terjalin antara turis dengan masyarakat lokal terbangun dengan sendirinya sehingga terlihat turis asing lebih mengadaptasikan dirinya dengan daerah Tuktuk.
Demikian halnya ketika turis berbahasa kurang sopan dalam bahasa Batak kepada pemuda-pemuda di Tuktuk, para pemuda itu tidak mempermesalahkannya bahkan
mereka menganggap turis itu ibarat teman bermain mereka. Contoh lucu turis lakukan adalah menirukan bahasa Batak yang dianggap lucu seperti kata hu tao ai.
Sehingga ketika penulis berkomunikasi dengan wisatawan asing yang tinggal beberapa bulan disana merasa seperti berkomunikasi dengan masyarakat Tuktuk
Siadong itu sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan wawancara terhadap turis asing bernama Erika dari US Pr, 60 tahun sebagai berikut:
Ah,, aneng hu tao ai bah, lomo rohakku lao hu tao ai bah. I have much money so i have choosen ro tu Tuktuk on for
spending money. Artinya: Saya mau ke laut itu, saya suka ke laut. Saya datang ke Tuktuk karena saya punta banyak uang,
jadi saya memilih menghabiskan uang saya disini.
4.2.3 Kegiatan Sehari-hari Masyarakat Tuktuk Siadong
Pada saat pelaksanaan penelitian, setiap kali penulis datang ke Tuktuk terlihat masyarakat daerah sekitar Jl Ring Road Tuktuk Siadong sibuk dengan
kegiatan mereka masing-masing. Kegiatan-kegiatan yang mereka laksanakan tergantung dengan usaha apa yang mereka buka. Penjual souvenir akan sibuk
dengan pekerjaannya memahat, mencat dan mengukir. Mereka melaksanakannya di depan rumahnya supaya dilihat orang. Mengerjakan patung atau ukiran lainnya
didepan rumah memiliki pengaruh terhadap daya tarik pengunjung untuk membeli. Hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadap R. Simbolon Lk, 48
tahun sebagai berikut: Diteras ini kami mengerjakannya, jadi banyak orang yang
ingin melihat proses pembuatannya. Kami tidak mempermasalahkan apakah mereka ingin membeli atau hanya
Universitas Sumatera Utara
melihat saja, tetapi sebagian besar dari mereka akan membeli sekalipun yang murah harganya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh informan bernama Immanuel Tamba, Lk, 40 tahun sebagai berikut:
Saya disini terus mengerjakan pembuatan patung-patung ini. Kalau di belakang sempit, dan supaya pembeli juga tau bahwa
ini adalah buatan langsung, sekalipun ada sedikit diantaranya yang saya beli. Mereka banyak yang suka melihat cara
membuat patung ini.
Kesibukan para masyarakat Tuktuk terlihat jelas ketika penulis melaksanakan wawancara kepada mereka. Saat menanyakan apakah mereka ada
waktu untuk diwawancarai. Sebagian dari mereka yang tidak bisa diwawancarai karena sibuk mengurusi usahanya. Sebagian dari mereka juga bersedia untuk
diwawancarai tetapi dengan syarat mereka menjawab pertanyaan penulis sambil mengerjakan pekerjaannya. Hal ini dibuktikan dengan wawancara terhadap
informan bernama R. Simbolon Lk, 48 tahun sebagai berikut: Sebenarnya ini lagi sibuk, jadi boleh saya menjawab
pertanyaannya sambil saya mengerjakan ini? Bagi mereka yang membuka usaha hotel, mereka sibuk merapikan
tanaman didepan hotel tersebut, memperbaiki wifi, mengelap debu-debu yang ada. Tetapi sedikit berbeda dengan mereka yang membuka usaha restoran, mereka
tidak terlihat sibuk dengan dapur setiap saat, karena mereka hanya akan memasak apabila ada pesanan tamu. Bagi yang menyediakan kendaraan untuk disewakan
mereka juga tidak terlalu sibuk dengan usaha tersebut, karena mereka hanya terlihat sibuk pada saat ada tawaran penyewaan dan selama kendaraan disewakan
adalah hak penyewa untuk membawanya kemana mereka inginkan.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil wawancara terhadap beberapa informan dan pengamatan penulis saat meneliti di Tuktuk, kegiatan sehari-hari mereka disibukkan dengan jenis
usaha mereka sendiri. Kegiatan akan semakin tinggi disaat sore hari dan pagi hari karena mereka harus berhadapan dengan wisatawan yang membutuhkan jasa
mereka. Siang hari para wisatawan kebanyakan pergi melancong ke sekitar Samosir.
4.2.4 Budaya Lokal Masyarakat Tuktuk Siadong