9-17 Jurnal Visi Vol.1 No.1 Maret 2012
10
Jurnal Visioner Strategis M e u t i a
PENDAHULUAN
Menurut Drucker istilah entrepreneur telah digunakan lebih dari 200 tahun. Entrepreneur
berasal dari kata perancis “Entreprendre” yang artinya melaksanakan, mengerjakan sesuatu
pekerjaan. Kewirausahaan adalah suatu proses memulai bisnis baru, mengorganisasi sumber
daya yang diperlukan dengan mempertimbangkan risiko yang terkait dan balas jasa yang akan
diterima. Banyak deinisi kewirausahaan yang telah dibahas oleh peneliti diantaranya adalah
kewirausahaan merupakan mental dan sikap jiwa yang selalu aktif berusaha meningkatkan hasil
karyanya untuk meningkatkan penghasilan. Jiwa entrepreneurship merupakan sikap dan watak
yang dimiliki seseorang dalam melihat dan menilai kesempatan bisnis dan mengumpulan
sumber daya guna mengambil keuntungan. Peranan entrepreneur sangat mempengaruhi
perkembangan UKM terutama keterampilan dan keahlian yang dimiliki. Modal sumber
daya manusia yang merupakan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki baik melalui
pengalaman, pembelajaran maupun pelatihan akan meningkatkan keberhasilan UKM
Teori modal sumberdaya manusia yang ditelaah oleh para peneliti berkembang kearah
pengembangan kewirausahaaan Chandler dan hanks, 1998: Davisson dan Honig, 2003;
Rauch, 2005a. Hasil penelitian modal sumber daya manusia dalam sebuah model diprediksi
mengarah kepada keberhasilan usaha. Sejumlah peneliti sudah menetapkan dan menggunakan
sejumlah variabel yang memberikan indikasi terhadap modal sumber daya manusia seperti
pendidikan formal, pelatihan, pengalaman pegawai dan pengalaman awal saat mendirikan
bisnis, pengalaman pemilik bisnis, latar belakang orang tua, keterampilan dan ilmu pengetahuan
dan lainnya.
Keberhasilan atau kegagalan usaha mikro sering tergantung pada sejumlah faktor seperti
kurangnya sumber daya, keterampilan teknis dan bisnis yang tidak memadai, informasi yang
tidak memadai tentang pasar dan pesaing, dan kurang pengetahuan tentang kebijakan peraturan
pemerintah dan factor lainnya. Salah satu faktor potensi yang mempengaruhi kinerja usaha mikro
adalah modal sosial dari pengusaha mikro yang meliputi kemampuan sosial entrepreneur dalam
menjalankan bisnisnya, modal sumber daya entrepreneur yang meliputi pelatihan, ketrampilan
dan pengalaman akan menciptakan peluang. Faktor-faktor ini diduga sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan usaha.
Selain modal sumber daya manusia, orientasi kewirausahaan memegang peranan penting dalam
keberhasilan bisnis. Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa ada pengaruh antara orientasi
entrepreneur dengan keberhasilan bisnis UKM. Hal ini dikemukakan oleh banyak peneliti
diantaranya Lee dan Tsang 2001 yang meneliti tentang dampak dari orientasi kewirausahaan
terhadap ”venture growth” Growth of Sales and Proit dimana orientasi kewirausahaan
terdiri atas unsur 1 need for achievement 2 internal locus of control
3 self reliance dan 4 extroversion. Steward et al 2003 juga
meneliti aspek kewirausahaan dengan unsur 1 achievement
2 innovation dan 3 risk terhadap goal orientation
dengan membandingkan antara sikap wirausaha di USA dibandingkan dengan
sikap wirausaha di Rusia. Demikian pula Vitale, Giglierano dan Miles 2003 menguji pengaruh
orientasi kewirausahaan yang terdiri atas unsur 1 innovating 2 acting proactively dan 3
managing risk
terhadap performance atau growth. Zahra dan Covin 1995 mengemukakan bahwa
dimensi orientasi kewirausahaan merupakan dimensi yang independen dan berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan. Dalam kajian literature review ini akan melihat hubungan
antara modal sumberdaya entrepreneur, orientasi entrepreneur dan keberhasilan UKM
LITERATURE REVIEW Modal Sumber Daya Entrepreneur dan
Kinerja Bisnis
Becker 1964 mendeinisikan modal sumber daya manusia sebagai keterampilan dan ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan didapatkan dari pendidikan mereka di sekolah,
pelatihan kerja, dan jenis pengalaman lainnya. Modal sumber daya entrepreneur adalah
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
11
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
ketrampilan dan ilmu pengertahuan yang dimiliki oleh seorang entrepreneur yang didapat dari
lembaga formal maupun informal yang meliputi pendidikan, pelatihan, pengalaman dan latar
belakang entrepreneur. Deinisi menurut Becker 1964 menjelaskan adanya perbedaan modal
sumber daya manusia yang ada dengan dua konseptualisasi yang berbeda dalam hal atribut
modal sumber daya manusia, investasi terhadap modal sumber daya manusia versus hasil akhir dan
investasi terhadap modal sumber daya manusia dan hubungan antara tugas wirausaha dan modal
sumber daya manusia versus modal sumber daya manusia yang tidak berhubungan dengan
penyelesaian sebuah tugas kewirausahaan. Hasil akhir yang diperoleh dari investasi terhadap
modal sumber daya manusia akan berimbas pada ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh individu tersebut. Hubungan antara modal sumber daya manusia dengan penyelesaian
tugas kewirausahaan membahas apakah investasi terhadap modal sumber daya manusia dapat
menjelaskan hasil akhir yang berhubungan dengan penyelesaian tugas tertentu atau tidak,
seperti melaksanakan suatu usaha bisnis.
Konsep mengenai modal sumber daya manusia berhubungan dengan ilmu pengetahuan
yang dimiliki oleh seorang individu tertentu dan kemampuannya yang memungkinkan terjadinya
perubahan dalam tindakan dan pertumbuhan perekonomian Coleman, 1988. Modal berupa
sumber daya manusia akan dikembangkan melalui pelatihan formal dan pendidikan yang
bertujuan untuk terus melakukan pembaharuan terhadap kemampuan seseorang dengan tujuan
agar orang tersebut dapat bertindak dengan baik dalam lingkungan masyarakat.
Modal berupa sumber daya manusia yang bersifat spesiik bagi suatu industri akan
berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan yang berasal dari pengalaman spesiik dalam sebuah
lingkungan industri, dan beberapa peneliti sudah menelaah peranan dari pengalaman industri
terhadap pertumbuhan dan kinerja ekonomis dari sebuah perusahaan yang bersifat kewirausahaan
Siegel, 1993 dan juga peranannya terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya Kenney dan
von Burg, 1999. Hasil penelitian menjelaskan bahwa modal sumber daya manusia yang bersifat
spesiik bagi suatu industri memainkan peranan penting dalam menghasilkan aktivitas yang
bersifat inovatif dalam suatu industri jika hal ini dikarakterisasikan sebagai bentuk transaksi atau
pertukaran ilmu pengetahuan yang berkualitas tinggi antara para pemain utama dalam satu
lingkungan industri Bianchi, 2001.
Modal berupa sumber daya manusia yang bersifat spesiik secara individual mengacu pada
bentuk ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan atau diterapkan pada beragam cakupan perusahaan
dan lingkungan industri yang sangat luas, hal ini juga meliputi sistem manajerial secara umum
dan pelatihan keterampilan Pennings, 1998. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
tingkatan modal sumber daya manusia secara keseluruhan akan memberikan dampak atau
pengaruh pada keberhasilan perekonomian, baik di tingkat bisnis maupun di tingkat makro.
Sebagai contoh Kilkeny 1999 yang membahas tentang model penelitian berupa modal sumber
daya manusia untuk mencapai keberhasilan, ia menjelaskan bahwa tingkatan pelatihan
seseorang, pengalaman bisnis secara keseluruhan dan total pendapatan berhubungan positif dengan
keberhasilan bisnis.Dakhli De Clercq, 2004. Selanjutnya Bates 1995 mengidentiikasi
adanya hubungan positif yang terjadi antara tingkat pendidikan yang lebih tinggi dengan
kecenderungan sebuah perusahaan untuk mencapai keberhasilan.
Brewster et al. 2000 mengemukakan bahwa agar dapat diperoleh suatu keunggulan
kompetitif yang kuat dan bertahan dalam jangka panjang, perusahaan harus memiliki suatu
kelebihan dalam skill dan kapabilitas yang dimiliki oleh para karyawannya. Wright et al.
1998 mengemukakan pentingnya kapabilitas sumber daya manusia dalam mencapai
keunggulan kompetitif. Kapabilitas sumber daya manusia berperan sebagai suatu pengetahuan
kolektif dari anggota perusahaan sulit ditiru, yang dikembangkan dalam suatu periode
waktu tertentu langka, dan sangat berharga karena rutinitas perusahaan dalam memanage
karyawannya akan mengarahkan segala sikap dan bakat karyawannya dalam pembentukan nilai
12
Jurnal Visioner Strategis M e u t i a
dan meraih suatu tujuan sehingga keunggulan kompetitif akan tercapai.
Orientasi Entrepreneur dan Kinerja Bisnis
Venkataraman 1997
mendeinisikan kewirausahaan sebagai “Sebuah bidang
akademis yang berusaha untuk mencari dan memahami bagaimana sebuah peluang akan
diwujudkan di masa yang akan datang, dan bagaimana barang dan jasa akan ditemukan,
diciptakan sekaligus dieksploitasi, oleh siapa dan untuk siapa konsekuensi tersebut terbentuk.
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber
daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Beberapa literatur manajemen memberikan tiga
landasan dimensi-dimensi dari kecenderungan organisasional untuk proses manajemen
kewirausahaan, yakni kemampuan inovasi, kemampuan mengambil risiko, dan sifat proaktif
Matsuno, Mentzer dan Ozsomer, 2002.
Sikap percaya diri sangat dibutuhkan oleh entrepreneur dimana keyakinan bahwa bisnisnya
akan berhasil merupakan motivasi yang sangat kuat untuk keberhasilan usaha. Keyakinan dan
sikap dalam memulai melihat peluang, memulai usaha, menjalankan dan mengambil resiko atas
kegagalan usaha adalah harus dipersiapkan sedini mungkin. Seorang entrepreneur merupakan orang
yang terlatih untuk selalu menjalankan usahanya dengan tekun, gigih, percaya diri, ulet, tekun,
inisiatif, tekad yang kuat, orientasi pada proses dan hasil, selalu kreatif, mempetimbangkan
resiko. Kreativitas yang dimiliki akan menjadikan bisnisnya akan bertahan untuk jangka panjang
dibandingkan dengan competitornya.
Dalam penelitian entrepreneurship sudah banyak dibahas dalam istilah yang berbeda seperti
manajemen entrepreneur Stevenson dan Jarillo, 1990 dan sekarang hasil penelitian yang sangat
populer yaitu orientasi kewirausahaan yang diteliti oleh Lumpkin dan Dess, 1996. Di dalam
literatur penelitian yang ada, konsep orientasi wirausaha juga dikenal sebagai Entrepreneurial
Posture
Miller, 1983, Entrepreneurial Behavior Miller dan Friesen 1982, Covin dan Slevin 1986,
Strategic Posture Covin dan Slevin, 1989 dan
Entrepreneurial Posture Covin dan Slevin 1990,
1991. Lumpkin dan Dess 1996 dalam usahanya untuk mengklariikasi kebingungan dalam
istilah, memberikan perbedaan yang jelas antara orientasi wirausaha Entrepreneurial Orientation
dan kewirausahaan entrepreneurship.
Deinisi orientasi kewirausahaan dimulai dari penelitian Minzberg 1973 kemudian
Khandwalla 1977 dan Miller dan Friesen 1982. Perkembangan dimensi orientasi kewirausahaan
juga terus bertambah seiring dengan banyaknya penelitian tentang orientasi entrepreneur. Pada
awalnya dimensi orientasi entrepreneur sudah dikemukakan oleh Schumpeter 1934 dengan
dimensi invention dan inovator, selanjutnya Mintzberg 1973 menambahkan dengan mencari
peluang. Miller dan Friesen 1982 mengemukakan dimensi dari orientasi kewirausahaan adalah
agressiveness, inovative new product, novel
solutions, logistic inovation dan emphasis on research and development
. Selanjutnya menurut Venkataraman 1989 dan Lumpkin and Dess
1996 mengemukakan dimensi yang hampir sama begitu juga Knight 2000. Krauss et al
2005 menambahkan dimensi baru orientasi kewirausahaan yaitu orientasi belajar, orientasi
pestasi, orientasi otonom, agresif berkompetisi, orientasi inovasi, mengambil resiko, proaktif
dalam mencari peluang dan inisiatif personal. Dari perkembangan orientasi kewirausahaan
maka dimensi terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penelitian yang akan datang pun
masih banyak dimensi –dimensi lain yang bisa diteliti.
Sementara itu, menurut Gosselin 2005, bahwa terdapat hubungan yang signiikan antara
orientasi kewirausahaan yang ditetapkan dengan kinerja perusahaan. Orientasi kewirausahaan yang
tinggi berhubungan erat dengan penggerak utama keuntungan sehingga seorang wirausahawan
mempunyai kesempatan untuk mengambil keuntungan dan munculnya peluang-peluang
tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh positif terhadap kinerja usaha Wiklund, 1999.
Miller dan friesen 1982 menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki orientasi
kewirausahaan yang kuat akan lebih banyak melakukan inovasi produk, berani menjalankan
perusahaan yang beresiko dan memulai tindakan-
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
13
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
tindakan yang proaktif untuk meningkatkan kinerja bisnis. Orientasi kewirausahaan
mengacu pada proses, praktik, dan pengambilan keputusan yang mendorong ke arah input baru
dan mempunyai tiga aspek kewirausahaan, yaitu berani mengambil risiko, bertindak secara
proaktif dan selalu inovatif Lumpkin dan Dess, 1996. Namun dari kesekian banyaknya
dimensi orientasi kewirausahaan keberanian mengambil resiko risk taking, kecendrungan
mencari peluang proactiveness, dan dukungan menemukan inovasi innovativeness paling
sering digunakan oleh para peneliti.
Keberanian mengambil Resiko
Konsep risk taking telah lama dihubungkan dengan kewirausahaan Kreiset, 2001. Dimensi
ini mencerminkan kemauan aktif perusahaan untuk mengejar peluang meskipun peluang
tersebut mengandung risiko dan hasilnya tidak pasti. Dimensi ini menangkap tingkat
pengambilan risiko dalam berbagai keputusan alokasi sumber daya seperti halnya pilihan
produk dan pasar Venkatraman, 1989.
Menurut Lumpkin dan Dess 1996 berani mengambil resiko mencerminkan kecenderungan
untuk mengerahkan sumberdaya dalam kegiatan atau proyek yang memiliki prospek kegagalan
yang besar namun jika berhasil maka keuntungan juga besar. Semakin besar resiko yang dihadapi
maka kecenderunga hasil yang diperoleh juga semakin besar. Keberanian mengambil resiko
termasuk resiko memilih usaha, kegiatan usaha, tempat usaha dan resiko kegagalan yang akan
dihadapi. Sesuai dengan pengertiannya bahwa seorang entrepreneur adalah seseorang yang
suka dengan usaha yang lebih menantang. Semakin menantang maka semakin semangat
untuk menghadapi tantangan tersebut. Biasanya entrepreneur akan sangat berani mengambil
resiko jika sudah mengetahui jenis kegiatan usaha yang dilakukan.
Tetapi pada umumnya pengusaha memiliki sikap yang sangat tidak berani mengambil resiko
jika tidak memiliki keahlian atau belum dikuasai sebelumnya. Begley dan Boyd 1987 dalam
Kreser, Marino dan Weaver 2002 menemukan bahwa kecenderungan perusahaan untuk berani
mengambil risiko risk talking memiliki pengaruh positif pada kinerja perusahaan.
Kecenderungan sikap risk taking berhubungan secara positif dengan sukses perusahaan karena
manajer ataupun pemilik perusahaan dapat membuat perjanjian yang menguntungkan bagi
perusahaannya Fresee, Brantjes dan Horn, 2002.
Kecenderungan Mencari Peluang
Sifat lain yang dimiliki oleh entrepreneur adalah kecendrungan mencari peluang untuk
perluasan maupun proses deversiikasi bisnisnya. Kecenderungan mencari peluang bisa dilihat
dari berbagai keadaan misalnya dari kebutuhan konsumen dan kebutuhan pasar secara
keseluruhan. Sikap proaktif dalam mencari peluang pasar merupakan sikap untuk melihat
kebutuhan jauh kedepan dan selalu berusaha untuk mengejar peluang tersebut.
Miller 1983 menyatakan sikap mencari peluang adalah perusahaan agresif dalam
mengejar priorits dan tujuan dibandingkan dengan pesaingnya. Yeoh dan Joeng 1995 dalam
Kreser, 2002 yang mendeinisikan proaktif untuk bersaingan dengan pesaingnya. Perusahaan
proaktif cenderung menjadi pemimpin daripada pengikut, karena memiliki keinginan dan
pandangan ke depan untuk menangkap peluang baru sekalipun tidak selalu menjadi yang pertama
melakukan hal tersebut. Lumpkin dan Dess 1996 menyatakan sikap mencari peluang dilakukan
sebagai antisipasi keinginan dan kebutuhan masa mendatang di pasar serta menciptakan
keunggulan dibandingkan dengan pesaingnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mencari peluang merupakan factor penting yang
menentukan kinerja perusahaan. Kecenderungan mencari peluang berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan kecil dan menengah seperti penelitian Krauss et al 2006. Semakin tinggi kemampuan
peengusaha untuk mencari peluang usaha maka semakin tinggi tingkat keberhasilan bisnis
yang akan dicapai dan semakin tinggi tingkat keunggulan bersaing dibandingkan dengan
pesaingnya.
14
Jurnal Visioner Strategis M e u t i a
Innovativeness
Para peneliti menganggap inovasi sebagai jantung dari kewirausahaan Covin dan Miles,
1999 Jennings dan Young, 1990, Schollhammer, 1982, Shcumpeter, 1934, 1942 dalam Kreiser,
2001. Dimensi innovatiness mencerminkan kecenderungan perusahaan untuk menggunakan
dan mendukung ide-ide baru, eksperimen dan proses kreatif yang mungkin berhasil dalam
memperkenalkan produk atau jasa baru dalam proses teknologi Lumpkin dan Dess, 1996.
Sikap inovasi
akan mencerminkan
kecenderungan untuk mendukung dan terlibat dalam ide-ide baru, proses-proses kreatif yang
menyimpang dari praktek dan teknologi yang ada. Seorang entrepreneur cenderung selalu kreatif
dalam usaha menemukan sesuatu yang baru baik dari pengalaman maupun dari eksperimen. Hasil
pengalaman dan eksperimen akan ditemukan inovasi baru seperti inovasi proses, inovasi
produk, inovasi pemasaran, inovasi pelayanan dan lain sebagainya.
Hodgson 1998 melihat inovasi sebagai proses pembelajaran yang diperlukan dalam
sebuah konteks sosioekonomis yang bersifat dinamis. Proses ini memastikan dihasilkannya
dan tercapainya transmisi ilmu pengetahuan dan inovasi dengan dua komponen pembentuk yaitu
inovasi yang bersifat adaptif dan inovasi yang bersifat kreatif. Inovasi dilihat sebagai sebuah
perubahan material dalam tehnologi produksi dan sebagai perubahan kapasitas seseorang untuk
mengeksploitasi peluang dalam pasar terbaru.
Banyak hasil penelitian yang menjelaskan bahwa inovasi akan berdampak positif terhadap
kinerja bisnis baik perusahaan yang baru Lumpkin et al, 2006 maupun perusahaan yang
sudah lama berdiri. Hasil penelitian Frese, Brantjes dan Hoorn 2002 kecenderungan perusahaan
untuk bermotivasi innovativeness secara positif berhubungan dengan sukses perusahaan karena
dengan ide baru, perusahaan dapat menangkap segmen penting dalam pasar. Akan tetapi yang
harus diperhatikan inovasi membutuhkan biaya yang tinggi sehingga untuk perusahaan yang
sudah lama berdiri sering mengabaikan inovasi karena merasa sudah punya pasar dan sudah
dikenal oleh konsumen.
KESIMPULAN 1.
Becker 1964 mendeinisikan modal sumber daya manusia sebagai keterampilan dan ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan didapatkan dari pendidikan mereka di
sekolah, pelatihan kerja, dan jenis pengala- man lainnya. Modal sumber daya entrepre-
neur adalah ketrampilan dan ilmu pengerta- huan yang dimiliki oleh seorang entrepreneur
yang didapat dari lembaga formal maupun informal yang meliputi pendidikan, pelatihan,
pengalaman dan latar belakang entrepreneur. Penelitian terdahulu sudah menunjukkan bah-
wa tingkatan modal sumber daya manusia se- cara keseluruhan akan memberikan dampak
atau pengaruh pada keberhasilan perekono- mian, baik di tingkat bisnis maupun di tingkat
makro. Sebagai contoh Kilkeny 1999 yang membahas tentang model penelitian berupa
modal sumber daya manusia untuk mencapai keberhasilan
2.
Venkataraman 1997 mendeinisikan kewi- rausahaan sebagai “Sebuah bidang akademis
yang berusaha untuk mencari dan memahami bagaimana sebuah peluang akan diwujudkan
di masa yang akan datang, dan bagaimana barang dan jasa akan ditemukan, diciptakan
sekaligus dieksploitasi, oleh siapa dan untuk siapa konsekuensi tersebut terbentuk. Kewi-
rausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sum-
ber daya untuk mencari peluang menuju ke- suksesan. Di dalam literatur penelitian yang
ada, konsep orientasi wirausaha juga dike- nal sebagai Entrepreneurial Posture Miller,
1983, Entrepreneurial Behavior Miller dan Friesen 1982; Covin dan Slevin 1986, Stra-
tegic Posture
Covin dan Slevin 1989 dan Entrepreneurial Posture
Covin dan Slevin 1990, 1991. Lumpkin dan Dess 1996
dalam usahanya untuk mengklariikasi kebin- gungan dalam istilah, memberikan perbedaan
yang jelas antara orientasi wirausaha Entre- preneurial Orientation
dan kewirausahaan entrepreneurship.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
15
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
REFERENSI
Bates. T.,1995,”Analysis of survival rates among franchise and independent small business star-up. Journal of business management
33 2. 26-36. Becker, G.S., 1964,” Human Capital”, Columbia University Press, New York.
Begley, T.M. Boyd,D.B. 1987,” Psycological characteristics associated with performance in entrepreneurial irm and small business,” Journal of Business venturing 21, 79-93
Bianchi, T. 2001,” With and without co-operation: two alternative strategies in the food-processing industry in the Italian South”, Entrepreneurship Regional Development, 13: 117–145.
Brewster, C; Dowling, P; Grobler, P; Holland, P dan Warnich, S. 2000,”Contemporary Issues in HRM: Gaining a Competitive Advantage.
Oxford Uniersity Press: Southern Africa. Chandler, G.N., Hanks, S., 1998,” An examination of the substitutability of founders’ human and
inancial capital in emerging business venture”. Journal of BusinessVenturing 13, 353–369. Coleman, J. S. 1988,” Social capital in the creation of human capital.” American Journal of Sociology,
94 , 95-120.
Covin J.G and D. Slevin, 1989.” Strategic management of small irm in hostile and begin environment”, Strategic Management Journal,
10 1 pp 75-87. Covin, J. Slevin,D.1991,” A Conceptual Model Of Entrepreneurship as Firm Behaviour
Entrepreneurship,” Theory and Practice,161,7-25. Covin, J. G dan T. Covin., 1990. “Competitive Aggresiveness, environmental context, and small irm
performance”, Entrepreneurship: Theory dan Practice, Vol. 14 4, 35-50 Dakhli, Mourad and Clercq., Dirk De, 2004,” Human Capital, Social Capital and Innovation: A
Multicountry Study p. 107–128 Davidsson, P., Honig, B., 2003.” The role of social and human capital among nascent entrepreneurs.”
Journal of Business Venturing 18, 301–331.
Freese,M., Brantjes,A. Hoorn,R. 2002,” Psycological success factor of small scale businesses in Namimbia: The Roles Of Strategy process, Entrepreneurial Orientation and The Environment,”
Journal Of Development Entrepreneurship 73
Gosselin Maurice, 2005,” An Empirical Study of Performance Measurement in Manufacturing Firm,
International Journal of Productivity and Performance Management , Vol. 54 No.56.pp.419- 437
Hodgson, G. ,1998,” Competence and contract in the theory of the irm. Journal of Economic Behavior, 35, 179–201.
Kenney, M. and von Burg, U. 1999,” Technology, entrepreneurship and path dependence: industrial clustering in Silicon Valley and Route 128, Industrial and Corporate Change, 8: 67–103.
Khandawalla, P.N.1977.”The Design of Organization” New York:Harcout brace Jovanovich Kilkenny, M., Nalbarte, L. and Besser, T. 1999,” Reciprocated community support and small town-
small business success”, Entrepreneurship Regional Development, 11: 231–246. Knight, Gary.2000.” Entrepreneurship and marketing strategy: The SME under globalization.” Journal
of international marketing ,8,2, pp.12-21
16
Jurnal Visioner Strategis M e u t i a
Krauss, Stetanie I, Michale Frese et.al,2005.” Entrepreneurial orientation: A phycological Model of success among southern African Small Business Owners”, Europian journal of work and
organizational psychology , Vol 14, No. 3, pp.315-344
Kreiser, P. M. 2001. “Entrepreneurial Organization or Family Firm? A strategic Analysis of Gulf States Paper Corporation”, EBHA Conference : Business dan Knowledge, July, The University of Alabama,
USA. Kreiser, P. M., Marino L. D., dan Weaver, K. M. 2002.“Assessing the Psychometric Properties of
the Entrepreneurial Orientation Scale: A Multicountry Analysis”, Entrepreneurship: Theory dan Practice, 71-93.
Lee, D.Y. Tsang, E.W.K.2001.” The Effect Of Entrepreneurial Personality, Background and Network Activities on Ventures Growth,” Journal Of Management Studies 384 583-602.
Lumpkin, G.T., Dess, G.G.1996.” Clarifying the entrepreneurial orientation construct and linking it to performance. “Academy of management Review,211, 135-172.
Lumpkin et al.2006.” Entrepreneurial Orientation Effects and New Venture Performance : The Moderating Role of Venture Age.” Academy of Management Best Conference Paper, 2006.
Matsuno at al. 2002.” The Effect of Entrepreneurial Proclivity and Market Orientation on Markides C and P.J. Williamson,1994: Related diversiikasi, core competence and corporate performance.
Strategi Manajemen Journal Vol.15
Miller, D. dan Friesen, Peter H.1982.”Innovation in conservative and entrepreneurial irm: Two Model of Strategic Momentum”, Strategic Management Journal, 3 1 pp.1-25
Miller D.1983.” The Correlates of Entrepreneurship in three type of irms,”Management Science,29,pp. 770-791
Mintzberg, H. 1973.” Strategy Making in Three Models”, California Management Review. 16:44-53 Pennings, J. M., Lee, K. van Witteloostuijn, A.1998,” Human capital, social capital, and irm
dissolution. Academy of Management Journal, 41, 425-440. Rauch, A., Unger, J., Skalicky, B., Frese, M., 2005b.” The effect of business owners’ cognitive
ability, human capital, knowledge and experience on business success: acomparison of three different perspectives. “Poster Presented at the 2005 Babson Kaufman Entrepreneurship Research
Conference , June 9 11, Babson.
Schumpeter, Joseph. 1934,” The Theory of Economic Development. Cambridge, Mass.: Harvard University Press.
Siegel, R., Siegel., E. and MacMillan, I. C. 1993,” Characteristics distinguishing high-growth ventures”, Journal of Business Venturing
, 8: 169–180. Smart, D. T. and Conant, J. S. 1994 ‘Entrepreneurial Orientation, Distinctive Marketing Competencies
and Organizational Performance’, Journal of Applied Business Research 103: 28–38. Stewart Jr W H, Carland J C, Carland J.W, Watson W E and Sweo R, 2003, Entrepreneurial Dispositions
and Goal Orientations: A Compative Exploration of United States and Russian Entrepreneurs, Journal of Small Business Management
41-1 pp. 27-46 Stevenson, H. H. and J. C. Jarillo 1990. ‘A paradigm of entrepreneurship: Entrepreneurial management’,
Strategic Management Journal, 11
, pp. 17-27. Venkatraman, N. 1989. “Strategic Orientation of Business Enterprises: The Construct, Dimensionality
and Measurement:, Management Science, Vol. 35. No.8. p. 942-962.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
17
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
Venkatraman, S., 1997. “The distinctiveness domain of entrepreneurship research: an editor’s perspective.” In: Katz, J., Brockhaus, R. Eds., Advances in Entrepreneurship, Firm Emergence,
and Growth . JAI Press, Greenwich, CT, pp. 119 138.
Vitale R, Giglierano J, and Miles M, 2003,” Entrepreneurial Orientation, Market Orientation, and Performance in Estableshed and Startup Firms
, http:www.uic.educbaies2003papers Wiklund, J. 1999.“The sustainability of the entrepreneurial orientation- performance relationship.”
Entrepreneurship: Theory Practice, 24 1, 37-49. Wright, P; McMahan, G; McCormick, B dan Sherman, S. 1998. “Strategy, core competence, and Human
Resource involvement as determinants of HR effectiveness and reinery performance”. Human Resource Management,
Vol. 36, pp. 17-29.
18
Jurnal Visioner Strategis M e u t i a
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
19
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1,
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
This study aims to assess and analyze the inluence of internal and external factors on student learning achievement S1 Syiah Kuala University
Faculty of Economics. Number of samples in this study amounted to 300. The research was conducted using primary data. Data were analyzed
through the presentation and preparation of data into the table. Internal factors health, motivation, interest in learning affect learning achievement.
However, the health variables obtained results were not signiicant, it is because there is a good health condition of students it will be better the
student’s learning achievement, but there are some students who are in poor health condition continued to lecture activities. Showed that external factors
family, community, campus environment affect learning achievement. For all students, in order to still consider the health condition. This can be done
by keeping the diet, adequate rest, sleep on time, regular exercise. Thus, the health will be maintained so that learning achievement will be better.
Keywords: internal factors, external factors, student learning achievement
JURNAL VISIONER STRATEGIS
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864