4.2 Penyajian Data
Berikut ini adalah data-data yang peneliti peroleh dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada usaha kue Ibu Sri Warni, yaitu:
1. Aspek Pemasaran.
a. Produk kue yang bervariatif
Usaha kue ini memiliki cukup banyak varian jenis dan rasa kue yang ditawarkan kepada konsumennya. Usaha ini menawarkan 12 produk kue dengan
19 varian jenis maupun rasa. Adapun 12 jenis produk kue tersebut adalah bolu gulung dengan varian rasa cream meises, cream meises dengan topping melted
chocolate, cream meises dengan topping meises, selai nenas, dan selai stoberi; donat paha ayam dengan baluran meises dan tepung gula; kue sus; bolu panggang
dengan varian jenis bolu kismis, bolu macan, bolu chocochips, dan bolu agar- agar; kue tart; mini cake; brownies kukus dan panggang; kue crackers segitiga;
kroket kentang; kue mata ikan; pudding jagung; dan kue kering dengan berbagai varian jenis seperti nastar, kue salju, kue kacang, lidah kucing, dan berbagai jenis
cookies. Dari hasil wawancara dengan para informan, usaha ini memiliki variasi produk kue yang dirasa lengkap dan mampu memenuhi keinginan para konsumen.
b. Memiliki kualitas produk yang baik.
Berdasarkan hasil wawancara kepada pemilik, mitra usaha, maupun konsumen, produk kue hasil produksi usaha ini memiliki kualitas yang baik.
Produk kue dari usaha ini lebih disukai oleh konsumen dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
produk kue sejenis hasil produksi dari usaha kue yang lain. Konsumen lebih menyukai kue hasil produksi dari Ibu Sri Warni karena merasa bahwa kue-kue
tersebut lebih enak rasanya, lebih lembut teksturnya, dan lebih sesuai dengan selera konsumen. Pemilik menilai hal ini disebabkan karena kue-kue tersebut
diproduksi dengan menggunakan bahan-bahan baku yang berkualitas, sehingga mampu memberikan rasa yang lebih enak dibandingkan dengan kue-kue sejenis
yang ada di pasaran.
c. Harga yang ditawarkan bersaing dan sesuai dengan kualitas produknya.
Usaha ini tidak memiliki strategi khusus dalam menetapkan harga jual produknya. Penetapan harga dilakukan dengan cara mengikuti harga produk
sejenis yang ada di pasar dan dengan mempertimbangkan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan yang akan didapatkan. Pemilik usaha
tidak berani mengambil resiko dengan menetapkan harga yang terlalu mahal karena tingginya persaingan pada bisnis kue ini.
Harga yang diberikan kepada mitra usahanya dan konsumen yang membeli dengan cara memesan secara langsung memiliki perbedaan. Pemilik memberikan
harga yang lebih murah kepada mitra usahanya karena mitra usaha dimana usaha ini menitipkan produknya juga harus mengambil keuntungan dari hasil penjualan
kue-kue tersebut. Untuk per kotak kue bolu gulung, kue sus, dan bolu panggang yang
dititipkan kepada mitra usahanya, pemilik memberikan harga Rp 5.000 per
Universitas Sumatera Utara
kotaknya dan untuk donat paha ayam, pemilik memberikan harga Rp 2.000 per bungkusnya. Sedangkan kepada konsumen yang langsung memesan, pemilik
menjual produk kuenya dengan harga Rp 2.500 per bungkus donat paha ayam, Rp 6.000 per kotak bolu gulung, Rp 14.000 untuk satu buah bolu gulung berukuran
kecil, Rp 28.000 untuk satu buah bolu gulung berukuran besar, Rp 6.000 untuk per kotak kue sus. Untuk harga kue yang lainnya dipatok dengan harga termurah
Rp 2.500 dan harga yang termahal Rp 150.000. Harga ini disesuaikan dengan jenis kue dan bahan baku membuat kue tersebut.
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada mitra usaha maupun konsumen, harga yang diberikan oleh Ibu Sri Warni telah sesuai dengan keinginan
mereka. Dengan rasa kue yang enak dan kualitas baik yang ditawarkan, harga kue tersebut justru dirasa tidak mahal bagi konsumen.
d. Tidak memiliki toko
Usaha kue Ibu Sri Warni ini tidak memiliki toko atau gerai yang dijadikan sebagai tempat untuk menjual produknya. Penjualan pada usaha ini dilakukan
dengan cara menitipkan produknya kepada para penjual kue ataupun hanya melalui pesanan saja. Hal ini menjadi salah satu kelemahan dari usaha ini karena
kegiatan produksi tidak dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pemilik usaha. Pemilik usaha harus menyesuaikan operasional usahanya dengan para mitra
usahanya. Jika mitra usaha kue ini meliburkan usahanya, maka usaha kue ibu Sri Warni ini juga harus meliburkan usahanya atau mengurangi jumlah produksinya.
Universitas Sumatera Utara
Selain karena adanya kerugian tersebut, dengan mempunyai toko sendiri usaha kue ini tentunya akan lebih mudah menarik minat konsumen sehingga mampu
menarik lebih banyak lagi konsumen.
e. Tidak menjalankan promosi
Dari hasil wawancara dan observasi, usaha ini tidak menjalankan promosi apapun bagi usahanya. Bahkan usaha ini juga tidak memiliki merek untuk
produknya. Para konsumen maupun mitra usaha dari usaha ini menyebut produk kue dari usaha ini sebagai kue Ibu Sri Warni yang berasal dari nama pemilik
usaha ini yaitu Ibu Sri Warni. Berdasarkan hasil wawancara kepada para konsumen, mereka mengetahui usaha kue ini hanya dari mulut ke mulut atau juga
karena mengenal pemilik usaha ini. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab tidak dapat berkembangnya usaha kue ini.
2. Aspek Keuanganakuntansi
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha, usaha kue ini tidak memiliki laporan keuangan. Pemilik merasa tidak perlu memiliki suatu laporan
keuangan bagi usahanya karena beranggapan bahwa usahanya hanya merupakan usaha kecil yang sederhana dan akan sulit jika harus membagai biaya-biaya
tertentu seperti biaya listrik dan air yang tidak hanya digunakan pada saat produksi saja tetapi juga digunakan pada waktu lain untuk kebutuhan tempat
tinggal pemilik usaha.
Universitas Sumatera Utara
Dari segi modal usaha, pemilik menilai bahwa modal yang dimilikinya telah mencukupi untuk menjalankan operasional usahanya sehingga tidak memerlukan
tambahan modal lagi. Hasil keuntungan dari penjualan setiap harinya akan digunakan kembali sebagai modal untuk kegiatan produksi esok hari. Hal ini
menyebabkan pemilik merasa tidak membutuhkan adanya dana pinjaman dari pihak lain dalam menjalankan usahanya.
3. Aspek ProduksiOperasional
a. Menggunakan bahan baku yang berkualitas.
Usaha kue ini selalu menggunakan bahan baku yang berkualitas. Pemilik tidak ingin memakai sembarangan bahan baku untuk memproduksi kuenya karena
pemilik percaya bahwa kualitas bahan baku nantinya akan mempengaruhi rasa dan tekstur kuenya. Pemilik hanya akan menggunakan bahan baku dengan merek
yang jelas dan telah terjamin kualitas serta rasanya. Adapun bahan baku produksi yang digunakan pada usaha ini adalah meises dengan merek “ceres”, mentega
dengan merek “blue band”, tepung dengan merek “Segitiga Biru” dan “Cakra Kembar”, susu kental mamis dengan merek “Frisian Flag Gold”, gula dengan
merek “Gulaku”, dan bahan baku lainnya yang memiliki kualitas baik.
b. Memiliki alat produksi dan persediaan bahan baku yang memadai.
Usaha kue ini memiliki alat produksi serta persediaan bahan baku yang memadai. Usaha ini memiliki alat-alat produksi berupa 3 buah mixer, 3 buah
Universitas Sumatera Utara
oven, 1 buah kompor minyak bumi dan 2 kompor gas , 1 buah alat pengukus, 10 buah loyang cetakan dengan berbagai bentuk dan ukuran, dan alat produksi
lainnya seperti mangkuk, baskom, timbangan, pisau, dll. Persediaan bahan baku yang dimiliki usaha ini juga memadai. Pembelian
bahan baku dilakukan tanpa adanya jadwal tertentu. Pembelian akan dilakukan setiap ada bahan baku yang akan segera habis persediaannya agar bahan baku
produksi tetap tersedia, sehingga tidak akan mengganggu kegiatan produksi usaha ini. Dalam sekali pembelian persediaan, pemilik akan membeli bahan baku dalam
jumlah yang banyak. Ketersediaan bahan baku dan alat produksi yang memadai ini dapat menjadi kekuatan bagi usaha kue ini.
c. Tenaga kerja yang tidak memadai.
Usaha kue ini hanya memiliki 1 orang karyawan saja. Karyawan ini tugasnya hanya membantu pemilik dalam melakukan kegiatan produksi kue,
pengemasan, dan mengantarkan produk kue ke mitra usaha saja. Walaupun dalam kegiatan produksi kue yang memegang peranan utama sebagai koki utama yang
membuat kue adalah pemilik usaha, karyawan juga memiliki peranan yang penting dalam membantu proses produksi tersebut terutama pada saat proses
pencampuran bahan dan pengemasan kue. Pemilik usaha dan karyawannya seringkali merasa kesulitan pada saat sedang banyak pesanan yang masuk karena
mereka harus memproduksi kue pesanan sekaligus juga kue yang akan dititipkan ke mitra usahanya. Selain itu karyawan yang dimiliki saat ini juga tidak memiliki
Universitas Sumatera Utara
keahlian dalam menghias kue-kue, sehingga kegiatan menghias kue hanya dilakukan oleh pemilik saja tanpa bantuan dari karyawannya.
d. Terhambatnya kegiatan produksi akibat pemadaman listrik.
Pemadaman listrik yang terjadi akan mengganggu dan menghambat kegiatan produksi usaha ini karena usaha ini tidak memiliki mesin pembangkit
listrik. Apabila pemadaman listrik ini terjadi hanya sesekali tentunya hal ini dirasa tidak akan terlalu mengganggu proses produksi, namun apabila pemadaman listrik
tersebut terjadi setiap hari seperti yang terjadi selama beberapa bulan belakangan ini tentunya akan sangat mengganggu dan menghambat kegiatan produksi usaha
ini. Dalam kegiatan produksi kue, dibutuhkan alat produksi berupa mixer yang
membutuhkan energi listrik. Apabila terjadi pemadaman listrik, mixer tersebut tidak akan dapat digunakan. Hal ini menyebabkan kegiatan produksi terpaksa
harus ditunda sampai listrik menyala kembali karena hampir semua jenis kue harus menggunakan mixer, hanya ada beberapa jenis kue saja yang dapat
diproduksi secara manual tanpa menggunakan mixer.
4. Aspek Persaingan
a. Tingginya persaingan dengan usaha-usaha kue yang lain.
Usaha kue merupakan salah satu usaha yang paling banyak kita jumpai mulai dari usaha kue-kue jajanan pasar sampai dengan usaha kue seperti cake
Universitas Sumatera Utara
shop. Banyaknya jumlah usaha kue ini menimbulkan tingginya angka persaingan, apalagi produk kue yang ada di pasar jenisnya hampir semuanya sama. Ibu Sri
Warni sendiri merasakan pengaruh dari tingginya persaingan ini terhadap penurunan jumlah omsetnya dan jumlah produksi kue selama beberapa tahun
belakangan ini. Hal ini dapat menjadi ancaman yang membahayakan bagi usaha ini.
b. Kemungkinan masuknya pesaing baru.
Kue merupakan salah satu jenis makanan yang sangat digemari oleh konsumen. Hal ini menyebabkan pasar konsumen untuk bisnis atau usaha yang
bergerak dalam bidang kue masih sangat luas. Membuat kue juga tidak sulit untuk dipelajari, dalam menjalankan usaha kue ini juga tidak terlalu sulit dan modal
yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar. Hal ini mampu menarik masuknya para pesaing baru yang tentunya akan mengancam para pengusaha kue yang telah ada.
c. Kekuatan tawar-menawar pembeli rendah.
Konsumen atau pembeli pada usaha kue Ibu Sri Warni ini memiliki kekuatan tawar-menawar yang rendah. Hal ini terjadi karena pemilik usaha
menetapkan harga yang tidak mahal dan sesuai dengan harga yang ada di pasar. Konsumen merasa tidak perlu menawar karena harga tersebut telah sesuai dengan
harga di pasar dan sesuai dengan kualitas produk kuenya.
Universitas Sumatera Utara
5. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi yang mempengaruhi usaha ini adalah kenaikan harga bahan baku. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik, salah satu kenaikan harga
bahan baku yang dianggap mempengaruhi usaha ini adalah kenaikan harga bahan bakar. Pada awalnya usaha ini menggunakan kompor minyak bumi sebagai alat
pemanas ovennya, namun kenaikan harga minyak bumi dan semakin langkanya minyak bumi yang terjadi saat itu menuntut pemilik untuk mengganti penggunaan
bahan bakar minyak tersebut dengan bahan bakar gas. Kenaikan harga gas yang terjadi pada awal tahun 2014 ini juga
mempengaruhi pendapatan usaha ini. Walaupun harga bahan bakar gas tersebut mengalami peningkatan, pemilik usaha memutuskan untuk tidak menaikkan harga
produknya karena adanya persaingan yang tinggi. Hal ini menyebabkan keuntungan yang didapatkan oleh usaha ini menjadi berkurang.
6. Aspek Pasar
Dari aspek pasar konsumen, usaha ini memiliki pasar yang masih luas karena usaha ini bergerak dalam bidang industri makanan yang merupakan salah
satu kebutuhan pokok manusia. Selain itu masyarakat Indonesia juga memiliki kegemaran untuk menyantap kue ini sebagai kudapan di rumah maupun hidangan
pada berbagai acara. Pasar yang luas ini dapat menjadi peluang bagi perkembangan usaha ini.
Universitas Sumatera Utara
7. Aspek Teknologi
Usaha kue ini kurang memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi yang ada saat ini. Pemanfaatan teknologi dan informasi yang digunakan oleh
usaha ini terbatas hanya pada penggunaan media messaging BBM Blackberry Messenger yang pin-nya hanya diketahui oleh kenalan pemilik usaha saja. media
BBM ini digunakan hanya untuk mengirimkan gambar produk kue apabila ada konsumen yang ingin melihat produk kue tersebut. Padahal masih banyak bentuk
kemajuan teknologi dan informasi saat ini yang dapat dijadikan sebagai peluang bagi pengembangan usaha ini.`
4.3 Analisis Data