4.3 Gambaran Cross Culture Lintas Budaya Antara Mayarakat Lokal dan
Turis Asing di Tuktuk Siadong
Mengutip dari Reisinger 1997: 131 perbedaan budaya merupakan hal yang penting mendapatkan perhatian dalam melihat interaksi wisatawan dengan
masyarakat lokal, hal ini dijelaskan sebagai berikut: “Culural differences, together with asymmetry of the frequent
and transitory tourist-host contact, are the most important factors which influence interaction difficulties between tourist
and host Pearce, 1982b; Sutton, 1967. Therefore, understanding of croos culture tourist-host contact and the
influence of the culture background of tourist and host is the key feature for identification of the culture potential for
taourist-host interaction and the effect this interaction on the overall tourist holiday satisfaction”. Artinya: Perbedaan
budaya bersamaan dengan frekuensi kontak turis dan masyarakat adalah faktor yang sangat penting yang
mempengaruhi kesulitan interaksi antara turis dan masyarakat lokal Pearce, 1982b; Sutton, 1967. Oleh karena itu,
pemahaman kontak budaya berbeda dan pengaruh latar belakang turis dan masyarakat adalah kunci utama untuk
mengidentifikasikan tingkat interaksi dan efek kepuasan interaksi itu secara keseluruhan.
Pemahaman budaya berbeda adalah suatu kunci utama dalam berinteraksi selama wisatawan berkunjung. Hal ini dapat dibuktikan dari wawancara dengan
informan Jenny Silalahi Pr, 23 tahun sebagai berikut: Budaya mereka kan lebih bebas, contohnya cara berpakainnya yang
terbuka. Kita tidak mempermasalahkan itu karena mereka kan turis. Juga kita selaku yang bekerja di hotel harus menyesuaikan diri
kepada mereka dengan tidak memprotes.
Selama penelitian dilaksanakan, penulis melihat perbedaan yang benar- benar terlihat antara budaya Barat dan Budaya Batak. Namun, sekalipun
perbedaan itu ada bukan menjadi suatu penghalang bagi turis untuk datang ke Samosir, demikian juga bukan menjadi suatu penghalang bagi masyarakat lokal
untuk menerima kedatangan turis. Dalam hal ini dilihat dari pendapat sebagian
Universitas Sumatera Utara
besar masyarakat lokal yang ada di Tuktuk dan pendapat turis asing. Perbedaan antara Budaya Batak dan Budaya Barat dapat dilihat dari penjelasan berikut:
a. Budaya Batak Toba Pada orang Batak akan tetap mengamalkan ajaran adat-istiadat Batak walau
dia memeluk agama Kristen. Dalam hal ini, kebudayaannya sebagai Batak akan lebih kuat dibandingkan dengan kekristennannya. Seorang yang tidak
beragama di Budaya Batak tidak dianggap sesuatu hal yang sangat parah, tetapi apabila seseorang disebut “naso maradat” maka seseorang tersebut
tidak layak lagi menjadi anggota masyarakat. Budaya Batak menjunjung tinggi kehormatannya sebagai Anakni Raja dan Boruni Raja yang
diimplementasikan dalam Dalihan Natolu kekerabatan Batak Toba. Hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadap informan R. Simbolon Lk, 48
tahun sebagai berikut: Batak Toba menjunjung tinggi Dalihan Natolu sebagai rasa
hormatnya terhadap orang yang lebih tua dan penghormatan juga terhadap dirinya sebagai yang lebih muda. Jadi Anakni Raja itu
sebagai hula-hula Raja dan Boruni Raja itu sebagai pelayan, dimana satu sama lain ada giliran marganya yang mengarahkan
dia kapan menjadi raja dan menjadi pelayan.
Hal lain juga diungkapkan oleh informan Luker Sidabutar Lk, 50 tahun sebagai berikut :
Sekarang ini bisa dibilang agama itu sebagai agama adat. Alasannya karena terkadang tanggung dikatakan berbudaya dan
tanggung juga beragama. Harusnya yang paling penting ditingkatkan itu adalah budaya. Tetapi karena keberadaan agama
sekarang, maka budaya itu hampir terkikis. Seandainya Ugamo Parmalin itu disahkan negara, saya akan memilih untuk menganut
itu karena kehormatan kepada leluhur itu benar-benar dijunjung tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa kebudayaan daerah itu penting posisinya dalam dalam masyarakat untuk membangun kerukunan dalam
masyarakat. Sementara, berbeda dengan Budaya Barat yang ada pada turis asing yang datang ke Tuktuk. Budaya Barat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
b. Budaya Barat Mengutip dari Hidayati, 2003: 10 kebudayaan Barat adalah kebudayaan
yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara memahami ilmu pengetahuan dan filsafat. Dalam kaca mata Indonesia bahkan dalam kaca mata kebudayaan Timur
mengenal bahwa kebudayaan Barat memiliki sifat, mandiri, disiplin, terbuka, pekerja keras, gaya berpakaian yang bebas, sangat menghargai waktu dan privacy,
namun kurang perduli dengan norma-norma dan agama. Hal ini dibuktikan juga dengan wawancara terhadap informan Emmika Parhusip Pr, 25 tahun sebagai
berikut: Senanglah berteman dengan orang itu, wawasan kita lebih
terbuka, ingin meniru sifat mereka yang mandiri. Pandangan kita pun terhadap pakaian yang mini tidak terlalu negatif lagi.
Hal lain juga diungkapkan oleh informan Mak Andi Sinaga Pr, 35 tahun sebagai berikut:
Saya tahu banyak tentang sifat turis, karena suami saya juga orang Barat. Jadi sama mereka itu yang penting itu adalah jujur, tegas
dan pintar memanajemen uang. Jadi kalau mereka harus memang ada tabungan khusus untuk berlibur, tidak hanya bekerja tanpa
menikmati hidup.
Hal lain juga diungkapkan oleh informan bernama Peter dari Polandia Lk, 43 tahun sebagia berikut:
Well, our culture so different ya. We do not have something like you do in some ceremonies. In the other hand our ways to talking
is different, most of local here so friendly. I don’t know is that
Universitas Sumatera Utara
common here as well ya, but so far i knew some of people don’t really care about time, different with my culture. Artinya:
Budaya kita sangat berbeda. Kami tidak memiliki banyak upacara-upacara seperti yang kalian laksanakan. Disisi lain cara
kita berbicara juga berbeda, orang-orang disini sangat bersahabat. Saya juga tidak tahu pasti apakah ini umum disini tentang
keperdulian terhadap waktu, tetapi sejauh yang saya tahu orang- orang disini tidak terlalu perduli dengan waktu berbeda dengan
kami.
4.4 Gambaran Turis Asing Yang Berkunjung Ke Tuktuk Siadong