kerja, yaitu usia sangat produktif 15-45 tahun, usia
produktif 46-65 tahun, dan usia kurang produktif 15 tahun dan 65 tahun. Pelaku usaha agroindustri tahu yang dijadikan sebagai responden memiliki umur
berkisar antara 24-65 tahun. Hanya satu responden yang sudah berusia kurang produktif yaitu 67 tahun. Hal ini menjelaskan bahwa pelaku usaha agroindustri
tahu di Kota Pekanbaru memiliki rata-rata umur produktif.
4.2.2 Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan mempengaruhi terhadap cara berfikir dan bertindak para pelaku usaha agroindustri tahu dalam melakukan usahanya. Tingkat
pendidikan pelaku usaha agroindustri tahu di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel1.
Tabel 1. Distribusi Pelaku Usaha Agroindustri Tahu Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Pekanbaru
No Tingkat Pendidikan
Jumlah Jiwa Persentase
1 Tidak Tamat SD
1 6,25
2 SD
2 12,50
3 SMP
2 12,50
4 SMA
8 50,00
5 Perguruan tinggi
3 18,75
Jumlah 16
100
Sumber: Data Hasil Survei Tahun 2012, diolah
4.2.3 Pengalaman Usaha Responden
Pengalaman kerja para pelaku usaha agroindustri tahu sangat mempengaruhi keterampilan dan pengambilan keputusan dalam mengembangkan
usahanya. Pengalaman masa lalu bisa menjadi pengalaman dalam menjalankan usahanya sehingga mampu mengurangi atau menghilangkan resiko kegagalan
dalam berusaha. Sebagian besar pelaku usaha agroindustri tahu pengalaman usahanya lebih dari 5 tahun. Hal ini menunjukan bahwa pengalaman pelaku usaha
dalam menjalankan usahanya cukup lama dan telah banyak mengetahui kendala dan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Pengalaman usaha pelaku agroindustri
tahu di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Pelaku Usaha Agroindustri Tahu Menurut Pengalaman Usaha di Kota Pekanbaru
No Pengalaman Usaha Tahun
Jumlah Jiwa Persentase
1 1
- 0,00
2 1-5
2 12,50
3 5
14 87,50
Jumlah 16
100
Sumber: Data Hasil Survei Tahun 2012, diolah
4.2.4 Tenaga Kerja
Setiap kegiatan produksi tidak terlepas dari faktor tenaga kerja yang digunakan. Tenaga kerja dalam usaha agroindustri tahu terdiri dari tenaga kerja
dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha agroindustri tahu ini, pada umumnya memiliki hubungan kerabat
dengan pelaku usaha agroindustri tahu seperti saudara ataupun tetangga didesa
asalnya. Jumlah tenaga kerja usaha agroindustri tahu di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Tenaga Kerja Usaha Agroindustri Tahu di Kota Pekanbaru No
Jumlah Tenaga Kerja Jiwa Jumlah Usaha
Persentase
1 5
13 81,25
2 5-19
3 18,75
3 20-99
- 0,00
Jumlah 16
100
Sumber: Data Hasil Survei Tahun 2012, diolah
4.3 Proses Pengolahan Tahu
Tahu yang dihasilkan oleh para pelaku usaha agroindustri tahu di Kota Pekanbaru diproduksi setiap hari selama seminggu. Proses pembuatan tahu putih
oleh para pelaku usaha agroindustri tahu diawali dengan membersihkan biji kedelai dari kerikil, pasir, dan sisa tanaman. Selain itu, juga dilakukan pemisahan
dimana biji kedelai yang busuk, berlubang, dan berjamur dibuang. Selanjutnya, kedelai tersebut direndam dalam air panas di tangki perendaman selama 1-2 jam.
Setelah direndam, biji kedelai kemudian ditiriskan. Satu karung kacang kedelai dibagi menjadi 16-18 kaleng atau ember. Setelah ditiriskan, kedelai kemudian
digiling hingga menjadi bubur halus. Proses penggilingan kedelai dilakukan dengan mesin penggiling kedelai. Pada saat penggilingan berlangsung, air
ditambahkan terus sedikit demi sedikit. Sedangkan kedelai yang telah menjadi bubur ditampung didalam drum plastik.
Setelah bubur kedelai ditampung dalam drum plastik, tahap berikutnya yaitu bubur kedelai dimasak selama 5-10 menit dengan suhu sekitar 1000 °C.
Selama pemasakan berlangsung, air ditambahkan berulang kali. Setelah dimasak, bubur kedelai tersebut kemudian disaring. Proses penyaringan menggunakan alat
manual yaitu kain penyaringan. Proses penyaringan dilakukan untuk diambil sari kedelainya.
Selanjutnya, sari kedelai kemudian digumpalkan dengan tambahan larutan asam tahu yang sudah diendapkan selama 1 malam. Penggumpalan dilakukan
pada saat suhu sari kedelai berkisar antara 50-70 °C. Pada saat penambahan larutan asam tahu, sari kedelai diaduk terus menerus dengan arah yang sama
hingga gumpalan bubur tahu telah terbentuk. Bubur tahu kemudian diendapkan hingga gumpalan turun ke dasar wadah.
Setelah endapan telah turun secara sempurna, air tahu atau air whey yang berada di bagian atas dipisahkan atau dibuang dari endapan bubur tahu. Kemudian,
gumpalan bubur tahu tersebut dimasukkan ke dalam cetakan yang telah dialasi kain serta bagian atasnya ditutup dengan kain yang sama dan juga papan. Di atas
papan selanjutnya diletakkan pemberat sampai air tahu menetes habis atau selama kurang lebih 10-15 menit. Setelah gumpalan tahu mengeras, hal yang dilakukan
selanjutnya adalah memotong tahu tersebut sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan baik besar maupun kecil. Pada Gambar 7 berikut ini dapat dilihat
proses pengolahan tahu di Kota Pekanbaru. Pencucian dan Penyortiran Kedelai
Perendaman Kedelai dengan Air Panas 1-2 Jam
Penggilingan Kedelai Hingga Menjadi Bubur Kedelai
Penambahan Air Secukupnya pada Bubur Kedelai
TAHU
Gambar 7. Bagan Proses Pengolahan Tahu pada Agroindustri Tahu di Kota Pekanbaru