9. Mobility, berwawasan luas. Hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadap informan bernama Emmika Parhusip Pr, 23 tahun sebagai berikut:
Kita yang bekerja di daerah pariwisata harus berwawasan luas dan paham budaya yang datang itu pasti berbeda. Contohnya
banyak turis itu yang mau nanti kissing di depan kita, jadi kita harus memahami siapa mereka.
10. Sensitivy, peka terhadap sesuatu yang baru. Hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadap informan bernama R. Manurung Lk,45 tahun sebagai
berikut: Kita harus sensitif terhadap tamu, artinya kita harus peke
terhadap apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka tidak suka. Contohnya, jangan kita terlalu bercerita terus kalau
mereka lagi pengen sendiri, jangan tanya-tanya agama, usianya kalau mereka tidak suka.
Sesuai dengan hasil wawancara terhadap sepuluh cara mengatasi hambatan budaya tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada permasalahan diantara
masyarakat Tuktuk Siadong dengan turis asing berkunjung ke Tuktuk.
4.9 Interaksi Antara Masyarakat Lokal Dan Turis Asing
Interaksi antara masyarakat dengan turis asing berjalan dengan baik, membuat wisatawan nyaman untuk memilih penginapan di Tuktuk Siadong.
Namun, pada siang hari tidak akan terlihat banyak interaksi antara masyarakat lokal dengan turis asing, dikarenakan pada siang hari turis pergi berkeliling untuk
menikmati keindahan Samosir. Interaksi akan terlihat ramai antara turis dan masyarakat lokal yaitu pada pagi hari saat bersiap-siap keliling Samosir dan sore
hari karena turis kembali ke tempat penginapannya. Interaksi sosial adalah proses sosial yang berarti suatu tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam berkomunikasi, merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasanganya. Menurut Kimbal Young dan
Universitas Sumatera Utara
Raymond dalam Soekanto 1982: 58, interksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Teori ini juga membuktikan bahwa interaksi di daerah pariwisata itu perlu ditingkatkan, demikian halnya di Tuktuk yang merupakan
daerah tempat wisata. Tidak akan tercipta Tuktuk sebagai tujuan penginapan wisatawan apabila tidak tercipta komunikasi yang baik antara wisatawan dengan
masyarakat lokal. Hal ini dibuktikan dengan wawancara kepada Luker Sidabutar Lk, 50 tahun sebagai berikut:
Antara kita dengan turis sudah seperti saudara lah, karena tetap kita menjaga komunikasi dengan mereka, jadi mereka pun meresa nyaman.
Hal serupa juga diungkapkan oleh informan R. Simbolon Lk, 48 tahun sebagai berikut:
Turis sudah seperti family sendiri lah, kebetulan juga kan kita ada home stay ini jadi banyak juga turis yang menginap disini mau sampai
berbulan-bulan. Jadi pastinya ada komunikasi tiap hari, maka rasanya dirumah kami ini sudah seperti famili satu keluarga lah dengan
mereka.
Banyak para masyarakat lokal yang membuka usaha souvenir oleh-oleh berupa ukir-ukiran, patung-patungan, baju, sepatu, topi. Banyak dari jualan
mereka tersebut adalah buatan mereka sendiri. Kegiatan mengukir dan memahat dilakukan oleh para pengusaha souvenir oleh-oleh tersebut di teras rumah
mereka juga. Kegiatan ini menarik minat wisatawan untuk berinteraksi langsung dengan pembuat souvenir oleh-oleh, baik dengan tujuan untuk membeli ataupun
sekedar mengetahui. Interaksi tersebut menunjukkan adanya solidaritas sosial yang terjalin antara masyarakat lokal dengan turis asing. Hal ini juga dibuktikan
dengan wawancara kepada informan R. Simbolon Lk, 48 tahun sebagai berikut: Banyak turis yang tertarik untuk melihat kita mengerjakan pahatan ini,
apalagi karena di depan rumah. Sekalipun tujuan mereka tidak untuk
Universitas Sumatera Utara
membeli tidak menjadi masalah kok. Jadi kita membuat mereka tertarik akan karya tangan kita sendiri.
Hal lain juga diungkapkan oleh informan Immanuel Tamba Lk, 40 tahun senagai berikut:
Banyak bule yang datang dan melihat saya langsung mengerjakannya. Jadi harga kepada mereka juga lebih tinggi saya buat karna menurut
saya mereka banyak uang. Tetapi mereka tidak mempermasalahkan harga, karena mereka kan melihat saya mengerjakannya sendiri,
bahkan terkadang beberapa dari mereka mau mencoba membantu.
Masyarakat lokal merasa bahwa keselamatan dan kenyamanan turis asing yang berkunjung juga sebagai tanggung jawab mereka. Kenyamanan turis asing
tidak hanya diukur dari fasilitas yang disediakan oleh penginapan tetapi dari bentuk interaksi yang terjalin dengan menujukkan keramahan. Hal ini dijelaskan
dari hasil wawancara penulis dengan R. Manurung Lk, 45 tahun sebagai berikut:
Kalau soal interaksi yang terjalin antara kami dengan turis asing, semuanya berjalan baik. Sikap ramah harus diutamakan kepada
turis. Yahh..contohnya saat berpapasan di jalan sudah budaya untuk say hello. Demikian dari mereka juga, sering berkomunikasi
dengan kami, mereka menanyakan budaya-budaya Batak. Jadi semua soal kenyamanan mereka itu harus kami perhatikan dan
yang pasti kami harus bersahabat dengan mereka.
Mengutip dari Johnson, 1986:11 menyatakan bahwa ada dua syarat terjadinya interaksi sosial yaitu:
1. Adanya kontak sosial, tidak hanya tergantung kepada tindakan
tetapi tergantung kepada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut.
2. Adanya komunikasi, manusia dapat membayangkan dirinya secara
sadar dalam perilakunya dari sudut pandang orang lain
Universitas Sumatera Utara
Mengutip dari Menurut Mead Poloma, 2004: 256 masyarakat tersusun dari individu-individu yang berinteraksi yang tidak hanya bereaksi, namun juga
menangkap, menginterpretasi, bertindak dan mencipta. Seperti yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Menangkap Menangkap dalam berinteraksi dirtikan sebagai kepahaman satu sama lain
saat berkomunikasi antara masyarakat lokal dengan turis asing. Di Tuktuk kebanyakan masyarakat lokal bisa berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa Inggris, tetapi tidak menutup kemungkinan juga ada yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Inggris. Demikian juga halnya
banyak turis asing yang berasal dari negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kesehariannya. Maka penangkapan makna dari
komunikasi perlu dipahami terutama oleh masyarakat yang ada di daerah pariwisata Tuktuk . Hal ini dijelaskan dengan wawancara kepada informan
N. S Pr. 43 tahun sebagai berikut: Saya ga pintar bahasa Inggris Cuma sedikit-sedikit saja bisa. Jadi
saat berbicara dengan mereka yah harus pintar lah memaknai apa maksudnya, karena mereka kan mau pake gerak tubug juga.
Hal lain juga diungkapkan saat wawancara dengan informan bernama Emmika Parhusip Pr, 25 tahun sebagai berikut:
Contohnya penyajian makanan, saat membereskan kembali kita harus bisa menangkap makna kenapa makananya tidak habis.
Maka kita perlu bertanya apa yang kurang, jangan dibiarkan begitu saja.
b.Menginterpretasikan
Universitas Sumatera Utara
Menginterpretasikan diartikan memuat informasi-informasi dalam bentuk data dan juga teori. Sehingga perolehan informasi juga dapat dijanggau
secara pustaka tanpa harus ada wawancara langsung. Hal ini dibuktikan dengan wawancara kepada Lurah Antonius Siregar Lk, 53 tahun sebagai
berikut: Untuk sejauh ini belum banyak sekali tulisan-tulisan yang dibuat
di Tuktuk ini berupa perpustakaan tentang tulisan-tulisan budaya Batak. Jadi perlu juga untuk dibukukan budaya budaya Batak itu,
sehingga para tamu juga lebih gampang mengetahui.
c. Bertindak Bertindak diartikan sebagai suatu aksi action terhadap data atau
informasi yang diperoleh. Demikian halnya dalam berinteraksi dengan turis asing dibutuhkan ada tindakan untuk membuat tamu nyaman. Hal ini
dibuktikan dengan hasil wawancara terhadap informan Emmika Parhusip Pr, 25 tahun sebagai berikut:
Mungkin ada yang kurang dalam masakan kita, maka untuk penyajian berikutnya harus lebih baik sesuai dengan apa yang
mereka sarankan. Jangan cuman asal laku saja.
d. Mencipta Mencipta merupakan suatu perbuatan yang inovatif, di daerah pariwisata
dapat diartikan sebagai suatu tidakan yang menghasilkan sesuatu ynag menarik baik dengan menciptakan benda-benda atau bentuk komunikasi
yang lebih attractive. Hal ini dibuktikan dengan wawancara dengan informan bernama Luker Sidabariba Lk, 50 tahun sebagai berikut:
Budaya itu sangat bagus ditingkatkan di daerah pariwisata dan usahakan semenarik mungkin budaya itu sehingga mereka
gampang mengerti penyampaian pengertian budaya itu. Contohnya, dibuat dalam drama tari theatre konsep Anakni Raja
dan Boruni Raja itu sehingga mereka mengerti budaya kita itu.
Universitas Sumatera Utara
Hasil dari wawancara tersebut membuktikan tentang teori yang menyatakan berinteraksi tidak hanya bereaksi, namun juga menangkap,
menginterpretasi, bertindak dan mencipta juga telah mewakili pembuktian dari syarat terjadinya interaksi yaitu ada kontak sosial dan komunikasi.
4.10 Makna Anakni Raja dan Boruni Raja Bagi Masyarakat Tuktuk