Strategi Pengembangan pada Usaha Kue Ibu Sri Warni Jalan Pattimura No. 21S, Binjai

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN PADA USAHA KUE IBU SRI WARNI JALAN PATTIMURA NO. 21S, BINJAI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

OLEH: NATHANIA

100907088

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FAKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : NATHANIA

NIM : 100907088

Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Strategi Pengembangan pada USAHA KUE IBU SRI WARNI Jalan Pattimura No. 21S, Binjai.

Medan, Mei 2014 Dosen Pembimbing Ketua Program Studi

Darmayan Sriyanto S.E, M.Si, Ak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A NIDN: 0106057202 NIP: 195908161986111001

Dekan


(3)

ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN PADA USAHA KUE IBU SRI WARNI JALAN PATTIMURA NO. 21S, BINJAI

Nama : Nathania

NIM : 100907088

Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakutas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Darmawan Sriyanto S.E, M.Si, Ak

Jumlah UMKM di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu sektor industri UMKM yang akan terus mengalami peningkatan jumlahnya adalah industri makanan dan minuman. Di antara banyaknya jenis usaha pada sektor makanan dan minuman, salah satu usaha yang memiliki daya tarik tinggi adalah usaha kue karena usaha ini memiliki pasar konsumen yang luas dan mudah untuk dijalankan. Usaha kue yang banyak ditemui selama ini adalah usaha kue yang berskala mikro atau kecil. Skala usaha yang kecil menyebabkan usaha kue ini memerlukan adanya suatu strategi pengembangan bagi pengembangan usahanya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengembangan usaha yang sesuai untuk mengembangkan usaha pada Usaha Kue Ibu Sri Warni.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT dengan menggunakan matriks IFAS, matriks EFAS, matriks Internal Eksternal, diagram SWOT, dan matriks SWOT. Jumlah informan pada penelitian ini adalah 10 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Usaha Kue Ibu Sri Warni berada pada kuadran I pada diagram SWOT yang mendukung strategi pertumbuhan agresif dan berada pada sel V pada matriks Internal Eksternal (IE), yaitu pada keadaan paling baik untuk dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara. Berdasarkan hasil tersebut, strategi yang paling tepat untuk mengembangkan usaha ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Matriks SWOT menghasilkan 10 alternatif strategi untuk pengembangan usaha ini.


(4)

ABSTRACT

DEVELOPEMENT STRATEGY ON USAHA KUE IBU SRI WARNI AT JALAN PATTIMURA NO. 21S, BINJAI

Name : Nathania

NIM : 100907088

Program of Study : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Faculty : Social and Political Science Pembimbing : Darmawan Sriyanto S.E, M.Si, Ak

The number of UMKM in Indonesia continues to increase every year. One of industry sector on UMKM that will continue to increase is food and beverage industry. Among the many type of business in food and beverage industry, one of the business that have a high attraction is cake business because this business has large consumer market and easy to run. The cake business that often we found is a micro or small scale business. The small business scale makes this cake business need a developement strategy for its business developement.

The purpose of this research is to know the business developement strategy that suitable to develop a business on Usaha Kue Ibu Sri Warni.

The research method that used in this research is descriptive research method with qualitative approach. The data obtained from observation, interview, documentation study, and literature study. The analysis data technique that used is SWOT analysis that using IFAS matrix, EFAS matrix, Internal External matrix, SWOT diagram, and SWOT matrix. The number of informants in this research were 10 people.

The research results showed that Usaha Kue Ibu Sri Warni is in quadrant I on the SWOT diagram that supports growth oriented strategy and in cell V on the Internal Eksternal matrix, that is in the best condition to be managed with hold and maintain strategy. Based on that result, the most suitable strategy to develop this business are market penetration and product developement. SWOT matrix produced 10 alternative strategies for this business developement.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan atas kasih, berkat, penyertaan, dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan pada USAHA KUE IBU SRI WARNI Jalan Pattimura No. 21S, Binjai”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1) pada program studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini secara khusus penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta, Michael Suryadinata dan Warnasi. Terima kasih atas segala kasih sayang, pengorbanan, doa, dan dukungan yang telah diberikan selama ini kepada penulis. Terima kasih juga atas jerih payah kedua orang tua penulis dalam mendidik dan membesarkan penulis selama ini. Tidak lupa pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing MA, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU.

3. Bapak Muhammad Arifin Nasution S.Sos, M.Sp, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis.


(6)

4. Bapak Darmawan Sriyanto S.E, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan, waktu, nasihat, perhatian, dan arahannya kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen-dosen Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU. Terima kasih atas pengajaran, ilmu, serta nasihat yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

6. Pegawai administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis, kak Siswati dan bang Farid yang selama ini telah banyak membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

7. Ibu Sri Warni selaku pemilik Usaha Kue Ibu Sri Warni, tempat dimana penulis melaksanakan penelitian. Terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

8. Opa dan Omaku tercinta, Opa Dicky Suryadinata dan Oma Suryani Yap Indra. Terima kasih atas kasih sayang, nasihat, doa, dan dukungan yang diberikan kepada penulis. Terutama untuk Opa yang telah bersama Tuhan di surga, doa dan nasehat mu akan selalu penulis ingat.

9. My Only Sister Nathasya yang selama ini selalu menghibur penulis dengan segala tingkah lucunya dan juga yang kadang-kadang menyebalkan dengan kenakalannya.


(7)

10.Tante Cisca Suryadinata yang selama ini selalu rajin untuk mengingatkan penulis tentang skripsi penulis. Terima kasih atas segala bentuk dukungan dan doanya kepada penulis.

11.Seluruh teman-teman Administrasi Bisnis 2010 yang selama ini telah bersama-sama dengan penulis selama 4 tahun ini. Terkhususnya untuk Omik, Bote, Eyenn, Acha, Agustina, QQ, Tian, Diki, Teddy, dan Darto yang telah mewarnai hari-hari penulis selama 4 tahun ini dan telah mendukung penulis dalam menulis skripsi ini.

12.Para anggota persekutuan doa GMI Methodist Binjai yang telah memberikan doanya bagi penulis.

13.Pihak-pihak lain yang telah membantu dan memberikan dukungan serta doa kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini memiliki banyak kelemahan serta masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dan membantu penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Mei 2014


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

2.1 Strategi ... 11

2.1.1 Defenisi strategi ... 11

2.1.2 Tipe-Tipe Strategi... ... 11

2.1.3 Straregi Pengembangan Usaha... ... 16

2.2 UMKM ... 18

2.2.1 Defenisi UMKM ... 18

2.2.2 Karakteristik UMKM ... 20

2.3 Usaha Kue ... 20

2.3.1 Usaha ... 20

2.3.2 Kue ... 21

2.3.3 Jenis Usaha Roti dan Kue ... 21


(9)

2.5.2 Analisis Lingkungan Internal ... 30

2.5.3 Matriks SWOT ... 34

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 36

3.1 Bentuk Penelitian ... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 36

3.3 Informan Penelitian ... 36

3.4 Defenisi Konsep ... 37

3.5 Teknik pengumpulan Data ... 37

3.6 Teknik Analisis Data ... 38

3.6.1 Matriks Faktor Strategi Internal ... 39

3.6.2 Matriks Faktor Strategi Eksternal ... 40

3.6.3 Matriks IE ... 42

3.6.4 Matriks SWOT ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 44

4.1.1 Sejarah Lokasi Penelitian ... 44

4.1.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

4.1.3 Struktur Organisasi ... 48

4.2 Penyajian Data ... 49

4.3 Analisis Data ... 58

4.4 Pembahasan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 77


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Unit UMKM

di Indonesia Tahun 2010-2012 ... 2

Tabel 3.1 IFAS ... 40

Tabel 3.2 EFAS ... 42

Tabel 4.1 Daftar Kue Produk Usaha Kue Ibu Sri Warni... 46

Tabel 4.2 Identifikasi Faktor Internal Usaha Kue Ibu Sri Warni ... 59

Tabel 4.3 Matriks IFAS Usaha Kue Ibu Sri Warni ... 60

Tabel 4.4 Identifikasi Faktor Eksternal Usaha Kue Ibu Sri Warni ... 61

Tabel 4.5 Matriks EFAS Usaha Kue Ibu Sri Warni ... 62


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT ... 25

Gambar 2.2 Model Lima Kekuatan Porter ... 28

Gambar 2.3 Matriks SWOT ... 34

Gambar 3.1 Matriks Internal Eksternal (IE) ... 43

Gambar 3.2 Matriks SWOT ... 44

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Usaha Kue Ibu Sri Warni ... 48

Gambar 4.2 Diagram SWOT Usaha Kue Ibu Sri Warni ... 64


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Wawancara.

Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan Pemilik Usaha Kue Ibu Sri Warni. Lampiran 3 Hasil Wawancara dengan Karyawan Usaha Kue Ibu Sri Warni. Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Mitra Usaha Kue Ibu Sri Warni. Lampiran 5 Hasil Wawancara dengan Konsumen Usaha Kue Ibu Sri Warni. Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian.


(13)

ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN PADA USAHA KUE IBU SRI WARNI JALAN PATTIMURA NO. 21S, BINJAI

Nama : Nathania

NIM : 100907088

Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakutas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Darmawan Sriyanto S.E, M.Si, Ak

Jumlah UMKM di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu sektor industri UMKM yang akan terus mengalami peningkatan jumlahnya adalah industri makanan dan minuman. Di antara banyaknya jenis usaha pada sektor makanan dan minuman, salah satu usaha yang memiliki daya tarik tinggi adalah usaha kue karena usaha ini memiliki pasar konsumen yang luas dan mudah untuk dijalankan. Usaha kue yang banyak ditemui selama ini adalah usaha kue yang berskala mikro atau kecil. Skala usaha yang kecil menyebabkan usaha kue ini memerlukan adanya suatu strategi pengembangan bagi pengembangan usahanya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengembangan usaha yang sesuai untuk mengembangkan usaha pada Usaha Kue Ibu Sri Warni.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT dengan menggunakan matriks IFAS, matriks EFAS, matriks Internal Eksternal, diagram SWOT, dan matriks SWOT. Jumlah informan pada penelitian ini adalah 10 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Usaha Kue Ibu Sri Warni berada pada kuadran I pada diagram SWOT yang mendukung strategi pertumbuhan agresif dan berada pada sel V pada matriks Internal Eksternal (IE), yaitu pada keadaan paling baik untuk dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara. Berdasarkan hasil tersebut, strategi yang paling tepat untuk mengembangkan usaha ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Matriks SWOT menghasilkan 10 alternatif strategi untuk pengembangan usaha ini.


(14)

ABSTRACT

DEVELOPEMENT STRATEGY ON USAHA KUE IBU SRI WARNI AT JALAN PATTIMURA NO. 21S, BINJAI

Name : Nathania

NIM : 100907088

Program of Study : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Faculty : Social and Political Science Pembimbing : Darmawan Sriyanto S.E, M.Si, Ak

The number of UMKM in Indonesia continues to increase every year. One of industry sector on UMKM that will continue to increase is food and beverage industry. Among the many type of business in food and beverage industry, one of the business that have a high attraction is cake business because this business has large consumer market and easy to run. The cake business that often we found is a micro or small scale business. The small business scale makes this cake business need a developement strategy for its business developement.

The purpose of this research is to know the business developement strategy that suitable to develop a business on Usaha Kue Ibu Sri Warni.

The research method that used in this research is descriptive research method with qualitative approach. The data obtained from observation, interview, documentation study, and literature study. The analysis data technique that used is SWOT analysis that using IFAS matrix, EFAS matrix, Internal External matrix, SWOT diagram, and SWOT matrix. The number of informants in this research were 10 people.

The research results showed that Usaha Kue Ibu Sri Warni is in quadrant I on the SWOT diagram that supports growth oriented strategy and in cell V on the Internal Eksternal matrix, that is in the best condition to be managed with hold and maintain strategy. Based on that result, the most suitable strategy to develop this business are market penetration and product developement. SWOT matrix produced 10 alternative strategies for this business developement.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

UMKM merupakan singkatan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah. UMKM merupakan bentuk usaha yang lebih sering kita jumpai dibandingkan dengan Usaha Besar (UB). UMKM diakui sebagai salah satu penyumbang kontribusi yang nyata bagi perekonomian nasional Indonesia, selain itu UMKM juga disebut sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Oleh karena itu, pemerintah juga terus berupaya untuk mengembangkan UMKM. Salah satunya dapat kita lihat dalam pasal 14 UU Nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil dimana dirumuskan bahwa pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, dan teknologi. (Anogara dan Djoko, 2002:229)

Perkembangan UMKM sendiri terus terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Hampir seluruh bentuk usaha yang ada di Indonesia adalah berbentuk UMKM. Dari tahun ke tahun, terus terjadi pertambahan jumlah UMKM di Indonesia. Berikut ini adalah tabel yang berisikan data perkembangan jumlah UMKM sejak tahun 2010-2012 yang dicatat oleh Kementerian Koperasi dan UMKM.


(16)

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Unit UMKM di Indonesia Tahun 2010-2012

No Jenis UMKM

Jumlah Unit

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 1 Usaha Mikro (UMi) 53.207.500 54.559.969 55.856.176 2 Usaha Kecil (UK) 573.601 602.195 629.418 3 Usaha Menengah (UM) 42.631 44.280 48.997 Jumlah Total 53.823.732 55.206.444 56.534.592 Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM (data diolah)

Seperti yang terlihat pada tabel data di atas, jumlah unit usaha UMKM di Indonesia terus mengalami kenaikan baik itu usaha mikro, kecil, maupun usaha menengah. Perkembangan UMKM ini dapat terjadi dikarenakan syarat-syarat pembentukan usahanya yang cenderung lebih sederhana dan mudah untuk dipenuhi oleh masyarakat yang ingin terjun dalam dunia bisnis atau wirausaha.

Di antara banyaknya sektor industri dalam UMKM, salah satu sektor industri UMKM yang akan terus mengalami pertambahan jumlah pelaku industrinya adalah industri makanan dan minuman. Hal ini disebabkan karena masih kuatnya permintaan pasar. Permintaan akan makanan dan minuman tidak akan melemah dikarenakan makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.


(17)

penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 240 juta dapat menjadi peluang pasar yang sangat menjanjikan. Sesuai dengan data BPS pada tahun 2012, jumlah penduduk di Indonesia tercatat sebanyak 245,19 juta jiwa dengan pertumbuhan rata-rata per tahun mencapai 1,66%. Kondisi ini menggambarkan bagaimana besarnya potensi pasar di Indonesia untuk berbagai produk, termasuk untuk produk makanan dan minuman. (www.depkop.go.id)

Di antara banyaknya jenis usaha pada sektor makanan dan minuman, salah satu usaha yang memiliki daya tarik tinggi adalah usaha kue. Alasanya adalah karena usaha kue ini tidak sulit untuk dijalankan dan juga jumlah peminat dan pembelinya juga cukup banyak. Jenis-jenis kue yang dapat dijadikan sebagai produk jual juga banyak variasinya mulai dari jenis-jenis kue tradisional sampai dengan jenis-jenis kue yang lebih modren. Kue juga masih menjadi salah satu pilihan jajanan atau cemilan bagi masyarakat saat bersantai di rumah bersama keluarga maupun hidangan dalam acara-acara formal maupun informal. Dalam menjalankan usaha kue ini juga tidak sulit, pelaku usaha biasanya hanya perlu menjaga kualitas dan rasa kue serta kreatif dalam menciptakan inovasi rasa serta bentuk kue untuk dapat menarik minat pembeli dan menjaga loyalitas pelanggannya.

Usaha Kue Ibu Sri Warni merupakan salah satu usaha rumah tangga yang bergerak di sektor industri makanan yaitu pada usaha kue. Usaha kue ini tergolong pada usaha berskala mikro yang masih sangat sederhana. Usaha kue ini tidak memiliki toko sebagai tempat usahanya, dalam operasionalnya usaha kue


(18)

ini melakukan proses produksi dan pengemasan di rumah pemilik usaha kue ini yaitu Ibu Sri Warni. Setelah proses produksi dan pengemasan selesai, produk kue yang telah siap jual tersebut akan dititipkan ke mitra usahanya yang berjumlah 4 orang untuk dijual kepada konsumen. Selain itu usaha ini juga menerima pesanan kue dari konsumen. Usaha kue ini menawarkan banyak jenis variasi kue, yaitu 12 jenis kue dengan 19 varian rasa dan jenis.

Usaha Kue Ibu Sri Warni ini telah berdiri kurang lebih selama 10 tahun, tepatnya sejak tahun 2003. Namun sampai saat ini, usaha kue Ibu Sri Warni masih merupakan usaha yang berskala mikro. Sehingga usaha Kue Ibu Sri Warni ini memerlukan suatu strategi yang mampu membantu pengembangan usaha ini untuk menjadi usaha yang lebih besar lagi.

Strategi pengembangan tersebut dapat dirumuskan melalui suatu kegiatan formulasi strategi. Formulasi strategi merupakan suatu bentuk perencanaan jangka panjang yang dilakukan oleh perusahaan. Alat formulasi strategi yang cocok digunakan dalam merumuskan strategi pada usaha ini adalah analisis SWOT.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunitiies) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenghts) dan kelemahan


(19)

Dari hasil penelusuran peneliti, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas permasalahan yang sama. Boediharti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Kue D’Wonk di Jakarta Pusat”, hasil penelitiannya menyatakan bahwa berdasarkan matriks IFE diketahui bahwa kekuatan utama yang dimiliki oleh industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk adalah kualitas atau mutu produk yang baik, berdasarkan matriks EFE diketahui bahwa peluang utama yang dimiliki oleh industri kecil Brownies, Chocolatedan Pastry D’Wonk adalah pangsa pasar yang masih luas, berdasarkan matriks IE diketahui bahwa perusahaan berada di kuadran V yaitu tumbuh dan stabil dengan alternatif pada strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk, dan berdasarkan analisa SWOT dan QSPM maka strategi pengembangan usaha yang disarankan dengan strategi peringkat teratas masing-masing kelompok.

Dwie Vikha Soraya (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Obat Keluarga (TOGA) (Studi Kasus di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan, Kotamadya Medan)”, hasil penelitiannya menyatakan bahwa kekuatan yang dapat diandalkan dalam pengembangan usaha tanaman obat keluarga (TOGA) yaitu sebagai obat pertolongan pertama dan bibit tanaman mudah didapat. Kelemahan yang dapat diandalkan dalam pengembangan usaha tanaman obat keluarga (TOGA) yaitu tanaman obat keluraga (TOGA) tidak ada harganya dan obat dari tanaman obat keluarga (TOGA) kurang praktis. Peluang terbesar yang dapat


(20)

diperoleh dalam pengembangan usaha tanaman obat keluarga (TOGA) yaitu dibutuhkan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari dan gaya hidup sehat masyarakat. Ancaman terbesar yang dihadapi dalam pengembangan usaha tanaman obat keluarga (TOGA) yaitu kurangnya peminat tanaman obat keluarga (TOGA) dan obat generik. Strategi pengembangan usaha tanaman obat keluarga (TOGA) ini mampu berada pada daerah IV (STABILITAS/Hati-Hati). Strategi pengembangan yang digunakan pada usaha pengembangan tanaman obat keluarga (TOGA) yaitu memfokuskan pada keunggulan produk tanaman obat keluarga (TOGA) dan Menggalakan sosialisasi pemanfaatan budidaya tanaman obat keluarga (TOGA).

Widya Yudha Ningtias (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Kecil “Waroeng Coklat” (Kasus Usaha Kecil dan Menengah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat)”, hasil penelitiannya menyatakan bahwa berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE, faktor strategis eksternal yang merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh bagi "Waroeng Cokelat" 3 yaitu dukungan Disperindagkop dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor. Faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman bagi "Waroeng Cokelat" yaitu hambatan masuk dalam usaha makanan (cookies dan praline) relatif rendah.. Hasil analisis dengan matriks EFE mengindikasikan bahwa "Waroeng Cokelat" merespon dengan baik peluang dan ancaman yang ada dalam usahanya. Faktor strategis internal yang menjadi


(21)

perusahaan Faktor strategis internal yang merupakan kelemahan terbesar adalah promosi belum optimal. Hasil analisis matriks IFE untuk kekuatan dan kelemahan mengindikasikan bahwa "Waroeng Cokelat" dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk meminimalisasi kelemahannya. Pada matriks IE, "Waroeng Cokelat" menempati posisi sel V. Terdapat delapan alternatif strategi yang dipilih dari matriks SWOT yaitu memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, pengembangan produk, mengoptimalkan promosi, meningkatkan modal usaha, memilih lokasi usaha yang strategis, melakukan produksi secara kontinyu, mempertahankan dan meningkatkan jenis serta kualitas produk, menambah tenaga kerja penyalur/distibutor. Sedangkan berdasarkan hasil dari pengolahan QSPM, diperoleh prioritas strategi yang dapat dijalankan "Waroeng Cokelat" saat ini yaitu mengoptimalkan promosi.

Kaisar Fauziansyah Suparman (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada Kedai Iga Bakar Mang Opan dalam Meningkatkan Volume Penjualan: Pendekatan Analisis SWOT pada Kedai Iga Bakar Mang Opan” ,menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan menjelaskan bahwa Kedai Iga Bakar Mang Opan memiliki beberapa kekuatan dan kelemahan terkait dengan kegiatan pengembangan usahanya. Hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan menjelaskan bahwa Kedai Iga Bakar Mang Opan memiliki beberapa peluang dan ancaman terkait dengan kegiatan pengembangan usahanya,. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa kedai Iga Bakar Mang Opan memiliki 8 kekuatan, 7


(22)

kelemahan, 7 peluang, serta 5 ancaman bagi usahanya. Hasil analisis matriks IE dan QSPM menunjukkan bahwa terdapat 9 alternatif-alternatif strategi bagi pengembangan usaha kedai iga bakar Mang Opan.

Agus Santoso (2008) pada penelitiannya yang berjudul “Strategi Pengembangan Bisnis Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus di UKM Kambing Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”, hasil penelitiannya menyatakan bahwa Matriks EFE dan IFE menunjukan kemampuan UKM Kambing Desa Cikarawang dalam memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman masih rata-rata, begitu juga dengan kemampuan UKM Kambing Desa Cikarawang dalam menggunakan kekuatan untuk menutupi kelemahanny a masih dalam kategori rata-rata. Analisis matriks Internal Eksternal (I-E) menunjukan posisi UKM Kambing Desa Cikarawang dalam persaingan dengan sesama UKM/perusahaan sejenis masuk dalam kategori sedang/rata-rata, sehingga alternatif stategi yang tepat dari analisis matriks I-E adalah Hold and Maintenance atau strategi stabilitas. Dari hasil analisis SWOT, diperoleh alternatif strategi antara lain menambah jumlah pelanggan tetap, meningkat kan kapasitas penjualan, menambah kapasitas produksi, melakukan promosi, melakukan sistem pencatatan keuangan dan administrasi, melakukan penelitian dan pengembangan pasar, menyediakan kambing yang berkualitas, meningkat kan sinergisme dan kemitraan, memberikan makanan tambahan dan obat-obatan pencegah penyakit


(23)

terpilih adalah melakukan promosi, dan strategi melakukan pencatatan keuangan dan administrasi.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai strategi pengembangan usaha ini yang dituangkan dalam judul “Strategi Pengembangan pada USAHA KUE IBU SRI WARNI Jalan Pattimura No. 21S, Binjai”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apa sajakah faktor internal yang mempengaruhi pengembangan usaha Kue Ibu Sri Warni?

2. Apa sajakah kaktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha Kue Ibu Sri Warni?

3. Bagaimana strategi pengembangan usaha yang sesuai untuk mengembangan usaha Kue Ibu Sri Warni?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan usaha kue Ibu Sri Warni.


(24)

2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha kue Ibu Sri Warni.

3. Untuk merumuskan strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi pengembangan Usaha Kue Ibu Sri Warni.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi objek penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman, informasi dan masukan bagi pemilik usaha Kue Ibu Sri Warni dalam mengembangkan usahanya.

2. Bagi peneliti.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh serta menambah pemahaman mengenai analisis SWOT sebagai alat formulasi strategi mengembangkan usaha. 3. Bagi akademis.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi peneliti-peneliti lain di masa mendatang yang berminat melakukan penelitian mengenai objek dan masalah yang sama.


(25)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Strategi

2.1.1 Defenisi Strategi

Chandler dalam Rangkuti (2013: 3), mendefenisikan strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Defenisi ini menjelaskan bahwa strategi adalah tunjuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pemanfaatan dan pengalokasian seluruh sumber daya untuk mencapai tujuan jangka panjang tersebut.

Sedangkan menurut Andrews (1997:339), strategi adalah suatu proses pengevaluasian kekuatan dan kelemahan perusahaan dibandingkan dengan peluang dan ancaman yang ada dalam lingkungan yang dihadapi dan memutuskan strategi pasar produk yang menyesuaikan kemampuan perusahaan dengan peluang lingkungan.

2.1.2 Tipe-Tipe Strategi

David (2006:224) membagi tipe strategi menjadi 12 tipe alternatif strategi yang dapat dikategorikan menjadi 4 jenis strategi, yaitu:


(26)

1. Strategi Integrasi

Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal kadang-kadang bersama-sama disebut sebagai strategi integrasi vertikal (vertical Integration). Strategi integrasi vertikal memungkinkan sebuah perusahaan untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok, dan/atau pesaing. Berikut ini adalah penjelasan tentang 3 jenis alternatif strategi integrasi:

a) Integrasi ke Depan, yaitu mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas distributor atau pengecer. Integrasi ke depan melibatkan tindakan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer. Cara yang paling efektif untuk mengimplementasikan strategi ini adalah melalui waralaba (franchising).

b) Integrasi ke belakang, yaitu strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Strategi ini sangat cocok digunakan ketika pemasok perusahaan saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.

c) Integrasi horizontal, yaitu strategi yang mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan. Merger, akuisisi, dan pengambilalihan antarpesaing memungkinkan meningkatnya skala ekonomi dan mendorong transfer sumber daya dan kompetensi.


(27)

2. Strategi Intensif

Yang termasuk ke dalam strategi intensif adalah strategi enetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Ketiga strategi ini dikatakan sebagai strategi intensif karena mereka membutuhkan adanya usaha intensif jika posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini akan membaik. Berikut ini adalah penjelasan mengenai 3 alternatif strategi pada strategi intensif, yaitu:

a) Penetrasi pasar, yaitu strategi dimana perusahaan berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar mencakup peningkatan jumlah tenaga penjual, meningkatkan jumlah belanja iklan, menawarkan promosi penjualan yang ekstensif, atau meningkatkan usaha publisitas. b) Pengembangan pasar, yaitu mengenalkan produk/jasa yang ada saat ini

ke area geografi yang baru. Strategi ini dapat menjadi efektif untuk digunakan ketika tersedia jaringan distribusi yang baru, perusahaan sangat berhasil dalam apa yang dilakukannya, terdapat pasar yang belum tersentuh atau belum jenuh, perusahaan memiliki modal dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengelola operasi yang berkembang, perusahaan memiliki kelebihan kapasitas produksi, dan ruang lingkup industri dasar perusahaan mampu menjadi global dengan cepat.

c) Pengembangan produk, yaitu strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa yang ada


(28)

saat ini. Pengembangan produk biasanya membutuhkan biaya penelitian dan pengembangan yang besar.

3. Strategi Diversifikasi

Terdapat 3 tipe umum dari strategi diversifikasi, yaitu strategi konsentrik (terfokus), horizontal dan konglomerat. Secara keseluruhan, strategi diversifikasi ini telah berkurang kepopulerannya karena organisasi perusahaan menemukan bahwa lebih sulit untuk mengelola aktivitas bisnis yang berbeda-beda. Berikut ini adalah penjelasan mengenai 3 jenis alternatif strategi pada strategi diversifikasi:

a) Diversifikasi konsentrik, yaitu menambah produk atau jasa baru, tetapi masih berhubungan dengan produk atau jasa yang telah ada saat ini. b) Diversifikasi horizontal, yaitu menambahkan produk atau jasa baru yang

tidak berkaitan kepada pelanggan saat ini. Strategi ini tidak seberesiko seperti strategi diversifikasi konglomerat karena perusahaan sudah dikenal oleh pelanggan saat ini.

c) Diversifikasi konglomerat, yaitu menambahkan produk atau jasa baru yang tidak berkaitan dengan produk/jasa yang telah ada saat ini.

4. Strategi Difensif

Strategi difensif merupakan strategi tambahan atas strategi integratif, strategi intensif, dan strategi diversifikasi. Selain menjalankan ketiga strategi tersebut, perusahaan juga dapat menjalankan strategi difensif yang terdiri dari


(29)

retrenchment, divestasi dan likuidasi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai 3 alternatif strategi pada strategi difensif:

a) Retrenchment, yaitu mengelompokkan ulang melalui pengurangan biaya dan aset terhadap penurunan penjualan dan laba. Artinya, suatu organisasi mengelompokkan ulang melalui pengurangan aset dan biaya untuk membalikkan penjualan dan laba yang menurun. Strategi ini dapat melibatkan penjualan tanah dan gedung untuk meingkatkan kas, memotong lini produk, menutup bisnis yang labanya sangat tipis, menutup pabrik yang sudah tua, mengotomatisasi proses, mengurangi jumlah karyawan, dan menetapkan sistem kontrol pengeluaran.

b) Divestasi, yaitu menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi. Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal untuk akuisisi strategis atau investasi lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi retrenchment untuk menyingkirkan bisnis perusahaan yang tidak menguntungkan, yang membutuhkan terlalu banyak modal, atau yang tidak cocok dengan aktivitas perusahaan lainnya.

c) Likuidasi, yaitu menjual seluruh aset perusahaan secara terpisah-pisah atau sepotong-potong untuk nilai riilnya. Likuidasi merupakan bentuk pengakuan atas kekalahan, konsekuensinya dapat menjadi strategi yang sulit secara emosional. Tetapi, mungkin lebih baik menghentikan operasi dibandingkan terus kehilangan sejumlah besar uang.


(30)

2.1.3 Strategi Pengembangan Usaha

Strategi berperan dalam menetapkan parameter-parameter sebuah organisasi dalam pengertian menentukan tempat bisnis dan cara bisnis untuk bersaing. Strategi menunjukkan arahan umum yang hendak ditempuh oleh suatu organisasi (perusahaan) untuk mencapai tujuannya. (Andrews, 1997:338)

Strategi pengembangan memiliki peranan yang penting untuk mengembangkan suatu usaha. Strategi pengembangan adalah strategi yang membantu pemilik usaha untuk mengembangkan usahanya yang masih berskala kecil menjadi usaha dengan skala yang lebih besar. Strategi pengembangan tersebut harus disusun dan dirancang dengan baik dan dengan mempertimbangkan segala aspek lingkungan internal maupun eksternal usaha agar dapat mencapai apa yang menjadi tujuan dirumuskannya strategi tersebut. Menurut Suryana (2013: 221), teknik pengembangan usaha terbagi dua, yaitu:

1) Perluasan skala ekonomi (Economic of Scale)

Cara ini dapat dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja, teknologi, sistem distribusi, dan tempat usaha. Ini dilakukan bila perluasan usaha atau atau peningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang, yang berarti mencapai skala ekonomi (economic of scale). Sebaliknya, bila peningkatan output mengakibatkan peningkatan biaya biaya jangka panjang (diseconomics of scale), maka tidak baik untuk dilakukan. Dengan kata lain, bila produk barang dan jasa yang dihasilkan sudah mencapai titik paling


(31)

efisien, memperluas ekonomi tidak bisa dilakukan, sebab akan mendorong kenaikan biaya.

2) Perluasan Cakupan Usaha (Economic of Scope).

Economic of scope adalah diversifikasi usaha ekonomis yang ditandai oleh biaya produksi total bersama. Cara ini bisa dilakukan dengan cara menambah jenis usaha baru, produk, dan jasa baru yang berbeda dari yang sekarang diproduksi (diversifikasi) serta dengan teknologi berbeda. Dengan demikian, lingkup usaha ekonomis (economics of scope) dapat didefenisikan sebagai suatu diversifikasi usaha ekonomis yang memproduksi dua atau lebih jenis produk secara bersama dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk secara bersama-sama adalah lebih kecil daripada penjumlahan biaya produksi masing-masing produk itu apabila diproduksi secara terpisah. Perluasan cakupan usaha ini bisa dilakukan apabila wirausahawan memiliki permodalan yang cukup.

Untuk pengembangan usaha agar mampu bersaing, usaha tersebut harus memiliki hal-hal seperti, kompetensi khusus, kemampuan internal, kompetensi inti, kreativitas dan keinovasian, fokus strategi, dan teori dinamis. (Suryana, 2013: 236)


(32)

2.2 UMKM

2.2.1 Defenisi UMKM

Terdapat banyak defenisi UMKM yang berbeda-beda. Setiap lembaga dan negara memiliki defenisi UMKM sesuai versinya sendiri. Berikut ini adalah beberapa defenisi UMKM:

1) Menurut UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, defenisi UMKM adalah sebagai berikut:

 Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan dengan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil enjualan tahunan paling banyak 300 juta.

 Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yangmemiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp. 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 juta sampai dengan paling banyak Rp. 2,5 miliar.


(33)

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih lebih dari Rp. 500 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2,5 miliar sampai dengan paling banyak Rp. 50 miliar. 2) Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), UMKM adalah entitas bisnis yang

memiliki tenaga kerja kurang dari 100 orang dengan rincian kategori sebagai berikut:

 Usaha rumah tangga dan mikro terdiri dari 1-4 orang tenaga kerja.  Usaha kecil terdiri dari 5-19 orang tenaga kerja.

 Usaha menengah terdiri dari 20-99 orang tenaga kerja.  Usaha besar terdiri dari 100 orang atau lebih tenaga kerja.

Walaupun setiap lembaga mengartikan UMKM dengan defenisi yang berbeda-beda, masing-masing defenisi tersebut memiliki kesamaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa UMKM adalah usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih tidak lebih dari Rp. 10 miliar serta memiliki tenaga kerja tidak lebih dari 100 orang.


(34)

2.2.2 Karakteristik UMKM

Menurut Daryanto (2013: 2), usaha kecil memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Manajemen tergantung pemilik.

2) Modal disediakan oleh pemilik sendiri. 3) Skala usaha dan modal relatif kecil. 4) Daerah operasi usaha bersifat lokal.

5) Sumber daya manusia yang terlibat terbatas.

6) Biasanya berhubungan dengan kebutuhan kehidupan sehari-hari. 7) Karyawan memiliki hubungan kekerabatan emosional.

8) Mayoritas karyawan berasal dari kalangan yang tidak mampu secara ekonomi.

2.3 Usaha Kue 2.3.1 Usaha

Usaha merupakan suatu kegiatan yang di lakukan perorangan atau kelompok untuk mendapatkan penghasilan dengan tujuan memperoleh keuntungan. Suatu usaha dilakukan dengan cara memproduksi sendiri ataupun membeli produk barang maupun jasa yang akan dijual kepada konsumen. Terdapat dua arus yang terkait dengan usaha, yaitu:

1) Arus barang, yaitu distribusi barang atau jasa ke pasar.


(35)

2.3.2 Kue

Kue merupakan jenis makanan ringan atau kudapan yang terbuat dari adonan tepung, baik tepung terigu, tepung beras,tepung sagu, maupun tepung tapioka yang dicampur dengan bahan lainnya seperti gula, telur, mentega, dan bahan pelengkap lainnya. Umumnya kue memiliki cita rasa manis, gurih, asin, dan berbagai rasa lainnya.

2.2.3 Jenis Usaha Roti dan Kue.

Menurut Ijudin, Adi, dan Yulia (2013:5), usaha roti dan kue terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:

1. Toko Roti dan Kue.

Berdasarkan skalanya, ada berbagai jenis toko roti dan kue, mulai dari skala mikro berupa kios atau lapak sederhana hingga toko skala besar di mal-mal mewah. Adapun berdasarkan spesifikasi produk yang dijual, ada toko yang khusus menjual roti, donat, kue tradisional, dan sebagainya. Beberapa toko bahkan menjual roti sekaligus kue. Pejual tidak hanya menjual produknya sendiri, tetapi juga dapat menjual produk pembuat roti dan kue lain yang menitipkan dagangannya.

2. Titip Jual Roti dan Kue.

Sebagai produsen, pemilik usaha roti atau kue menjual produknya dengan cara menitipkannya di toko-toko atau kios-kios. Toko atau kios yang mau


(36)

menerima titipan jualan, misalnya toko roti, toko kelontong, kios rokok dan minuman ringan, rumah makan, kantin, dan sebagainya.

3. Penjualan Keliling Roti dan Kue.

Roti dan kue dapat juga dijual dengan cara berkeliling dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Penjual roti keliling biasanya menjajakan dagangannya dengan gerobak dorong, sepeda, atau sepeda motor. Bahkan banyak juga pemilik usaha roti dan kue yang memiliki armada mobil.

4. Pesanan Roti dan Kue.

Wirausaha roti dan kue dapat juga berproduksi berdasarkan pesanan. Biasanya orang-orang akan memesan roti atau kue untuk acara-acara tertentu, seperti pesta ulang tahun, syukuran, bahkan peringatan hari besar nasional, dan sebagainya. Pesanan biasanya akan meningkat saat mendekati hri-hari raya keagamaan seperti Idul Fitri dan Lebaran.

5. Pabrikan atau Pemasok Roti dan Kue.

Pemilik usaha pabrikan menjual roti dan kue dengan cara memasok atau menyuplaikannya ke toko-toko yang membutuhkan. Meskipun hampir sama, usaha pabrikan berbeda degan usaha pesanan. Pemilik usaha pesanan hanya memproduksi roti dan kue hanya berdasarkan pesanan yang datang sewaktu-waktu. Adapun usaha pemasok lebih rutin memproduksi roti dan kue, yaitu sesuai pesanan setiap hari.


(37)

2.4 Persaingan Bisnis

Persaingan merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan guna membuat konsumen tertarik pada produk atau jasa yang ditawarkan, termasuk juga dengan pebedaan harga, promosi, kualitas, maupun pelayanan purna jual. (Ismanthono, 2006:45)

Persaingan akan menuntut produsen untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan terjangkau oleh pasar. Persaingan bisnis menuntut setiap pelaku usaha untuk terus mengembangkan usahanya menjadi usaha yang mampu untuk mencitakan keunggulan bersaing. Bagi usaha kecil, persaingan bisnis dapat menjadi salah satu alasan mengapa suatu usaha kecil memerlukan pengembangan usaha.

2.5 Formulasi Strategi Melalui Analisis SWOT

Formulasi strategi merupakan suatu bentuk perencanaan jangka panjang yang dilakukan oleh perusahaan. Formulasi strategi penting untuk dilakukan agar perusahaan memiliki suatu strategi yang dapat digunakan sebagai alat bagi perusahaan dalam mencapai apa yang menjadi tujuannya. Salah satu alat formulasi strategi yang banyak digunakan dalam merumuskan strategi adalah analisis SWOT.

SWOT merupakan singkatan dari Strenghts, Weakness, Opportunities, dan Threats. Strenghts merupakan keunggulan atau kelebihan yang berasal dari internal perusahaan yang dapat menguatkan posisi perusahaan. Weakness


(38)

merupakan kelemahan atau kekurangan yang berasal dari internal perusahaan yang dapat melemahkan posisi perusahaan. Opportunities merupakan peluang-peluang yang berasal dari eksternal perusahaan yang dapat dimanfaatkan untuk menguatkan posisi perusahaan. Threats merupakan ancaman-ancaman yang berasal dari ekternal perusahaan yang mampu mengancam posisi perusahaan.

Menurut Rangkuti (2013: 19), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunitiies) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenghts) dan kelemahan weakness).

GAMBAR 2.1

DIAGRAM ANALISIS SWOT

3. Mendukung Strategi 1. Mendukung strategi turnaround agresif

4. mendukung strategi 2. Mendukung strategi Defensif diversifikasi

BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI ANCAMAN

KEKUATAN INTERNAL KELEMAHAN


(39)

Keterangan:

Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhanyang agresif (growth oriented strategy).

Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar)

Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi ia juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi ini mirip dengan Question Mark pada BCG Matrix. Fokus strategi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.


(40)

2.5.1 Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal merupakan analisis peluang serta ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan. David (2006:104) membagi lingkungan eksternal ke dalam 5 kekuatan eksternal (external forces), yaitu:

1. Kekuatan Ekonomi

Faktor ekonomi memiliki pengaruh langsung terhadap potensi menarik atau tidaknya suatu strategi. Supriyono (1993) menyatakan bahwa kekuatan ekonomi yang dianalisis adalah meliputi tahapan siklus bisnis, gejala deflasi dan inflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi, kebijakan fiskal dan neraca pembayaran. Setiap segi faktor dalam kekuatan ekonomi tersebut dapat menjadi ancaman maupun peluang.

2. Kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan

Perubahan sosial, budaya, demografi dan lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Perubahan variabel sosial, budaya, demografi, dan lingkungan dapat menjadi peluang ataupun ancaman bagi seluruh organisasi besar maupun kecil, berorientasi laba maupun nirlaba dalam semua industri.

3. Kekuatan politik, pemerintah, dan hukum

Perubahan di dalam politik, pemerintahan, dan hukum dapat mempengaruhi suatu perusahaan. Perubahan ini dapat menjadi peluang maupun ancaman


(41)

utama bagi suatu perusahaan, misalnya peraturan-peraturan atau kebijakan pemerintahan yang dapat merubah atau mempengaruhi kondisi ekonomi. 4. Kekuatan Teknologi

Perubahan teknologi yang revolusioner dan penemuan memiliki pengaruh yang besar terhadap suatu perusahaan. Menurut Supiyono (1993) , perubahan teknologi dapat mempengaruhi bahan mentah, metode dan proses produksi, serta produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Perubahan teknologi dapat memberi peluang besar untuk meningkatkan hasil, tujuan atau sebaliknya mengancam kedudukan perusahaan.

5. Kekuatan Kompetitif

Menurut Porter dalam David (2006:130), hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas 5 kekuatan yaitu persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk subtitusi, kekuatan tawar-menawar penjual/ pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen. Kelima kekuatan ini disebut sebagai Model Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five-Forces Model).


(42)

GAMBAR 2.2

Model Lima Kekuatan Porter

Sumber: David (2006:131)

Adapun penjelasan dari lima kekuatan kompetitif Porter adalah sebagai berikut:

1. Persaingan di antara perusahaan sejenis

Persaingan di antara perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar dalam 5 kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan dengan strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Perubahan strategi oleh suatu perusahaan mungkin akan mendapat serangan balasan, seperti menurunkan harga, meningkatkan kualitas, menambah feature, menyediakan jasa, memperpanjang garansi, dan meningkatkan iklan.

Potensi pengembangan produk subtitusi

Persaingan antar perusahaan sejenis

Kemungkinan masuknya pesaing baru Kekuatan

tawar-menawar penjual/pemasok

Kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen


(43)

2. Kemungkinan masuknya pesaing baru

Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri tertentu, intensitas persaingan antarperusahaan meningkat. Tetapi, hambatan untuk masuk dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonmi dengan cepat, kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya pengalaman, tingginya kesetiaan pelanggan, kuatnya preferensi merek, besarnya kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang memadai, peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap bahan mentah, kepemilikan paten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balasan dari perusahaan yang sudah mapan, dan potensi kejenuhan pasar. 3. Potensi pengembangan produk subtitusi

Dalam banyak industri, perusahaan bersaing dekat dengan produsen produk subtitusi dalam industri yang berbeda. Keberadaan produk subtitusi menciptakan batas harga tertinggi yang dapat dibebankan sebelum konsumen beralih ke produk subtitusi. Cara terbaik untuk mengukur kekuatan kompetitif produk subtitusi adalah dengan memantau pangsa pasar yang didapat oleh produk-produk tersebut, juga dengan memantau rencana perusahaan untuk meingkatkan kapasitas dan penetrasi pasar.

4. Kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok

Kekuatan tawar-menawar pemasok (bargaining power of supplier mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri, khususnya ketika


(44)

ada sejumlah besar pemasok, ketika hanya ada sedikit barang subtitusi yang cukup bagus, atau ketika biaya untuk mengganti bahan baku sangat mahal. 5. Kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen

Ketika konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya, atau membeli dalam jumlah besar, kekuatan tawar menawar mereka menjadi kekuatan utama yang mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen akan menjadi lebih tinggi ketika barang yang dibeli adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi.

2.5.2 Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal merupakan analisis terhadap kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Kekuatan dan kelemahan ini berasal dari internal perusahaan itu sendiri. Menurut David (2006:158), terdapat 6 area fungsional bisnis yang menjadi variabel dalam nalisis lingkungan internal perusahaan, yaitu:

1. Manajemen

Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri terdiri dari beberapa proses yang disebut sebagai fungsi manajemen. Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.


(45)

2. Pemasaran

Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefenisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Dalam pemasaran terdapat seperangat alat pemasaran yang disebut dengan 4P bauran pemasaran (marketing mix). Menurut Kotler (1995), bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. 4P bauran pemasaran ini terdiri dari Product (Produk), Price (Harga), Place (Lokasi), dan Promotion (Promosi).

3. Keuangan/akuntansi

Kondisi keuangan sering kali dianggap sebagai satu ukuran terbaik untuk posisi kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Menentukan kekuatan dan kelemahan keuangan suatu organisasi merupakan hal yang penting guna memformulasikan strategti secara efektif.

4. Produksi/operasional

Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi/operasi berhubungan dengan input, transformasi, dan output yang bervariasi antarindustri dan pasar. Roger Schroeder dalam David (2006:191) menyatakan bahwa manajemen produksi/operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi yaitu:


(46)

1) Proses

Keputusan proses berhubungan dengan desain dari sistem produksi fisik. Keputusan spesifik mencakup pilihan teknologi, layout fasilitas, analisis arus proses, lokasi fasilitas, keseimbangan lini, pengendalian proses, dan analisis transportasi.

2) Kapasitas

Keputusan kapasitas berhubungan dengan penentuan tingkat output yang optimal untuk organisasi, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Keputusan spesifik mencakup peramalan, perencanaan fasilitas, perencanaan agregat, penjadwalan,perencanaan kapasitas, dan analisis antrian.

3) Persediaan

Keputusan persediaan mencakup pengelolaan tingkat bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi. Keputusan spesifik mencakup apa yang harus dipesan, kapan harus memesan, berapa banyak harus dipesan, dan penanganan bahan baku.

4) Tenaga kerja

Keputusan tenaga kerja berhubungan dengan pengelolaan karyawan yang terampil, tidak terampil, klerikal, dan manajerial. Keputusan spesifik mencakup desain perkerjaaan, pengukuran kerja, pengayaan pekerjaan, standar kerja, dan teknik motivasi.


(47)

5) Kualitas

Keputusan kualitas ditujukan untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang diproduksi berkualitas tinggi. Keputusan spesifik mencakup pengendalian kualitas, pengambilan contoh, pengujian, pemastian kualitas, dan pengendalian biaya.

5. Penelitian dan Pengembangan

Area terpenting kelima dalam operasi internal yang harus dievaluasi kekuatan dan kelemahan spesifiknya adalah penelitian dan pengembangan (research and development-R&D). Pengeluaran pada Litbang ditujukan pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannya untuk memperbaiki kualitas produk, atau untuk memperbaiki proses produksi untuj menurunkan biaya.

6. Sistem Informasi Manajemen

Informasi menunjukkan sumber utama dari kekuatan atau kelemahan kompetitif manajemen. Kegunaan sistem informasi manajemen adalh untuk memperbaiki kinerja suatu perusahaan dengan memperbaiki kualitas manajerial. Sistem informasi manajemen mengumpulkan data tentang pemasaran, keuangan, produksi, dan yang berhubungan dengan karyawan secara internal, serta faktor sosial, budaya, demografi,

lingkungan, ekonomi, politik, peraturan pemerintah, teknologi, dan kompetitif secara eksternal.


(48)

2.5.3 Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matriks ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. (Rangkuti, 2013: 83)

Gambar 2.3 Matriks SWOT IFAS

EFAS

STRENGHTS (S)  Tentukan 5-10

faktor-faktor kekuatan internal.

WEAKNESS (W)  Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal. OPPORTUNITIES (O)

 Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal.

STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang.

STRATEGI WO Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. THREATS (T)

 Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman ekternal .

STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman.

STRATEGI WT Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Sumber: Rangkuti (2013:83)


(49)

Keterangan: a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Strategi ini adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

       


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu variabel secara mandiri. Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk memahami suatu fenomena atau permasalahan tertentu. (Juliandi, 2013:12)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kue Ibu Sri Warni, Jalan Pattimura No. 21S, Binjai.

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif terdapat informan penelitian. Informan penelitian merupakan sumber informasi dalam penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah pemilik usaha, karyawan, mitra usaha, dan konsumen.


(51)

3.4 Defenisi Konsep

Yang menjadi konsep dari penelitian ini adalah:

1) Strategi pengembangan adalah strategi yang membantu pemilik usaha untuk mengembangkan usahanya yang masih berskala kecil menjadi usaha dengan skala yang lebih besar.

2) Usaha merupakan suatu kegiatan yang di lakukan perorangan atau kelompok untuk mendapatkan penghasilan dengan tujuan memperoleh keuntungan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data mentah yang diambil oleh peneliti (bukan oleh orang lain) dari sumber utama guna kepentingan penelitian dan data tersebut sebelumnya belum pernah ada. Data sekunder adalah data yang telah tersedia yang dikutip oleh peneliti guna kepentingan penelitiannya. (Juliandi, 2013:67)

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pengamatan/Observasi

Pengamatan/observasi adalah kegiatan melihat suatu kondisi secara langsung terhadap objek yang diteliti. (Juliandi, 2013:72) Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi tidak terstruktur, yaitu pengamatan/observasi yang dilakukan dengan tidak menggunakan pedoman


(52)

pengamatan. Pengamatan akan dilakukan pada lokasi usaha kue Ibu Sri Warni.

2) Wawancara

Wawancara adalah dialog langsung antara peneliti dengan responden penelitian. (Juliandi, 2013:71) Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur/terpimpin, dimana peneliti telah menyiapkan daftar rincian pertanyaan yang akan ditanyakan pada responden. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki olah usaha Kue Ibu Sri Warni. 3) Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan kegiatan menyelidiki rekaman-rekaman data yang telah berlalu. (Juliandi, 2013:72) Studi dokumentasi dilakukan pada dokumen tertulis maupun dokumen elektronis.

4) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh dari buku maupun penelitian ilmiah yang relevan dengan permasalahan UMKM, strategi pengembangan, dan usaha kue.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu bagian dari proses penelitian. Analisis data berarti menginterprestasikan data-data yang telah dikumpulkan dari lapangan


(53)

3.6.1 Matriks Faktor Strategi Internal

Suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka strenght dan weakness perusahaan. Tahapan membuatnya adalah:

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan pada kolom 1.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor). Untuk faktor kekuatan yang bersifat positif diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik). Sebaliknya untuk pemberian rating pada kelemahan, jika nilai kelemahannya sangat besar maka ratingnya adalah 1 dan jika nilai kelemahannya kecil maka ratingnya 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,00 (poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.


(54)

f. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.

Tabel 3.1 IFAS Faktor-Faktor Strategi Internal (1) Bobot (2) Rating (3) Skor Pembobotan (Bobot X Rating)

(4) Komentar (5) KEKUATAN : 1. 2. 3. 4. 5. KELEMAHAN : 1. 2. 3. 4. 5. TOTAL Sumber: Hasil Pengolahan.

3.6.2 Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu Faktor Strategi Eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara-cara penentuan Faktor Strategi Eksternal:

a. Susunlah dalam kolom 1, 5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman.


(55)

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usaha yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Sebaliknya untuk pemberian rating pada ancaman, jika nilai ancamannya sangat besar maka ratingnya adalah 1 dan jika nilai ancamannya sedikit maka ratingnya 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. f. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor


(56)

Tabel 3.2 EFAS Faktor-Faktor Strategi Eksternal (1) Bobot (2) Rating (3) Skor Pembobotan (Bobot X Rating)

(4) Komentar (5) PELUANG : 1. 2. 3. 4. 5. ANCAMAN: 1. 2. 3. 4. 5. TOTAL Sumber: Hasil Pengolahan

3.6.3 Matriks Internal Eksternal (IE)

Matriks internal eksternal didasarkan pada dua dimensi yaitu total nilai IFAS yang diberi bobot pada sumbu X dan total nilai EFAS yang diberi bobot pada sumbu Y. Pada sumbu X matriks IE, total nilai IFAS diberi bobot 1,0 -1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah, nilai dari 2,0-2,99 menunjukkan posisi internal yang sedang, dan 3,0-4,0 menunjukkan posisi internal yang kuat. Demikian pula pada sumbu Y, total nilai EFAS diberi bobot 1,0 -1,99 dianggap


(57)

GAMBAR 3.1

Matriks Internal Eksternal (IE)

Total Nilai IFAS Yang Diberi Bobot 3,0 2,0 1,0

4,0

Total Nilai 3,0 EFAS Yang Diberi Bobot

2,0

1,0 (David, 2006:196)

Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategi berbeda. Pertama, divisi yang masuk dalam sel I, II, dan IV dapat disebut sebagai tumbuh dan bina. Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) adalah yang paling tepat bagi divisi ini. Kedua, divisi yang masuk sel III, V, dan VII paling baik dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara. Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang paling banyak dilakukan untuk tipe-tipe

I II III

IV V VI


(58)

divisi ini. Ketiga, divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, dan IX disebut sebagai panen dan divestasi. (David, 2006:196)

3.6.4 Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matriks ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan.

GAMBAR 3.2 Matriks SWOT IFAS

EFAS

STRENGHTS (S)  Tentukan 5-10

faktor-faktor kekuatan internal.

WEAKNESS (W)

 Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal.

OPPORTUNITIES (O)  Tentukan 5-10

faktor-faktor peluang eksternal.

STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang.

STRATEGI WO Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. THREATS (T)

 Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman ekternal .

STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman.

STRATEGI WT Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. (Rangkuti, 2013:83)


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Lokasi Penelitian

Usaha kue Ibu Sri Warni merupakan salah satu usaha berskala mikro yang berlokasi di kota binjai. Usaha ini telah berdiri kurang lebih selama 10 tahun, tepatnya sejak tahun 2003. Pada awalnya Ibu Sri warni beserta suaminya menjalankan usaha toko sepeda. Namun karena adanya permasalahan dalam keuangan serta manajemen usaha yang tidak baik, usaha ini akhirnya tutup.

Setelah usaha toko sepeda itu tutup, Ibu Sri Warni dan suaminya kemudian membuka sebuah toko roti dan kue berbekal keahlian dan hobi membuat kue yang dimiliki oleh Ibu Sri Warni. Namun setelah berdiri selama satu tahun, toko roti dan kue tersebut pada akhirnya juga tutup karena pemilik merasa bahwa keuntungan yang didapatkan tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya sewa toko dan biaya operasional usaha. Sehingga akhirnya Ibu Sri Warni beserta suaminya memutuskan untuk menutup toko roti dan kue tersebut dan melanjutkan usahanya dengan memproduksi kue di rumah saja tanpa membuka toko.

Pada awal mulai menjalankan usaha kue di rumah, produksi hanya akan dilakukan apabila ada pesanan saja. Namun, Ibu Sri Warni menemukan peluang lain bagi usahanya yaitu dengan menitipkan kue hasil produksinya ke penjual kue


(60)

di pasar. Bermula dari menitipkan kue pada 1 tempat saja, sekarang usaha ini telah memiliki 4 orang mitra usaha dalam menjual produk kuenya.

4.1.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Usaha kue Ibu Sri Warni merupakan usaha rumah tangga (home industry) yang termasuk ke dalam usaha berskala mikro. Pemilik usaha kue ini adalah Ibu Sri Warni yang merupakan seorang ibu rumah tangga. Usaha ini berlokasi di Jalan Pattimura No. 21S, Binjai yang juga merupakan rumah dari Ibu Sri Warni. Usaha ini tidak memiliki toko, sehingga untuk menjual produknya kepada konsumen dilakukan dengan cara menitipkan produk kue tersebut kepada penjual kue yang lain. Selain itu usaha ini juga menerima pesanan kue untuk berbagai acara seperti arisan, ulang tahun, pertemuan, dan lain-lain. Usaha ini juga tidak memiliki merek untuk produk kuenya. Konsumen biasanya menyebut kue-kue hasil produksi dari usaha ini sebagai kue Ibu Sri Warni.

Usaha ini dijalankan oleh Ibu Sri Warni sendiri dengan dibantu oleh 1 orang karyawan. Setiap harinya usaha ini memproduksi 4 jenis kue yang nantinya akan dititipkan kepada para penjual kue yang merupakan mitra dari usaha kue ini. 4 jenis kue tersebut adalah kue donat paha ayam, bolu gulung, kue sus, dan kue bolu. Kue donat paha ayam, bolu gulung, dan kue sus merupakan kue yang tetap akan diproduksi setiap harinya karena kue-kue ini merupakan produk unggulan dari usaha ini, sedangkan untuk kue bolu jenisnya akan berubah-ubah setiap 2


(61)

jenis kue tersebut, usaha ini juga memproduksi jenis kue lainnya apabila mendapatkan pesanan dari konsumen. Adapun jenis-jenis kue yang dapat diproduksi oleh usaha ini dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Daftar Kue Produk Usaha Kue Ibu Sri Warni

Produk Kue Varian Rasa/Jenis

Bolu Gulung Cream Meises

Cream Meises dengan topping melted chocolate Cream meises dengan topping meises

Selai nenas Selai stroberi Donat paha ayam Meises

Tepung gula

Kue sus -

Bolu panggang Kismis

Macan Choco chips

Agar-agar

Kue tart -

mini cake -

Brownies kukus dan panggang - Kue crackers segitiga -

Kroket kentang -

Kue mata ikan -

Pudding jagung -

Kue kering Nastar

Kue salju

Kacang

Lidah kucing

Berbagai jenis cookies


(62)

Kegiatan produksi pada usaha ini seluruhnya dilakukan di rumah Ibu Sri Warni. Kegiatan produksi dilakukan setiap hari, kecuali pada saat pemilik memiliki urusan yang mengharuskannya untuk libur ataupun pada saat penjual kue tempat dimana usaha ini menitipkan kuenya untuk dijual meliburkan usahanya. Kegiatan produksi dilakukan kurang lebih selama 3-4 jam yang dimulai sejak pukul 08.00 WIB. Dalam sehari usaha ini mampu memproduksi sebanyak 50 kotak kue dan dan 60 buah donat paha ayam. Satu kotak kue berisi 3 potong kue untuk bolu gulung, 8 buah kue untuk kue sus, dan 2 potong kue untuk kue bolu. Sedangkan untuk donat paha ayam per bungkusnya berisi 1 buah donat.

Usaha ini memiliki 4 penjual kue yang dijadikan sebagai mitra usaha dalam menjual produk kuenya, yaitu 1 orang penjual kue di Pasar Tavip Binjai, 1 orang penjual kue di pasar kaget Binjai, 1 orang penjual sarapan dan kue keliling, serta sebuah kantin sekolah. Khusus untuk kantin sekolah, Ibu Sri Warni hanya menitipkan kue donat paha ayam saja untuk dijual.

Kue yang akan dititipkan ke penjual kue di Pasar Tavip Binjai akan diantarkan oleh karyawan ibu Sri Warni setiap pagi pukul 05.00 WIB. Untuk kue yang dititipkan ke penjual kue di Pasar Kaget Binjai akan diantarkan sendiri oleh Ibu Sri Warni setiap sore pukul 17.00 WIB. Untuk kue yang dititipkan ke kantin sekolah akan diantarkan oleh karyawan Ibu Sri Warni setiap pagi pukul 08.00. sedangkan untuk kue yang dititipkan oleh penjual sarapan dan kue keliling akan diambil sendiri oleh penjual tersebut pada sore hari di rumah Ibu Sri Warni.


(63)

4.1.3 Struktur Organisasi

Stuktur organisasi merupakan gambaran dari hubungan jabatan serta tanggung jawab atau tugas yang dimiliki oleh tiap-tiap anggota dalam suatu organisasi. Gambaran struktur organisasi dalam usaha kue Ibu Sri Warni dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini.

GAMBAR 4.1

Struktur Organisasi Usaha Kue Ibu Sri Warni

Struktur organisasi pada usaha ini hanya terdiri dari 2 jabatan yaitu pemilik dan karyawan yang masing-masing berjumlah 1 orang. Pemilik usaha memiliki peran sebagai orang yang memiliki usaha, menyediakan modal, mengawasi dan mengatur kegiatan usaha, serta secara langsung berperan sebagai orang yang memproduksi kue. Sedangkan karyawan pada usaha ini memiliki peran dalam membantu proses produksi kue, pengemasan, dan mengantarkan kue ke penjual kue yang ada di pasar, dan sekaligus juga membersihkan rumah pemilik.

PEMILIK

USAHA


(64)

4.2 Penyajian Data

Berikut ini adalah data-data yang peneliti peroleh dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada usaha kue Ibu Sri Warni, yaitu:

1. Aspek Pemasaran.

a. Produk kue yang bervariatif

Usaha kue ini memiliki cukup banyak varian jenis dan rasa kue yang ditawarkan kepada konsumennya. Usaha ini menawarkan 12 produk kue dengan 19 varian jenis maupun rasa. Adapun 12 jenis produk kue tersebut adalah bolu gulung dengan varian rasa cream meises, cream meises dengan topping melted chocolate, cream meises dengan topping meises, selai nenas, dan selai stoberi; donat paha ayam dengan baluran meises dan tepung gula; kue sus; bolu panggang dengan varian jenis bolu kismis, bolu macan, bolu chocochips, dan bolu agar-agar; kue tart; mini cake; brownies kukus dan panggang; kue crackers segitiga; kroket kentang; kue mata ikan; pudding jagung; dan kue kering dengan berbagai varian jenis seperti nastar, kue salju, kue kacang, lidah kucing, dan berbagai jenis cookies. Dari hasil wawancara dengan para informan, usaha ini memiliki variasi produk kue yang dirasa lengkap dan mampu memenuhi keinginan para konsumen.

b. Memiliki kualitas produk yang baik.

Berdasarkan hasil wawancara kepada pemilik, mitra usaha, maupun konsumen, produk kue hasil produksi usaha ini memiliki kualitas yang baik.


(65)

produk kue sejenis hasil produksi dari usaha kue yang lain. Konsumen lebih menyukai kue hasil produksi dari Ibu Sri Warni karena merasa bahwa kue-kue tersebut lebih enak rasanya, lebih lembut teksturnya, dan lebih sesuai dengan selera konsumen. Pemilik menilai hal ini disebabkan karena kue-kue tersebut diproduksi dengan menggunakan bahan-bahan baku yang berkualitas, sehingga mampu memberikan rasa yang lebih enak dibandingkan dengan kue-kue sejenis yang ada di pasaran.

c. Harga yang ditawarkan bersaing dan sesuai dengan kualitas produknya. Usaha ini tidak memiliki strategi khusus dalam menetapkan harga jual produknya. Penetapan harga dilakukan dengan cara mengikuti harga produk sejenis yang ada di pasar dan dengan mempertimbangkan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan yang akan didapatkan. Pemilik usaha tidak berani mengambil resiko dengan menetapkan harga yang terlalu mahal karena tingginya persaingan pada bisnis kue ini.

Harga yang diberikan kepada mitra usahanya dan konsumen yang membeli dengan cara memesan secara langsung memiliki perbedaan. Pemilik memberikan harga yang lebih murah kepada mitra usahanya karena mitra usaha dimana usaha ini menitipkan produknya juga harus mengambil keuntungan dari hasil penjualan kue-kue tersebut.

Untuk per kotak kue bolu gulung, kue sus, dan bolu panggang yang dititipkan kepada mitra usahanya, pemilik memberikan harga Rp 5.000 per


(66)

kotaknya dan untuk donat paha ayam, pemilik memberikan harga Rp 2.000 per bungkusnya. Sedangkan kepada konsumen yang langsung memesan, pemilik menjual produk kuenya dengan harga Rp 2.500 per bungkus donat paha ayam, Rp 6.000 per kotak bolu gulung, Rp 14.000 untuk satu buah bolu gulung berukuran kecil, Rp 28.000 untuk satu buah bolu gulung berukuran besar, Rp 6.000 untuk per kotak kue sus. Untuk harga kue yang lainnya dipatok dengan harga termurah Rp 2.500 dan harga yang termahal Rp 150.000. Harga ini disesuaikan dengan jenis kue dan bahan baku membuat kue tersebut.

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada mitra usaha maupun konsumen, harga yang diberikan oleh Ibu Sri Warni telah sesuai dengan keinginan mereka. Dengan rasa kue yang enak dan kualitas baik yang ditawarkan, harga kue tersebut justru dirasa tidak mahal bagi konsumen.

d. Tidak memiliki toko

Usaha kue Ibu Sri Warni ini tidak memiliki toko atau gerai yang dijadikan sebagai tempat untuk menjual produknya. Penjualan pada usaha ini dilakukan dengan cara menitipkan produknya kepada para penjual kue ataupun hanya melalui pesanan saja. Hal ini menjadi salah satu kelemahan dari usaha ini karena kegiatan produksi tidak dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pemilik usaha.

Pemilik usaha harus menyesuaikan operasional usahanya dengan para mitra usahanya. Jika mitra usaha kue ini meliburkan usahanya, maka usaha kue ibu Sri


(67)

Selain karena adanya kerugian tersebut, dengan mempunyai toko sendiri usaha kue ini tentunya akan lebih mudah menarik minat konsumen sehingga mampu menarik lebih banyak lagi konsumen.

e. Tidak menjalankan promosi

Dari hasil wawancara dan observasi, usaha ini tidak menjalankan promosi apapun bagi usahanya. Bahkan usaha ini juga tidak memiliki merek untuk produknya. Para konsumen maupun mitra usaha dari usaha ini menyebut produk kue dari usaha ini sebagai kue Ibu Sri Warni yang berasal dari nama pemilik usaha ini yaitu Ibu Sri Warni. Berdasarkan hasil wawancara kepada para konsumen, mereka mengetahui usaha kue ini hanya dari mulut ke mulut atau juga karena mengenal pemilik usaha ini. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab tidak dapat berkembangnya usaha kue ini.

2. Aspek Keuangan/akuntansi

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha, usaha kue ini tidak memiliki laporan keuangan. Pemilik merasa tidak perlu memiliki suatu laporan keuangan bagi usahanya karena beranggapan bahwa usahanya hanya merupakan usaha kecil yang sederhana dan akan sulit jika harus membagai biaya-biaya tertentu seperti biaya listrik dan air yang tidak hanya digunakan pada saat produksi saja tetapi juga digunakan pada waktu lain untuk kebutuhan tempat tinggal pemilik usaha.


(68)

Dari segi modal usaha, pemilik menilai bahwa modal yang dimilikinya telah mencukupi untuk menjalankan operasional usahanya sehingga tidak memerlukan tambahan modal lagi. Hasil keuntungan dari penjualan setiap harinya akan digunakan kembali sebagai modal untuk kegiatan produksi esok hari. Hal ini menyebabkan pemilik merasa tidak membutuhkan adanya dana pinjaman dari pihak lain dalam menjalankan usahanya.

3. Aspek Produksi/Operasional

a. Menggunakan bahan baku yang berkualitas.

Usaha kue ini selalu menggunakan bahan baku yang berkualitas. Pemilik tidak ingin memakai sembarangan bahan baku untuk memproduksi kuenya karena pemilik percaya bahwa kualitas bahan baku nantinya akan mempengaruhi rasa dan tekstur kuenya. Pemilik hanya akan menggunakan bahan baku dengan merek yang jelas dan telah terjamin kualitas serta rasanya. Adapun bahan baku produksi yang digunakan pada usaha ini adalah meises dengan merek “ceres”, mentega dengan merek “blue band”, tepung dengan merek “Segitiga Biru” dan “Cakra Kembar”, susu kental mamis dengan merek “Frisian Flag Gold”, gula dengan merek “Gulaku”, dan bahan baku lainnya yang memiliki kualitas baik.

b. Memiliki alat produksi dan persediaan bahan baku yang memadai.


(69)

oven, 1 buah kompor minyak bumi dan 2 kompor gas , 1 buah alat pengukus, 10 buah loyang cetakan dengan berbagai bentuk dan ukuran, dan alat produksi lainnya seperti mangkuk, baskom, timbangan, pisau, dll.

Persediaan bahan baku yang dimiliki usaha ini juga memadai. Pembelian bahan baku dilakukan tanpa adanya jadwal tertentu. Pembelian akan dilakukan setiap ada bahan baku yang akan segera habis persediaannya agar bahan baku produksi tetap tersedia, sehingga tidak akan mengganggu kegiatan produksi usaha ini. Dalam sekali pembelian persediaan, pemilik akan membeli bahan baku dalam jumlah yang banyak. Ketersediaan bahan baku dan alat produksi yang memadai ini dapat menjadi kekuatan bagi usaha kue ini.

c. Tenaga kerja yang tidak memadai.

Usaha kue ini hanya memiliki 1 orang karyawan saja. Karyawan ini tugasnya hanya membantu pemilik dalam melakukan kegiatan produksi kue, pengemasan, dan mengantarkan produk kue ke mitra usaha saja. Walaupun dalam kegiatan produksi kue yang memegang peranan utama sebagai koki utama yang membuat kue adalah pemilik usaha, karyawan juga memiliki peranan yang penting dalam membantu proses produksi tersebut terutama pada saat proses pencampuran bahan dan pengemasan kue. Pemilik usaha dan karyawannya seringkali merasa kesulitan pada saat sedang banyak pesanan yang masuk karena mereka harus memproduksi kue pesanan sekaligus juga kue yang akan dititipkan ke mitra usahanya. Selain itu karyawan yang dimiliki saat ini juga tidak memiliki


(70)

keahlian dalam menghias kue-kue, sehingga kegiatan menghias kue hanya dilakukan oleh pemilik saja tanpa bantuan dari karyawannya.

d. Terhambatnya kegiatan produksi akibat pemadaman listrik.

Pemadaman listrik yang terjadi akan mengganggu dan menghambat kegiatan produksi usaha ini karena usaha ini tidak memiliki mesin pembangkit listrik. Apabila pemadaman listrik ini terjadi hanya sesekali tentunya hal ini dirasa tidak akan terlalu mengganggu proses produksi, namun apabila pemadaman listrik tersebut terjadi setiap hari seperti yang terjadi selama beberapa bulan belakangan ini tentunya akan sangat mengganggu dan menghambat kegiatan produksi usaha ini.

Dalam kegiatan produksi kue, dibutuhkan alat produksi berupa mixer yang membutuhkan energi listrik. Apabila terjadi pemadaman listrik, mixer tersebut tidak akan dapat digunakan. Hal ini menyebabkan kegiatan produksi terpaksa harus ditunda sampai listrik menyala kembali karena hampir semua jenis kue harus menggunakan mixer, hanya ada beberapa jenis kue saja yang dapat diproduksi secara manual tanpa menggunakan mixer.

4. Aspek Persaingan

a. Tingginya persaingan dengan usaha-usaha kue yang lain.


(71)

shop. Banyaknya jumlah usaha kue ini menimbulkan tingginya angka persaingan, apalagi produk kue yang ada di pasar jenisnya hampir semuanya sama. Ibu Sri Warni sendiri merasakan pengaruh dari tingginya persaingan ini terhadap penurunan jumlah omsetnya dan jumlah produksi kue selama beberapa tahun belakangan ini. Hal ini dapat menjadi ancaman yang membahayakan bagi usaha ini.

b. Kemungkinan masuknya pesaing baru.

Kue merupakan salah satu jenis makanan yang sangat digemari oleh konsumen. Hal ini menyebabkan pasar konsumen untuk bisnis atau usaha yang bergerak dalam bidang kue masih sangat luas. Membuat kue juga tidak sulit untuk dipelajari, dalam menjalankan usaha kue ini juga tidak terlalu sulit dan modal yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar. Hal ini mampu menarik masuknya para pesaing baru yang tentunya akan mengancam para pengusaha kue yang telah ada.

c. Kekuatan tawar-menawar pembeli rendah.

Konsumen atau pembeli pada usaha kue Ibu Sri Warni ini memiliki kekuatan tawar-menawar yang rendah. Hal ini terjadi karena pemilik usaha menetapkan harga yang tidak mahal dan sesuai dengan harga yang ada di pasar. Konsumen merasa tidak perlu menawar karena harga tersebut telah sesuai dengan harga di pasar dan sesuai dengan kualitas produk kuenya.


(72)

5. Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi yang mempengaruhi usaha ini adalah kenaikan harga bahan baku. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik, salah satu kenaikan harga bahan baku yang dianggap mempengaruhi usaha ini adalah kenaikan harga bahan bakar. Pada awalnya usaha ini menggunakan kompor minyak bumi sebagai alat pemanas ovennya, namun kenaikan harga minyak bumi dan semakin langkanya minyak bumi yang terjadi saat itu menuntut pemilik untuk mengganti penggunaan bahan bakar minyak tersebut dengan bahan bakar gas.

Kenaikan harga gas yang terjadi pada awal tahun 2014 ini juga mempengaruhi pendapatan usaha ini. Walaupun harga bahan bakar gas tersebut mengalami peningkatan, pemilik usaha memutuskan untuk tidak menaikkan harga produknya karena adanya persaingan yang tinggi. Hal ini menyebabkan keuntungan yang didapatkan oleh usaha ini menjadi berkurang.

6. Aspek Pasar

Dari aspek pasar konsumen, usaha ini memiliki pasar yang masih luas karena usaha ini bergerak dalam bidang industri makanan yang merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Selain itu masyarakat Indonesia juga memiliki kegemaran untuk menyantap kue ini sebagai kudapan di rumah maupun hidangan pada berbagai acara. Pasar yang luas ini dapat menjadi peluang bagi perkembangan usaha ini.


(1)

2 Mengapa kak Livia tertarik untuk memesan kue disini?

Karena variasai kuenya cukup banyak ya. Harganya pun murah tapi kualitasnya bagus.

3 Produk apa yang biasanya kakak pesan? Alasannya kenapa tertarik memesan kue itu?

Kalo di sekolah anak saya, saya sering beli donatnya. Kalau untuk pesan saya sering pesan mini cake, bolu gulung, dan kue sus. Saya tertarik dengan kue-kue tersebut karena rasanya cocok dengan selera saya dan saya juga sering mengadakan acara arisan di rumah jadi saya sering memesan kue-kue tersebut. 4 Menurut kak Livia

apakah produk kue yang ditawarkan ini sudah baik dan dapat memuaskan keinginan kakak?

Menurut saya sudah baik ya. Tapi kalau bisa variasi kue atau rasanya ditambah lagi supaya konsumen tidak bosan.

4) Konsumen 4

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Darimanakah ibu

mengetahui usaha kue ibu Sri Warni ini?

Saya tahu usaha ini karena saya tinggal di daerah sini.

2 Mengapa ibu tertarik untuk memesan kue disini?

Saya suka sama rasa kuenya dan juga lokasi usaha ini dekat dengan rumah saya jadi tidak perlu jauh-jauh.

3 Produk apa yang biasanya ibu pesan? Alasannya kenapa tertarik memesan kue itu?

Saya sering pesan bolu macan dan kue keringnya ya. Saya sering pesan bolu macan karena bolunya enak dan ukurannya besar jadinya cocok dipesan untuk acara di rumah. Kalau kuekering saya pesannya setahun sekali


(2)

saja ya ketika imlek. 4 Menurut ibu apakah

produk kue yang ditawarkan ini sudah baik dan dapat memuaskan keinginan ibu?

Menurut saya kue-kue ibu Sri Warni ini sudah dapat memuaskan keinginan dan selera saya.


(3)

DOKUMENTASI PENELITIAN


(4)

(5)


(6)