Rangkak Creep dan Susut Shrinkage

2.5 Klasifikasi Retak

Klasifikasi Pola Retak bervariasi yaitu: a Umum yang terdiri dari retak akibat rangkak creep dan retak akibat susut shrinkage b Lebar retak yang terdiri dari retak mikro, retak makro dan retak mayor c Bentuk dan pola retak yang terdiri dari retak tunggal, retak ganda, dan retak bercabang. Retak yang diperbolehkan harus sesuai dengan faktor keamanan, perawatan perlakuan, dan kekuatan bahan pada beton itu sendiri meskipun retak tidak dapat ditentukan bentuk dan pola yang terjadi, hal ini dikarenakan retak berhubungan dengan permukaan yang bebas tidak diberikan beban.

2.5.1 Rangkak Creep dan Susut Shrinkage

Pada umumnya penyebab retak adalah rangkak creep dan susut shrinkage yang tergantung pada waktu. Rangkak creep adalah salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi yang menerus menurut waktu dibawah pembebanan yang diijinkan. Deformasi yang tidak elastis ini bertambah dengan tingkat perubahan yang berkurang selama pembebanan dan jumlah totalnya dapat mencapai besar beberapa kali dari deformasi elastis dalam waktu jangka pendek. Definisi shrinkage secara umum adalah perubahan volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan dan lebih dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, aliran angin, dan faktor lingkungan lainnya. Saat beton masih bersifat plastis maka partikel agregat akan turun ke bawah sedangkan air dan udara akan naik ke atas akibatnya dapat terjadi retak retak. Retak akibat penyusutan volume pada beton plastis disebut plastic Universitas Sumatera Utara shrinkage crack, sedangkan retak akibat penyusutan yang terus terjadi karena panas hidrasi pada beton keras hardened concrete disebut drying shrinkage crack. 2.5.2 Plastic Shrinkage Crack Setelah semen bereaksi dengan air maka pasta akan mengalami reduksi dalam volume beton, tetapi ini seharusnya menjadi catatan bahwa hal tersebut disebabkan oleh hidrasi pada beton yang meningkat. Perawatan beton yang disimpan dalam air secara kontinu akan menambah volume beton berkisar 0.01- 0.02 dari volume semula akibat beton tersebut mengembang. Namun di satu sisi jika beton disimpan ditempat yang kering dan panas dry curing, maka beton akan menyusut sehingga volume beton berkurang. Plastic shrinkage terjadi pada hari pertama setelah pengecoran berkisar antara 5- 10 jam. Retak sering terjadi pada permukaan beton dan terlihat tidak teratur. Retak juga lebih banyak terjadi pada arah horizontal. Retak plastic shrinkage banyak terjadi pada slab dan perkerasan jalan raya dengan bidang permukaan yang luas sehingga terjadi evaporasi yang sangat tinggi. Kondisi udara yang sangat panas juga dapat meningkatkan terjadinya plastic shrinkage. Besar kemungkinan terjadinya plastic shrinkage dapat dipengaruhi dalam merencanakan campuran antara lain yaitu: 1. Tipe semen 2. Faktor air semen 3. Jumlah dan ukuran agregat kasar 4. Konsistensi dalam campuran Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengatur seminimal mungkin retak akibat plastic shrinkage. Penyemprotan air dingin pada agregat sebelum dicampur dan Universitas Sumatera Utara penggunaan air dingin pada campuran bisa mengurangi terjadinya plastic shrinkage crack. Meminimalkan atau mengurangi terjadinya penguapan air juga dapat menurunkan besar terjadinya plastic shrinkage yang dapat dilakukan dengan perawatan terhadap benda uji supaya lembab atau ditutup dengan plastik agar terhindar dari pengaruh udara luar. Penurunan suhu beton pada saat pencampuran akan mengurangi besar penyusutan plastis pada beton tersebut. Penurunan suhu semen antara 8-10°C, suhu air menurun 4°C dan suhu agregat menurun 1,8°C akan dapat menurunkan suhu beton sebesar 1°C.

2.5.3 Drying Shrinkage Beton