Analisis Post Optimal Skenario I

hingga 7.535,693. Apabila terjadi perubahan nilai ruas kanan sumberdaya sebesar satu-satuan pada sumberdaya tersebut dimana perubahannya masih dalam selang kepekaan maka tidak akan mengubah nilai dual value. Namun, jika perubahan nilai ruas kanan sumberdaya diluar selang kepekaan sekecil apapun maka perubahan tersebut akan mengubah nilai dual value sumberdaya aktif tersebut. Sedangkan sumberdaya lainnya yaitu sumberdaya bahan baku, jam kerja tenaga kerja, jam kerja mesin giling, dan modal merupakan sumberdaya pasif yang memiliki batas atas tak terhingga infinity. Artinya apabila nilai ruas kanan kendala ditambahkan hingga tak terhingga, maka nilai dual value sumberdaya tersebut akan tetap bernilai nol. Sehingga, apabila pelaku usaha tetap melakukan penambahan nilai RHS maka hal itu hanya menjadi pemborosan saja.

5.2 Analisis Post Optimal

Analisis post optimal dilakukan untuk mencari kemungkinan-kemungkinan besarnya perubahan pada solusi optimal atau nilai dual jika terjadi perubahan pada koefisien nilai fungsi tujuan dan nilai ruas kanan sumberdaya. Dengan adanya analisis tersebut, pemecahan optimal yang baru akibat adanya perubahan koefisien nilai fungsi tujuan dan nilai ruas kanan sumberdaya akan dapat dihasilkan. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis post optimal dengan tiga skenario. Skenario I adalah untuk mengetahui pengaruh peningkatan harga bahan baku sebesar 14,63 persen terhadap solusi optimal. Skenario II adalah untuk mengetahui pengaruh peningkatan jumlah asam tahu sebesar 48,61 persen terhadap solusi optimal. Sedangkan, skenario III merupakan penggabungan dari skenario I dan skenario II.

5.3.1 Analisis Post Optimal Skenario I

Analisis yang digunakan pada skenario I adalah apabila terdapat kenaikan harga kedelai sebesar 14,63 persen. Hal ini didasarkan pada kenaikan harga tertinggi pada bulan juni yaitu dari Rp 7.000 per kg menjadi Rp 8.200 per kgakibat gagalnya panen kedelai di Amerika Serikat. Selain itu naiknya harga kedelai tersebut juga terjadi akibat impor besar-besaran kedelai yang dilakukan oleh China sehingga mengurangi stok kedelai di Pasar Dunia. Kenaikan harga kedelai mengakibatkan biaya produksi rata-rata per bulannya meningkat sebesar 10,68 persen atau meningkat dari Rp 68.679.584 menjadi Rp 76.891.146. Sehingga keuntungan per unit menurun menjadi Rp 215,47 untuk tahu besar dan Rp 140,24 untuk tahu kecil. Adapun perubahan biaya produksi dan perubahan keuntungan per unit akibat kenaikan harga kedelai sebesar 14,63 persen dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Harga Jual, Total Biaya Produksi, dan Keuntungan per Unit Setiap Jenis Tahu pada Usaha Agroindustri Tahu di Kota Pekanbaru Setelah Terjadi Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 14,63 persen Jenis Tahu Variabel Harga Jual RpUnit Total Biaya Produksi RpUnit Keuntungan RpUnit Tahu Besar X 1 350 134,53 215,47 Tahu kecil X 2 250 109,76 140,24 Sumber: Data Hasil Survei Tahun 2012, diolah Dari Tabel 14 diketahui bahwa adanya kenaikan harga kedelai sebesar 14,63 persen menyebabkan keuntungan atau fungsi tujuan menurun dari Rp 77.971.390 pada kondisi optimal awal menjadi Rp 73.096.490 pada kondisi optimal skenario I atau menurun sebesar 6,25 persen bila dibandingkan dengan kondisi optimal awal. Keuntungan tersebut didapatkan dengan jumlah produksi yang sama dengan kondisi optimal awal yaitu 339.242,1 unit untuk tahu besar dan 0 unit untuk tahu kecil. Adapun perbandingan solusi optimal awal dengan solusi optimal skenario I dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Perbandingan Solusi Optimal Awal dengan Solusi Optimal Skenario I pada Usaha Agroindustri Tahu di Kota Pekanbaru Jenis Tahu Variabel Hasil Olahan QM for WINDOWS Selisih Optimal Awal Optimal Skenario I Tahu Besar X1 339.242,1 339.242,1 0,00 Tahu Kecil X2 0,00 Fungsi Tujuan Z 77.971.390 73.096.490 -4.874.900 Sumber: Data Hasil Survei Tahun 2012, diolah Sumberdaya yang menjadi sumberdaya aktif pada kondisi optimal skenario I adalah sumberdaya asam tahu. Sumberdaya asam tahu memiliki nilai slacksurplus nol dan dual value 10.536,43. Hal ini berarti bahwa jika sumberdaya asam tahu ditambah satu-satuan liter maka penambahan tersebut akan menambah kontribusi terhadap keuntungan sebesar Rp 10.536,43. Sumberdaya lainnya yaitu sumberdaya kedelai, jam kerja tenaga kerja, jam kerja mesin giling, dan sumberdaya modal merupakan sumberdaya pasif atau berlebih. Sumberdaya tersebut memiliki nilai dual value nol dan nilai slacksurplus masing-masing sebesar 747,1572 untuk sumberdaya kedelai, 9.174,212 untuk sumberdaya jam kerja tenaga kerja, 283,0379 untuk sumberdaya jam kerja mesin giling, dan Rp 31.401.290 untuk sumberdaya modal. Hal ini berarti bahwa nilai RHS tiap sumberdaya tersebut dinaikkan sebesar apa pun maka keuntungan yang akan diperoleh tidak akan berubah karena memiliki batas atas tak terhingga. Sumberdaya optimal skenario I pada usaha agrooindustri tahu dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Sumberdaya Optimal Skenario I pada Usaha Agroindustri Tahu di Kota Pekanbaru Sumberdaya Dual Slack Original Lower Upper Value Surplus Value Bound Bound Kedelai 747,1572 9.187,5 8.440,343 Infinity Asam Tahu 10.536,43 6.937,5 7.535,69 3 Jam Kerja TK 9.174,212 22.570,875 13.396,67 Infinity Jam Kerja Mesin Giling 283,0379 300 16,9621 Infinity Modal 31.401.29 77.270.210 45.868.92 Infinity Sumber: Data Hasil Survei Tahun 2012, diolah

5.3.2 Analisis Post Optimal Skenario II