Mengatasi Hambatan Budaya Interaksi dan Hambatan Budaya Antara Masyarakat Lokal dan Turis Asing Yang Berkunjung ke Tuktuk Siadong Kec Simanindo Kab Samosir

kebiasaan yang normal, dan mereka juga ingin mengubah warna kulit mereka supaya sesuai dengan warna kulit kita, karena mereka suka dengan warna kulit orang Asia. d. Rasialisme, suatu penekanan pada ras atau menitikberatkan pertimbangan rasial. Rasialisme atau sering disebut dengan rasisme yang dapat menghambat keefektifan komunikasi antar budaya antar ras yang berbeda. Hasil penelitian dilapangan menunjukkan adanya hambatan budaya yang mengakibatkan kekurangnyamanan para tamu asing. Hal ini bisa dibuktikan dengan wawancara terhadap informan Luker Sidabutar Lk, 50 tahun sebagai berikut: Satu pemikiran yang tidak baik dengan kita orang yang tinggal di kampung, selalu menganggap bahwa setiap orang yang berkulit putih terutama turis adalah orang yang kaya, sehingga bagi orang yang jualan akan membuat harga jualan yang tinggi terhadap mereka. Hal yang paling tidak enak untuk dilihat adalah orang yang tanpa alasan apapun langsung mengatakan “ give me money” artinya : berikan saya uang. Hal tersebut membuat tamu asing itu merasa aneh dan akan jera untuk datang membeli kembali. 6. Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, yang sering disalahgunakan oleh manusia. Contoh pembuatan nuklir mengakibatkan kehancuran manusia akibat penyalahgunaan fungsi. htttp:luciatriediana.wordpress.2009 . Diakses 16 Januari 2014, 22:10

4.8 Mengatasi Hambatan Budaya

Terdapat sepuluh cara dalam mengatasi hambatan budaya, hal ini juga dilaksanakan oleh para masyarakat di Tuktuk Siadong dalam menjaga hubungannya dengan wisatwan. Kesepuluh hal tersebut juga dibuktikan berikut dengan hasil wawancara terhadap masyarakat, yaitu sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Social competen, kemampuan membangun jejaring sosial dan pandai bergaul. Hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadapn informan R. Manurung Lk, 45 tahun sebagai berikut: Sebagai soerang pemandu wisata itu, kita harus pandai buat jaringan dengan turis asing baik melalui travel atau usaha sendiri. Usahakan membuat mereka nyaman sama kita, jangan terlalu campur pribadi mereka, ya.. intinya harus pintarlah kita ilmu jiwa gitu. 2. Goverment socialization of tourism convesness, sosialisasi pemerintah akan sadar wisata. Hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadap informan Dinas Pariwisata Chandra Simbolon Lk, 36 tahun sebagai berikut: Sudah banyak usaha yang dilakukan pemerintah contohnya melalui kegiatan seni, malam budaya, sosialisasi sadar wisata. Jadi kita sudah banyak mengurusi soal promosi daerah dengan fokus seni dan budaya dan dokumentasi kegiatan-kegiatan sosialisasi sadar wisata. 3. Openess to other way of thinking, keterbukaan untuk menerima pikiran yang berbeda. Hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadap informan Emmika Parhusip Pr, 23 tahun sebagai berikut: Kita yang bekerja di daerah pariwisata harus berwawasan luas dan paham budaya yang datang itu pasti berbeda. Contohnya banyak turis itu yang mau nanti kissing di depan kita, jadi kita harus memahami siapa mereka. 4. Cultural adaptation, kemampuan seseorang mamahami budaya baru. Hal ini juga dibuktikan dengan wawancara terhadap Lurah Antonius Siregar Lk, 53 tahun sebagai berikut: Itulah hal yang sering disosialisasikan kepada masyarakat bahwa kita harus mampu menerima budaya asing yang datang ke daerah kita, jangan pula kita menutup diri dari mereka, sadari bahwa kita di daerah pariwisata dan perekonomian pun besar dibantu oleh kedatangan turis. Universitas Sumatera Utara 5. Proffessional Excellence, mempunyai kemampuan yang handal dibidang tertentu. Hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadap informan R. Simbolon Lk, 48 tahun sebagai berikut: Kalau kita memiliki keahlian bisa mematung, maka harus kita pahami juga sejarah dan apa makna patung yang kita buat. Jangan pula kita tidak paham, dan harus fokus terhadap apa usaha kita, bagaimana cara kita membuat mereka tertarik membeli. 6. Language Skill, kemampuan berbahasa asing. Hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadap informan Immanuel Tamba Lk, 40 tahun sebagai berikut: Kalau dari segi kelancaran komunikasi dengan turis tidak terlalu bermasalah lagi, sekalipun dari budaya bahasa yang berbeda. Karena sudah hampir semua orang di Tuktuk ini bisa berbahasa Inggris, ya... meskipun hanya sebatas percakapan tawar menawar. 7. Ability to work in team, kemampuan bekerjasama dengan tim. Hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadap informan Mak Andi Sinaga Pr, 32 tahun sebagai berikut: Kalau kita yang bekerja sebagai juru masak, kita dibagi dua ada yang masak untuk karyawan dan ada yang masak untuk tamu. Jadi kita harus bisa bekerjasama bagaimana membuat makanan itu enak, terutama bagi tamu karna itu menentukan kenyamanan mereka. Jadi siapa yang ahli untuk makanan Barat maka urusannya lah itu, jadi kita sudah bagi tugas mantap dan saling membantu. 8. Self relience or independence, percaya diri dan mandiri. Hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadap informan Mak Andi Sinaga Pr, 35 tahun sebagai berikut: Menikah dengan orang Barat ini tidak gampang dan tidak rumit juga. Hal yang perlu kita latih bagi diri kita adalah kita harus mampu mandiri dan pintar dalam mengatur keuangan. Jangan kita sok malu dengan keadaan keluarga kita, kita harus tegas dan berani jujur dihadapan mereka siapa keluarga kita. Universitas Sumatera Utara 9. Mobility, berwawasan luas. Hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadap informan bernama Emmika Parhusip Pr, 23 tahun sebagai berikut: Kita yang bekerja di daerah pariwisata harus berwawasan luas dan paham budaya yang datang itu pasti berbeda. Contohnya banyak turis itu yang mau nanti kissing di depan kita, jadi kita harus memahami siapa mereka. 10. Sensitivy, peka terhadap sesuatu yang baru. Hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadap informan bernama R. Manurung Lk,45 tahun sebagai berikut: Kita harus sensitif terhadap tamu, artinya kita harus peke terhadap apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka tidak suka. Contohnya, jangan kita terlalu bercerita terus kalau mereka lagi pengen sendiri, jangan tanya-tanya agama, usianya kalau mereka tidak suka. Sesuai dengan hasil wawancara terhadap sepuluh cara mengatasi hambatan budaya tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada permasalahan diantara masyarakat Tuktuk Siadong dengan turis asing berkunjung ke Tuktuk.

4.9 Interaksi Antara Masyarakat Lokal Dan Turis Asing

Dokumen yang terkait

Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi pada Daerah Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir)

13 74 83

Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi pada Daerah Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir)

0 0 9

Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi pada Daerah Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir)

0 0 1

Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi pada Daerah Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir)

0 0 27

Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi pada Daerah Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir)

0 0 4

Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi pada Daerah Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir)

0 0 2

Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi pada Daerah Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir)

0 0 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Adaptasi - Interaksi dan Hambatan Budaya Antara Masyarakat Lokal dan Turis Asing Yang Berkunjung ke Tuktuk Siadong Kec Simanindo Kab Samosir

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Interaksi dan Hambatan Budaya Antara Masyarakat Lokal dan Turis Asing Yang Berkunjung ke Tuktuk Siadong Kec Simanindo Kab Samosir

0 0 12

Interaksi dan Hambatan Budaya Antara Masyarakat Lokal dan Turis Asing Yang Berkunjung ke Tuktuk Siadong Kec Simanindo Kab Samosir

0 0 9