2. Adanya komunikasi, seseorang memberikan penafsiran kepada perlakuan atau dengan kata lain manusia dapat membayangkan dirinya secara sadar dalam
perilakunya dari sudut pandang orang lain, Soekanto 2002. Komunikasi menuntut adanya pemahaman makna atas suatu pesan dan tujuan bersama
antara masing-masing pihak. Menurut Sitorus 2000 berlangsungnya suatu interaksi dapat didasarkan
pada berbagai faktor antara lain imitasi, suggesti, identifikasi dan simpati. Identipikasi dan simpati memiliki kemiripan yaitu adanya kecenderungan
menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Secara mendasar ada empat macam bentuk interaksi sosial yang ada dalam masyarakat yaitu:
1. Kerja sama coorporation
2. Persaingan competition
3. Akomodasi dan penyesuaian diri accomodation
4. Pertentangan atau pertiakaian conflict.
2.4 Budaya
Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, rasa dan karsa. E.B Tylor menyatakan budaya adalah suatu keseluruhan kompleks
yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istadat kemampuan lain yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar. Kebudayaan dipengaruhi oleh evolusionisme yang
mengatakan kebudayaan akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.
Universitas Sumatera Utara
Substansi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala ide dan gagasan manusia yang bermunculan dalam masyarakat baik dalam bentuk sistem
pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan. Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan digolongkan dalam tiga
wujud yaitu: 1.
Kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan.
2. Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat. 3.
Kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
2.5 Hambatan Budaya
Hambatan budaya adalah suatu budaya yang berkaitan dengan persepsi atau sudut pandang antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Hambatan
budaya juga diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu: 1.
Sikap tradisionalisme, kehidupan masyarakat tergantung kepada alam. Kehul H Landis mengatakan kebudayaan tradisional akan tercipta apabila
masyarakat sangat tergantung kepada pertanian, tingkat tehnologi rendah dan produksinya hanya memenuhi pada kebutuhan keluarga. Ciri-ciri
sikap tradisional, Raharjo 2004: 66 yaitu: a.Mengembangkan adaptasi yang kuat terhadap
lingkungannya, b. Rendahnya tingkat inovasi masyarakatnya,
c.Cenderung menganggap segala sesuatu sebagai kesatuan tingginya kekeluargaan,
d. Pola hidup yang lamban, karena terggantung kepada alam,
e. Tingginya kepercayaan kepada takhayul, f. Aspek kebudayaan material relatif bersahaja,
Universitas Sumatera Utara
g. Tidak mengindahkan segi ornamen dan keindahan- keindahan seni,
h. Standart moral yang kaku di dalam masyarakat. 2.
Etnosentrisme, sikap mengagung-agungkan budaya suku bangsa sendiri dan menganggap rendah budaya lain yang dapat mengakibatkan konflik
SARA Setiadi, 2006: 33. Kebiasaan setiap kelompok untuk menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik juga
menolak kebudayaan lain yang masuk kedaerahnya. Orang etnosentris cenderung kurang terpelajar, kurang bergaul, dan memeluk agama yang
fanatik. 3.
Penstreotipean yang menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi. Beberapa penyebab stereotipe menurut Baron dan Paulus yaitu:
a. Kekurangan informasi mengenai mereka, dengan
cenderung menyamaratakan dan menganggap mereka homogen.
b. Kecenderungan melakukan kognitif sedikit mungkin
dalam berpihak dengan orang lain. 4.
Rasialisme, suatu penekanan pada ras atau menitikberatkan pertimbangan rasial. Rasialisme atau sering disebut dengan rasisme yang dapat
menghambat keefektifan komunikasi antar budaya antar ras yang berbeda. Gerakan rasisme umumnya merujuk kepada sifat individu, selain itu juga
merujuk kepada gerakan sosial politik dengan melambangkan supermasi ras. Fokus para rasisme adalah pada kebanggaan ras, identitas politik, atau
segregasi sosial. 5.
Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, yang sering disalahgunakan oleh manusia. Contoh pembuatan nuklir mengakibatkan
kehancuran manusia akibat penyalahgunaan fungsi. htttp:luciatriediana.wordpress.2009. Diakses 16 Januari 2014, 22:10
Sebagaimana hubungan manusia dari budaya yang berbeda, hubungan antara wisatawan dengan masyarakat lokal dipengaruhi oleh sistem sosial budaya
kedua belah pihak. Perbedaan budaya merupakan hal yang penting mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
perhatian dalam melihat interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal. Reisinger 1997: 131 menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:
“Culural differences, together with asymmetry of the frequent and transitory tourist-host contact, are the most important
factors which influence interaction difficulties between tourist and host Pearce, 1982b; Sutton, 1967. Therefore,
understanding of croos culture tourist-host contact and the influence of the culture background of tourist and host is the
key featur for identification of the culture potential for taourist-host interaction and the effect this interaction on the
overall tourist holiday satisfaction”. Artinya: Perbedaan budaya bersamaan dengan frekuensi kontak dan transitori turis
dan masyarakat lokal adalah faktor yang paling penting dan mempengaruhi kesulitan interaksi antara tamu dan masyarakat
lokal Pearce, 1982b; Sutton, 1967. Oleh karena itu, pemahaman kontak budaya berbeda dan pengaruh latar
belakang budaya turis dan masyarakat adalah kunci utama untuk identifikasi potensi interaksi budaya turis dan
masyarakat lokal dan mempengaruhi kepuasan liburan turis.
2.5.1 Budaya Batak Toba Anakni Raja dan Boruni Raja
Status sosial dalam masyarakat Batak ada dibuat penamaan sebagai Halak Batak Orang Batak. Penamaan untuk orang Batak tersebut kurang tepat,
melainkan lebih kepada Bangso Batak Bangsa Batak. Budaya Batak Sangat tinggi disamping bahasa ada tulisan, pembagian waktu, penamaan hari, bulan,
mata angin, ulos, ukiran dan alat musik lainnya. Pada orang Batak akan tetap mengamalkan ajaran adat-istiadat Batak walaupun dia memeluk agama Kristen.
Dalam hal ini, kebudayaannya sebagai Batak akan lebih kuat dibandingkan dengan kekristennannya. Seorang yang tidak beragama di Budaya Batak tidak
dianggap sesuatu hal yang sangat parah, tetapi apabila seseorang disebut naso maradat tidak ada adat maka seseorang tersebut layaknya tidak lagi menjadi
anggota masyarakat, Jhon Peter 2009: 16. Dalam kebudayaan Batak semua orang Batak disebut sebagai Raja, apakah
Raja Ni Hula-Hula, Rajani Dongan Tubu, Raja Ni Boru, Raja Na Ro dan
Universitas Sumatera Utara
sebagainya. Diamati dari hal yang membedakan status orang Batak apakah dapat disebut sebagai Raja Batak atau tidak yaitu, dengan melihat jumlah tangga pada
rumahnya umumnya menggunakan Rumah Bolon. Jumlah anak tangga menentukan status sosialnya, apabila jumlah tangga genap maka asal muasalnya
tidak jelas dan tidak pantas untuk disebut sebagai raja. Marga adalah nama family yang diambil dari garis keturunan ayah
patrilineal, marga juga sebagai suatu penyelaras status sosial masyarakat. Oleh karena itu, mengapa semua perempuan Batak dan laki-laki Batak disebut sebagai
Boruni Raja dan Anakni Raja karena saat pelaksanaan pesta pernikahan ada acara menyusul setelah acara adat yaitu Tikkir Tangga yang bertujuan untuk melihat
lebih lanjut berapa jumlah anak tangga keluarga mempelai perempuan. Jumlah anak tangga apabila genap tetap mempelai perempuan disebut sebagai Boruni
Raja, karena ada satu yang menyelaraskannya yaitu dari segi nama keluarga Marga dan dengan memahami asal-usul marga nenek moyangnya, maka
layaklah disebut Anakni Raja dan Boruni Raja, Jhon Peter 2010: 6.
2.5.2 Budaya Barat Turis Asing
Kebudayaan Barat adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara memahami ilmu pengetahuan dan filsafat. Mereka melakukan
berbagai diskusi untuk menentukan makna sebenarnya dari kesadaran. Melalui proses belajar mereka dituntut untuk pandai berceramah dan berdiskusi. Dalam
kaca mata Indonesia bahkan dalam kaca mata kebudayaan Timur mengenal bahwa kebudayaan Barat memiliki sifat, mandiri, disiplin, terbuka, pekerja keras, gaya
berpakaian yang bebas, sangat menghargai waktu dan privacy namun kurang perduli dengan norma-norma dan agama, Hidayati 2003: 10.
Universitas Sumatera Utara
Budaya konsumen dicirikan dengan peningkatan gaya hidup lifestyle bermakna individualitas, pernyataan diri dan kesadaran diri. Fashion adalah suatu
aksi yang dirangsang oleh industri konsumen Chaney, 2004: 99. Cara berpakaian bagi kebudayaan Barat tidak tergantung kepada penilaian orang lain
terhadap cocok tidaknya pakaian yang dipakai seseorang, tetapi lebih kepada apakah seseorang itu nyaman dengan apa yang dipakainya. Keberadaan budaya
nigh club, konser atau bersantai dirumah juga menentukan cara berpakaian mereka, Judith Schlehe 2006
Bersepeda adalah salah satu gaya hidup dalam kebudayaan Barat sekalipun mereka memiliki mobil. Bersepeda adalah hal yang umum digunakan
terutama di pusat kota di Eropa. Alasan mereka memilih bersepeda adalah, untuk kesehatan, mengurangi kemacetan, bersifat ekonomis, mengurangi pemakaian
kendaraan bermotor untuk kesadaran ramah lingkungan dan sepeda tidak terkait dengan status, Judith Schlehe 2006 .
Konsumsi minuman beralkohol juga merupakan gaya hidup, 77 penduduk dewasa di negara Barat terutama di Jerman, mengkonsumsi bir secara
teratur. Setiap bulan Oktober ada pestival Octoberfest perayaannya identik dengan pesta bir, bahkan diperhitungkan bir yang dihabiskan selama festifal
tersebut mencapai setengah dari keseluruhan konsumsi bir di Jerman selama setahun. Pola konsumsi ini tidak hanya berhubungan dengan selera atau rasa tetapi
sebagai sarana megekspresikan suatu identitas tertentu. Konsumsi bir sebagai sarana interaksi dengan sesama yang pada akhirnya akan membentuk kelompok-
kelompok tertentu. Hasil penelitian Judith Schlehe 2006.
Universitas Sumatera Utara
Komisi ahli statistik Liga Bangsa-Bangsa 1937 menyatakan turis asing atau sering disebut wisatawan asing adalah setiap orang yang mengunjungi suatu
negara diluar dari negara asalnya dalam jangka waktu minimal 24 jam dan bukan untuk menetap tetapi tujuan bersenang-senang. Turis atau wisatan bahkan sering
disebut dengan travelers merupakan orang yang melakukan perjalanan, Irawan 2010: 11. U.N Convention Concerning Costums Fasilities For Touring
menyatakan turis asing adalah setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan yang sah, selain untuk berimigrasi dan tinggal setidaknya selama 24 jam
dan selama-lamanya enam bulan, Irawan 2010: 12. U.N Conference On Interest Travel And Tourism di Roma 1963 dalam Irawan 2010: 12 menggunakan istilah
pengunjung atau visitors untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya dan biasa untuk keperluan apa saja, selain melakukan
perjalanan yang digaji. Pengunjung dibagi menjadi dua kategori yaitu: 1.
Wisatawan, pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya tinggal selama minimal 24 jam dengan tujuan untuk bersenang-senang,
berlibur, kesehatan, belajar, keperluan agama, berbisnis, keluarga, utusan
dan pertemuan.
2. Excurtion, pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang
dikunjunginya tanpa bermalam.
Menurut
Kasumarungin, 2009: 18
wisatawan
dibagi menjadi empat menurut sifatnya, yaitu:
1. Modern idealis, wisatawan menaruh perhatiannya pada budaya dan
explorasi alam 2.
Modern materialis, wisatawan mencari keuntungan secara berkelompok
Universitas Sumatera Utara
3. Tradisional idealis, menaruh minat pada sosial budaya yang bersifat
tradisional dan sangat menghargai alam yang tidak bercampur dengan modernisasi
4. Tradisional materialis, berpandangan konvensional, mempertimbangkan
keterjangkauan, murah dan keamanan. http:tourismeconomic.wordprss.com20121029wisata-pariwisata-
wisatawan-kepariwisataan-unsur-unsur-pariwisata. Diakses 20 Januari 2013 20:03
2.5.3 Posisi Budaya Terhadap Perilaku Hambatan Budaya
Budaya yang dikembangkan akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari
masyarakatnya yang tampak dari orang asing. Kebudayaan yang berlaku yang
dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek lainnya. Berikut beberapa variabel yang berhubungan
dengan masalah kebudayaan dengan perilaku, Elly dkk 2009: 38 yaitu: 1.
Environtmental behaviour and process, bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial
2. Cultural social environtment, meliputi aspek kebudayaan serta proses
sosialisasi 3.
Environtmental orientation and representation, mengacu kepada kepercayaan dan kognitf masyarakat yang berbeda-beda mengenai budaya
dan lingkungannya 4.
Out carries product, usaha manusia mengelola lingkungan dan budayanya 5.
Physical environtment, mengarah kepada lingkungan natural
Universitas Sumatera Utara
2.5.4 Mengatasi Hambatan Budaya
Berikut adalah beberapa cara mengatasi hambatan budaya: 1.
Social competen, kemampuan untuk membuat jejaring sosial dan pandai bergaul
2. Goverment socialization of tourism convesness, sosialisasi
pemerintah akan sadar wisata 3.
Openness to other way of thinking, keterbukaan untuk menerima pikiran yang berbeda
4. Cultural adaptation, kemampuan seseorang menerima budaya
baru 5.
Professional Excellence, mempunyai kemampuan yang handal dibidang tertentu
6. Language skill, kemampuan berbahasa asing
7. Ability to work in team, kemampuan bekerjasama dalam tim
8. Self reliance or independence, percaya diri dan mandiri
9. Mobility, berwawasan luas
10. Sensivity, Peka terhadap sesuatu yang baru.
http:harissupiandi.blogspot.com200307hambatan-dalam-komunikasi- antar-budaya.html?m=1. Diakses 24 Januari 2004
2.6 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah beberapa hasil penelitian terdahulu di beberapa daerah tujuan wisata yang telah dilaksanakan oleh para peneliti terdahulu. Penelitian ini
sebagai acuan penelitian yang akan saya laksanakan. 1.
Penelitian oleh Grace Sinambela 2008 Sosiologi Fisip USU yang berjudul “Pengaruh Keberadaan Wisatawan Asing Terhadap Perkembangan Bisnis
Universitas Sumatera Utara
Pariwisata Masyarakat di Tuktuk Siadong. Dengan kesimpulan penelitian adalah keberadaan industri pariwisata di Tuktuk Siadong berpengaruh
terhadap perkembangan bisnis masyarakat. Usaha bisnis yang lebih maju adalah pada masyarakat yang menikah dengan turis asing dan membuka
usaha bisnis di Tuktuk Siadonng. 2.
Penelitian oleh Andre Causeu seorang Antropolog berkebangsaan asing pada tahun 2006 yang berjudul “Situs-Situs Interaksi Dalam Budaya Batak
Toba di Samosir”. Kesimpulan hasil penelitiannya adalah turis asing merasa lebih mudah berinteraksi dengan masyarakat lokal walaupun
terkadang sulit dalam pemahaman bahasa. Dalam memposisikan turis asing, masyarakat lokal mendapat kesulitan dikarenakan mereka tidak
memiliki marga. Sebagian Masyarakat lokal menganggap turis berusia lebih dari 30 tahun dan masih lajang adalah seorang pastur atau
missionaris agama. 3.
Penelitian oleh Andre Lukman 2007 yang bersumber dari Jurnal Pariwisata Padang Sumatra Barat dengan judul “Sikap Melayani Turut
Menentukan Perkembangan Pariwisata Padang Sumatra Barat”. Kesimpulan hasil penelitian adalah kurangnya sikap melayani yang baik
oleh masyarakat lokal terhadap tamu. Baik ditunjukkan dengan usaha- usaha restoran dan pusat perbelanjaan. Perkembangan sektor priwisata
tidak hanya ditentukan oleh kegiatan-kegian berskala besar dan objek wisatanya. Kreatif, inovatif, komunikatif dan pelayanan yang bagus perlu
ditingkatkan untuk pengembangan industri pariwisata Padang Sumatra Barat.
Universitas Sumatera Utara
4. Penelitian oleh Arya Sarah 2009 yang bersumber dari jurnal pariwisata
Kabupaten Serang propinsi Banten yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal, Pantai
Bandulu Kabupaten Serang Provinsi Banten”. Kesimpulan hasil penelitian adalah Masyarakat lokal merasakan dampak langsung dari keberadaan
industri pariwisata, dengan peningkatan pendapatan hingga 64 . Namun, kedatangan wisatawan umumnya lebih banyak dari wisatawan lokal bukan
turis asing. Hal ini dikarenakan kurangnya promosi yang inovatif. 5.
Penelitian Gita Sarah Antropologi Fisip USU 2009 yang berjudul “Perkawinan Campur Orang Batak dengan Wisatawan Asing Di Samosir”.
Kesimpulan hasil penelitain adalah Pernikahan antara orang Batak dengan wisatawan asing akan sah secara adat Batak Toba, apabila telah ada
upacara pemberian marga terhadap wisatawan asing.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian