9-17 Jurnal Visi Vol.1 No.1 Maret 2012
                                                                                10
Jurnal Visioner  Strategis M e u t i a
PENDAHULUAN
Menurut  Drucker  istilah  entrepreneur  telah digunakan  lebih  dari  200  tahun.  Entrepreneur
berasal  dari  kata  perancis  “Entreprendre”  yang artinya  melaksanakan,  mengerjakan  sesuatu
pekerjaan.  Kewirausahaan  adalah  suatu  proses memulai  bisnis  baru,  mengorganisasi  sumber
daya yang diperlukan dengan mempertimbangkan risiko  yang  terkait  dan  balas  jasa  yang  akan
diterima.  Banyak  deinisi  kewirausahaan  yang telah  dibahas  oleh  peneliti  diantaranya    adalah
kewirausahaan merupakan mental dan sikap jiwa yang  selalu  aktif  berusaha  meningkatkan  hasil
karyanya untuk meningkatkan penghasilan. Jiwa entrepreneurship  merupakan  sikap  dan  watak
yang  dimiliki  seseorang  dalam  melihat  dan menilai  kesempatan  bisnis  dan  mengumpulan
sumber  daya  guna  mengambil  keuntungan. Peranan  entrepreneur  sangat  mempengaruhi
perkembangan  UKM  terutama  keterampilan dan  keahlian  yang  dimiliki.  Modal  sumber
daya  manusia  yang  merupakan  keahlian dan  ketrampilan  yang  dimiliki  baik  melalui
pengalaman,  pembelajaran  maupun  pelatihan akan meningkatkan keberhasilan UKM
Teori  modal  sumberdaya  manusia  yang ditelaah  oleh  para  peneliti  berkembang  kearah
pengembangan  kewirausahaaan  Chandler dan  hanks,  1998:  Davisson  dan  Honig,  2003;
Rauch,  2005a.  Hasil  penelitian  modal  sumber daya  manusia  dalam  sebuah  model  diprediksi
mengarah kepada keberhasilan usaha. Sejumlah peneliti  sudah  menetapkan  dan  menggunakan
sejumlah  variabel  yang    memberikan  indikasi terhadap  modal  sumber  daya  manusia  seperti
pendidikan  formal,  pelatihan,  pengalaman pegawai  dan  pengalaman  awal  saat  mendirikan
bisnis, pengalaman pemilik bisnis, latar belakang orang  tua,  keterampilan  dan  ilmu  pengetahuan
dan  lainnya.
Keberhasilan  atau  kegagalan  usaha  mikro sering  tergantung  pada  sejumlah  faktor  seperti
kurangnya  sumber  daya,  keterampilan  teknis dan bisnis yang tidak memadai, informasi yang
tidak  memadai  tentang  pasar  dan  pesaing,  dan kurang pengetahuan tentang kebijakan peraturan
pemerintah dan factor lainnya. Salah satu faktor potensi yang mempengaruhi kinerja usaha mikro
adalah modal sosial dari pengusaha mikro yang meliputi  kemampuan  sosial  entrepreneur  dalam
menjalankan  bisnisnya,  modal  sumber  daya entrepreneur yang meliputi pelatihan, ketrampilan
dan  pengalaman  akan  menciptakan    peluang. Faktor-faktor  ini  diduga  sangat  berpengaruh
terhadap keberhasilan usaha.
Selain modal sumber daya manusia, orientasi kewirausahaan memegang peranan penting dalam
keberhasilan  bisnis.  Beberapa  hasil  penelitian menjelaskan bahwa ada pengaruh antara orientasi
entrepreneur  dengan  keberhasilan  bisnis  UKM. Hal  ini  dikemukakan  oleh  banyak  peneliti
diantaranya Lee dan Tsang 2001 yang meneliti tentang  dampak  dari  orientasi  kewirausahaan
terhadap  ”venture  growth”  Growth  of  Sales and  Proit  dimana  orientasi  kewirausahaan
terdiri  atas  unsur  1  need  for  achievement  2 internal  locus  of  control
3  self  reliance  dan 4  extroversion.  Steward  et  al  2003  juga
meneliti aspek kewirausahaan dengan unsur 1 achievement
2 innovation dan 3 risk terhadap goal orientation
dengan membandingkan antara sikap  wirausaha  di  USA  dibandingkan  dengan
sikap wirausaha di Rusia. Demikian pula Vitale, Giglierano dan Miles 2003 menguji pengaruh
orientasi  kewirausahaan  yang  terdiri  atas  unsur 1  innovating  2  acting  proactively  dan  3
managing risk
terhadap performance atau growth. Zahra dan Covin  1995 mengemukakan bahwa
dimensi  orientasi  kewirausahaan  merupakan dimensi  yang  independen  dan  berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan. Dalam kajian literature  review  ini  akan  melihat  hubungan
antara modal sumberdaya entrepreneur, orientasi entrepreneur dan keberhasilan UKM
LITERATURE REVIEW Modal  Sumber  Daya  Entrepreneur  dan
Kinerja Bisnis
Becker 1964 mendeinisikan modal sumber daya  manusia  sebagai  keterampilan  dan  ilmu
pengetahuan  yang  dimiliki  oleh  seseorang  dan didapatkan  dari  pendidikan  mereka  di  sekolah,
pelatihan  kerja,  dan  jenis  pengalaman  lainnya. Modal  sumber  daya  entrepreneur  adalah
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
11
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
ketrampilan dan ilmu pengertahuan yang dimiliki oleh  seorang  entrepreneur  yang  didapat  dari
lembaga formal maupun informal yang meliputi pendidikan,  pelatihan,  pengalaman  dan  latar
belakang entrepreneur. Deinisi menurut Becker 1964  menjelaskan  adanya  perbedaan  modal
sumber  daya  manusia  yang  ada  dengan  dua konseptualisasi  yang  berbeda  dalam  hal  atribut
modal sumber daya manusia, investasi terhadap modal sumber daya manusia versus hasil akhir dan
investasi  terhadap  modal  sumber  daya  manusia dan hubungan antara tugas wirausaha dan modal
sumber  daya  manusia  versus  modal  sumber daya  manusia  yang  tidak  berhubungan  dengan
penyelesaian sebuah tugas kewirausahaan. Hasil akhir  yang  diperoleh  dari  investasi  terhadap
modal  sumber  daya  manusia  akan  berimbas pada  ilmu  pengetahuan  dan  keterampilan  yang
dimiliki oleh individu tersebut. Hubungan antara modal sumber daya manusia dengan penyelesaian
tugas kewirausahaan membahas apakah investasi terhadap  modal  sumber  daya  manusia  dapat
menjelaskan  hasil  akhir  yang  berhubungan dengan  penyelesaian  tugas  tertentu  atau  tidak,
seperti melaksanakan suatu usaha bisnis.
Konsep  mengenai  modal  sumber  daya manusia berhubungan dengan ilmu pengetahuan
yang dimiliki oleh seorang individu tertentu dan kemampuannya yang memungkinkan terjadinya
perubahan  dalam  tindakan  dan  pertumbuhan perekonomian  Coleman,  1988.  Modal  berupa
sumber  daya  manusia  akan  dikembangkan melalui  pelatihan  formal  dan  pendidikan  yang
bertujuan  untuk  terus  melakukan  pembaharuan terhadap  kemampuan  seseorang  dengan  tujuan
agar orang tersebut dapat bertindak dengan baik dalam lingkungan masyarakat.
Modal  berupa  sumber  daya  manusia  yang bersifat  spesiik  bagi  suatu  industri  akan
berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan yang berasal  dari  pengalaman  spesiik  dalam  sebuah
lingkungan industri, dan beberapa peneliti sudah menelaah  peranan  dari  pengalaman  industri
terhadap pertumbuhan dan kinerja ekonomis dari sebuah perusahaan yang bersifat kewirausahaan
Siegel,  1993  dan  juga  peranannya  terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya Kenney dan
von  Burg,  1999.  Hasil  penelitian  menjelaskan bahwa modal sumber daya manusia yang bersifat
spesiik bagi suatu industri memainkan peranan penting  dalam  menghasilkan  aktivitas  yang
bersifat inovatif dalam suatu industri jika hal ini dikarakterisasikan sebagai bentuk transaksi atau
pertukaran  ilmu  pengetahuan  yang  berkualitas tinggi  antara  para  pemain  utama  dalam  satu
lingkungan industri Bianchi, 2001.
Modal  berupa  sumber  daya  manusia  yang bersifat spesiik secara individual mengacu pada
bentuk ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan atau diterapkan pada beragam cakupan perusahaan
dan lingkungan industri yang sangat luas, hal ini juga  meliputi  sistem  manajerial  secara  umum
dan  pelatihan  keterampilan  Pennings,  1998. Penelitian  terdahulu    menunjukkan  bahwa
tingkatan  modal  sumber  daya  manusia  secara keseluruhan  akan  memberikan  dampak  atau
pengaruh  pada  keberhasilan  perekonomian, baik di tingkat bisnis maupun di tingkat makro.
Sebagai contoh Kilkeny 1999 yang membahas tentang  model  penelitian  berupa  modal  sumber
daya  manusia  untuk  mencapai  keberhasilan, ia  menjelaskan  bahwa  tingkatan  pelatihan
seseorang, pengalaman bisnis secara keseluruhan dan total pendapatan berhubungan positif dengan
keberhasilan bisnis.Dakhli  De Clercq, 2004. Selanjutnya  Bates  1995  mengidentiikasi
adanya  hubungan  positif  yang  terjadi  antara tingkat  pendidikan  yang  lebih  tinggi  dengan
kecenderungan  sebuah  perusahaan  untuk mencapai keberhasilan.
Brewster  et  al.  2000    mengemukakan bahwa  agar  dapat  diperoleh  suatu  keunggulan
kompetitif yang kuat dan bertahan dalam jangka panjang,  perusahaan  harus  memiliki  suatu
kelebihan  dalam  skill  dan  kapabilitas  yang dimiliki  oleh  para  karyawannya.  Wright  et  al.
1998  mengemukakan  pentingnya  kapabilitas sumber  daya  manusia  dalam  mencapai
keunggulan kompetitif. Kapabilitas sumber daya manusia  berperan  sebagai  suatu  pengetahuan
kolektif  dari  anggota  perusahaan  sulit  ditiru, yang  dikembangkan  dalam  suatu  periode
waktu  tertentu  langka,  dan  sangat  berharga karena  rutinitas  perusahaan  dalam  memanage
karyawannya  akan  mengarahkan  segala  sikap dan bakat karyawannya dalam pembentukan nilai
12
Jurnal Visioner  Strategis M e u t i a
dan  meraih  suatu  tujuan  sehingga  keunggulan kompetitif akan tercapai.
Orientasi Entrepreneur dan Kinerja Bisnis
Venkataraman 1997
mendeinisikan kewirausahaan  sebagai  “Sebuah  bidang
akademis  yang  berusaha  untuk  mencari  dan memahami  bagaimana  sebuah  peluang  akan
diwujudkan  di  masa  yang  akan  datang,  dan bagaimana  barang  dan  jasa  akan  ditemukan,
diciptakan  sekaligus  dieksploitasi,  oleh  siapa dan untuk siapa konsekuensi tersebut terbentuk.
Kewirausahaan  adalah  kemampuan  kreatif  dan inovatif  yang  dijadikan  dasar,  kiat  dan  sumber
daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Beberapa literatur manajemen memberikan tiga
landasan  dimensi-dimensi  dari  kecenderungan organisasional  untuk  proses  manajemen
kewirausahaan,  yakni  kemampuan  inovasi, kemampuan mengambil risiko, dan sifat proaktif
Matsuno, Mentzer dan Ozsomer, 2002.
Sikap  percaya  diri  sangat  dibutuhkan  oleh entrepreneur dimana keyakinan bahwa bisnisnya
akan  berhasil  merupakan  motivasi  yang  sangat kuat  untuk  keberhasilan  usaha.  Keyakinan  dan
sikap dalam memulai melihat peluang, memulai usaha,  menjalankan  dan  mengambil  resiko  atas
kegagalan usaha adalah harus dipersiapkan sedini mungkin. Seorang entrepreneur merupakan orang
yang terlatih untuk selalu menjalankan usahanya dengan  tekun,  gigih,  percaya  diri,  ulet,  tekun,
inisiatif, tekad yang kuat, orientasi pada proses dan  hasil,  selalu  kreatif,  mempetimbangkan
resiko. Kreativitas yang dimiliki akan menjadikan bisnisnya  akan  bertahan  untuk  jangka  panjang
dibandingkan dengan competitornya.
Dalam  penelitian  entrepreneurship  sudah banyak dibahas dalam istilah yang berbeda seperti
manajemen entrepreneur Stevenson dan Jarillo, 1990 dan sekarang hasil penelitian yang sangat
populer  yaitu  orientasi  kewirausahaan  yang diteliti oleh Lumpkin dan Dess, 1996. Di dalam
literatur  penelitian  yang  ada,  konsep  orientasi wirausaha juga dikenal sebagai Entrepreneurial
Posture
Miller, 1983, Entrepreneurial Behavior Miller dan Friesen 1982, Covin dan Slevin 1986,
Strategic  Posture Covin dan Slevin, 1989 dan
Entrepreneurial Posture Covin dan Slevin 1990,
1991. Lumpkin dan Dess 1996 dalam usahanya untuk  mengklariikasi  kebingungan  dalam
istilah, memberikan perbedaan yang jelas antara orientasi wirausaha Entrepreneurial Orientation
dan kewirausahaan entrepreneurship.
Deinisi  orientasi  kewirausahaan  dimulai dari  penelitian  Minzberg  1973  kemudian
Khandwalla 1977 dan Miller dan Friesen 1982. Perkembangan dimensi orientasi kewirausahaan
juga terus bertambah seiring dengan banyaknya penelitian  tentang  orientasi  entrepreneur.  Pada
awalnya  dimensi  orientasi  entrepreneur  sudah dikemukakan  oleh  Schumpeter  1934  dengan
dimensi  invention  dan  inovator,  selanjutnya Mintzberg 1973 menambahkan dengan mencari
peluang. Miller dan Friesen 1982 mengemukakan dimensi  dari  orientasi  kewirausahaan  adalah
agressiveness,  inovative  new  product,  novel
solutions,  logistic  inovation  dan  emphasis  on research and development
. Selanjutnya menurut Venkataraman  1989  dan  Lumpkin  and  Dess
1996  mengemukakan  dimensi  yang    hampir sama  begitu  juga  Knight  2000.  Krauss  et  al
2005  menambahkan  dimensi  baru  orientasi kewirausahaan  yaitu  orientasi  belajar,  orientasi
pestasi,  orientasi  otonom,  agresif  berkompetisi, orientasi  inovasi,  mengambil  resiko,  proaktif
dalam  mencari  peluang  dan  inisiatif  personal. Dari  perkembangan  orientasi  kewirausahaan
maka  dimensi  terus  berkembang  sesuai  dengan kebutuhan dan penelitian yang akan datang pun
masih  banyak  dimensi  –dimensi  lain  yang  bisa diteliti.
Sementara  itu,  menurut  Gosselin  2005, bahwa terdapat hubungan yang signiikan antara
orientasi kewirausahaan yang ditetapkan dengan kinerja perusahaan. Orientasi kewirausahaan yang
tinggi berhubungan erat dengan penggerak utama keuntungan  sehingga  seorang  wirausahawan
mempunyai  kesempatan  untuk  mengambil keuntungan  dan  munculnya  peluang-peluang
tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh positif terhadap kinerja usaha Wiklund, 1999.
Miller  dan  friesen  1982  menyatakan bahwa  perusahaan  yang  memiliki  orientasi
kewirausahaan  yang  kuat  akan  lebih  banyak melakukan  inovasi  produk,  berani  menjalankan
perusahaan yang beresiko dan memulai tindakan-
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
13
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
tindakan  yang  proaktif  untuk  meningkatkan kinerja  bisnis.  Orientasi  kewirausahaan
mengacu pada proses, praktik, dan pengambilan keputusan  yang  mendorong  ke  arah  input  baru
dan  mempunyai  tiga  aspek  kewirausahaan, yaitu berani mengambil risiko, bertindak secara
proaktif  dan  selalu  inovatif  Lumpkin  dan Dess,  1996.  Namun  dari  kesekian  banyaknya
dimensi  orientasi  kewirausahaan  keberanian mengambil  resiko  risk  taking,  kecendrungan
mencari peluang proactiveness, dan dukungan menemukan  inovasi  innovativeness  paling
sering digunakan oleh para peneliti.
Keberanian mengambil Resiko
Konsep  risk  taking  telah  lama  dihubungkan dengan kewirausahaan Kreiset, 2001. Dimensi
ini  mencerminkan  kemauan  aktif  perusahaan untuk  mengejar  peluang  meskipun  peluang
tersebut  mengandung  risiko  dan  hasilnya tidak  pasti.  Dimensi  ini  menangkap  tingkat
pengambilan  risiko  dalam  berbagai  keputusan alokasi  sumber  daya  seperti  halnya  pilihan
produk dan pasar Venkatraman, 1989.
Menurut  Lumpkin  dan  Dess  1996  berani mengambil resiko mencerminkan kecenderungan
untuk mengerahkan sumberdaya dalam kegiatan atau  proyek  yang  memiliki  prospek  kegagalan
yang besar namun jika berhasil maka keuntungan juga besar. Semakin besar resiko yang dihadapi
maka  kecenderunga  hasil  yang  diperoleh  juga semakin  besar.  Keberanian  mengambil  resiko
termasuk resiko memilih usaha, kegiatan usaha, tempat  usaha  dan  resiko  kegagalan  yang  akan
dihadapi.  Sesuai  dengan  pengertiannya  bahwa seorang  entrepreneur  adalah  seseorang  yang
suka  dengan  usaha  yang  lebih  menantang. Semakin  menantang  maka  semakin  semangat
untuk menghadapi tantangan tersebut. Biasanya entrepreneur  akan  sangat  berani  mengambil
resiko  jika  sudah  mengetahui  jenis  kegiatan usaha yang dilakukan.
Tetapi  pada  umumnya  pengusaha  memiliki sikap yang sangat tidak berani mengambil resiko
jika tidak memiliki keahlian atau belum dikuasai sebelumnya.  Begley  dan  Boyd  1987  dalam
Kreser, Marino dan Weaver 2002 menemukan bahwa  kecenderungan  perusahaan  untuk  berani
mengambil  risiko  risk  talking  memiliki pengaruh  positif  pada  kinerja  perusahaan.
Kecenderungan  sikap  risk  taking  berhubungan secara positif dengan sukses perusahaan karena
manajer  ataupun  pemilik  perusahaan  dapat membuat  perjanjian  yang  menguntungkan  bagi
perusahaannya  Fresee,  Brantjes  dan  Horn, 2002.
Kecenderungan Mencari Peluang
Sifat  lain  yang  dimiliki  oleh  entrepreneur adalah  kecendrungan  mencari  peluang  untuk
perluasan maupun proses deversiikasi bisnisnya. Kecenderungan  mencari  peluang  bisa  dilihat
dari  berbagai  keadaan  misalnya  dari  kebutuhan konsumen  dan  kebutuhan  pasar  secara
keseluruhan.  Sikap  proaktif  dalam  mencari peluang  pasar  merupakan  sikap  untuk  melihat
kebutuhan  jauh  kedepan  dan  selalu  berusaha untuk mengejar peluang tersebut.
Miller  1983  menyatakan  sikap  mencari peluang  adalah  perusahaan  agresif  dalam
mengejar  priorits  dan  tujuan  dibandingkan dengan pesaingnya. Yeoh dan Joeng 1995 dalam
Kreser,  2002  yang  mendeinisikan  proaktif untuk bersaingan dengan pesaingnya. Perusahaan
proaktif cenderung menjadi pemimpin daripada pengikut,  karena  memiliki  keinginan  dan
pandangan ke depan untuk menangkap peluang baru sekalipun tidak selalu menjadi yang pertama
melakukan hal tersebut. Lumpkin dan Dess 1996 menyatakan  sikap  mencari  peluang  dilakukan
sebagai  antisipasi  keinginan  dan  kebutuhan masa  mendatang  di  pasar  serta  menciptakan
keunggulan dibandingkan dengan pesaingnya.
Beberapa  penelitian  menunjukkan  bahwa mencari peluang merupakan factor penting yang
menentukan kinerja perusahaan. Kecenderungan mencari  peluang  berpengaruh  terhadap  kinerja
perusahaan kecil dan menengah seperti penelitian Krauss et al 2006. Semakin tinggi kemampuan
peengusaha untuk mencari peluang usaha maka semakin  tinggi  tingkat  keberhasilan  bisnis
yang  akan  dicapai  dan  semakin  tinggi  tingkat keunggulan  bersaing  dibandingkan  dengan
pesaingnya.
14
Jurnal Visioner  Strategis M e u t i a
Innovativeness
Para  peneliti  menganggap  inovasi  sebagai jantung  dari  kewirausahaan  Covin  dan  Miles,
1999 Jennings dan Young, 1990, Schollhammer, 1982,  Shcumpeter,  1934,  1942  dalam  Kreiser,
2001.  Dimensi  innovatiness  mencerminkan kecenderungan perusahaan untuk menggunakan
dan  mendukung  ide-ide  baru,  eksperimen  dan proses  kreatif  yang  mungkin  berhasil  dalam
memperkenalkan  produk  atau  jasa  baru  dalam proses teknologi Lumpkin dan Dess, 1996.
Sikap inovasi
akan mencerminkan
kecenderungan  untuk  mendukung  dan  terlibat dalam  ide-ide  baru,  proses-proses  kreatif  yang
menyimpang dari praktek dan teknologi yang ada. Seorang  entrepreneur  cenderung  selalu  kreatif
dalam usaha menemukan sesuatu yang baru baik dari pengalaman maupun dari eksperimen. Hasil
pengalaman  dan  eksperimen  akan  ditemukan inovasi  baru  seperti  inovasi  proses,  inovasi
produk,  inovasi  pemasaran,  inovasi  pelayanan dan lain sebagainya.
Hodgson  1998  melihat  inovasi  sebagai proses  pembelajaran  yang  diperlukan  dalam
sebuah  konteks  sosioekonomis  yang  bersifat dinamis.  Proses  ini  memastikan  dihasilkannya
dan tercapainya transmisi ilmu pengetahuan dan inovasi dengan dua komponen pembentuk yaitu
inovasi  yang  bersifat  adaptif  dan  inovasi  yang bersifat  kreatif.  Inovasi  dilihat  sebagai  sebuah
perubahan  material  dalam  tehnologi  produksi dan sebagai perubahan kapasitas seseorang untuk
mengeksploitasi peluang dalam pasar terbaru.
Banyak  hasil  penelitian  yang  menjelaskan bahwa inovasi akan berdampak positif terhadap
kinerja  bisnis  baik  perusahaan  yang  baru Lumpkin et al, 2006 maupun perusahaan yang
sudah lama berdiri. Hasil penelitian Frese, Brantjes dan  Hoorn  2002  kecenderungan  perusahaan
untuk bermotivasi innovativeness secara positif berhubungan  dengan  sukses  perusahaan  karena
dengan  ide  baru,  perusahaan  dapat  menangkap segmen  penting  dalam  pasar. Akan  tetapi  yang
harus  diperhatikan  inovasi  membutuhkan  biaya yang  tinggi  sehingga  untuk  perusahaan  yang
sudah  lama  berdiri  sering  mengabaikan  inovasi karena  merasa  sudah  punya  pasar  dan  sudah
dikenal oleh konsumen.
KESIMPULAN 1.
Becker 1964 mendeinisikan modal sumber daya manusia sebagai keterampilan dan ilmu
pengetahuan  yang  dimiliki  oleh  seseorang dan  didapatkan  dari  pendidikan  mereka  di
sekolah,  pelatihan  kerja,  dan  jenis  pengala- man  lainnya.  Modal  sumber  daya  entrepre-
neur  adalah  ketrampilan  dan  ilmu  pengerta- huan yang dimiliki oleh seorang entrepreneur
yang  didapat  dari  lembaga  formal  maupun informal yang meliputi pendidikan, pelatihan,
pengalaman dan latar belakang entrepreneur. Penelitian terdahulu sudah menunjukkan bah-
wa tingkatan modal sumber daya manusia se- cara  keseluruhan  akan  memberikan  dampak
atau  pengaruh  pada  keberhasilan  perekono- mian, baik di tingkat bisnis maupun di tingkat
makro. Sebagai contoh Kilkeny 1999 yang membahas  tentang  model  penelitian  berupa
modal sumber daya manusia untuk mencapai keberhasilan
2.
Venkataraman  1997  mendeinisikan  kewi- rausahaan sebagai “Sebuah bidang akademis
yang berusaha untuk mencari dan memahami bagaimana sebuah peluang akan diwujudkan
di  masa  yang  akan  datang,  dan  bagaimana barang  dan  jasa  akan  ditemukan,  diciptakan
sekaligus dieksploitasi, oleh siapa dan untuk siapa konsekuensi tersebut terbentuk.  Kewi-
rausahaan  adalah  kemampuan  kreatif  dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sum-
ber daya untuk mencari peluang menuju ke- suksesan. Di dalam literatur penelitian yang
ada,  konsep  orientasi  wirausaha  juga  dike- nal sebagai Entrepreneurial Posture Miller,
1983, Entrepreneurial Behavior Miller dan Friesen 1982; Covin dan Slevin 1986, Stra-
tegic  Posture
Covin  dan  Slevin  1989  dan Entrepreneurial  Posture
Covin  dan  Slevin 1990,  1991.  Lumpkin  dan  Dess  1996
dalam usahanya untuk mengklariikasi kebin- gungan dalam istilah, memberikan perbedaan
yang  jelas  antara  orientasi  wirausaha  Entre- preneurial  Orientation
dan  kewirausahaan entrepreneurship.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
15
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
REFERENSI
Bates. T.,1995,”Analysis of survival rates among franchise and independent small business  star-up. Journal of business management
33 2. 26-36. Becker, G.S., 1964,” Human Capital”, Columbia University Press, New York.
Begley,  T.M.  Boyd,D.B.  1987,”  Psycological  characteristics  associated  with  performance  in entrepreneurial irm and small business,” Journal of Business venturing 21, 79-93
Bianchi, T. 2001,” With and without co-operation: two alternative strategies in the food-processing industry in the Italian South”, Entrepreneurship  Regional Development, 13: 117–145.
Brewster, C; Dowling, P; Grobler, P; Holland, P dan Warnich, S. 2000,”Contemporary Issues in HRM: Gaining a Competitive Advantage.
Oxford Uniersity Press: Southern Africa. Chandler,  G.N.,  Hanks,  S.,  1998,”  An  examination  of  the  substitutability  of  founders’  human  and
inancial capital in emerging business venture”.	Journal of BusinessVenturing 13, 353–369. Coleman, J. S. 1988,” Social capital in the creation of human capital.” American Journal of Sociology,
94 , 95-120.
Covin J.G and D. Slevin, 1989.” Strategic management of small irm in hostile and begin environment”, Strategic Management Journal,
10 1 pp 75-87. Covin,  J.  Slevin,D.1991,”  A  Conceptual  Model  Of  Entrepreneurship  as  Firm  Behaviour
Entrepreneurship,” Theory and Practice,161,7-25. Covin, J. G dan T. Covin., 1990. “Competitive Aggresiveness, environmental context, and small irm
performance”, Entrepreneurship: Theory dan Practice, Vol. 14 4, 35-50 Dakhli,  Mourad  and    Clercq.,  Dirk  De,  2004,”  Human  Capital,  Social  Capital  and  Innovation:  A
Multicountry Study p. 107–128 Davidsson, P., Honig, B., 2003.” The role of social and human capital among nascent entrepreneurs.”
Journal of Business Venturing 18, 301–331.
Freese,M.,  Brantjes,A.  Hoorn,R.  2002,”  Psycological  success  factor  of  small  scale  businesses  in Namimbia: The  Roles  Of  Strategy  process,  Entrepreneurial  Orientation  and The  Environment,”
Journal Of Development Entrepreneurship 73
Gosselin Maurice, 2005,” An Empirical Study of Performance Measurement in Manufacturing Firm,
International Journal of Productivity and	Performance Management , Vol. 54 No.56.pp.419- 437
Hodgson, G. ,1998,” Competence and contract in the theory of the irm. Journal of Economic Behavior, 35, 179–201.
Kenney, M. and von Burg, U. 1999,” Technology, entrepreneurship and path dependence: industrial clustering in Silicon Valley and Route 128, Industrial and Corporate Change, 8: 67–103.
Khandawalla, P.N.1977.”The Design of Organization” New York:Harcout brace Jovanovich Kilkenny, M., Nalbarte, L. and Besser, T. 1999,” Reciprocated community support and small town-
small business success”, Entrepreneurship  Regional Development, 11: 231–246. Knight, Gary.2000.” Entrepreneurship and marketing strategy: The SME under globalization.” Journal
of international marketing ,8,2, pp.12-21
16
Jurnal Visioner  Strategis M e u t i a
Krauss,  Stetanie  I,  Michale  Frese  et.al,2005.”  Entrepreneurial  orientation: A  phycological  Model of  success  among  southern  African  Small  Business  Owners”,  Europian  journal  of  work  and
organizational psychology , Vol 14, No. 3, pp.315-344
Kreiser, P. M. 2001. “Entrepreneurial Organization or Family Firm? A strategic Analysis of Gulf States Paper Corporation”, EBHA Conference : Business dan Knowledge, July, The University of Alabama,
USA. Kreiser,  P.  M.,  Marino  L.  D.,  dan  Weaver,  K.  M.  2002.“Assessing  the  Psychometric  Properties  of
the  Entrepreneurial  Orientation  Scale: A  Multicountry Analysis”,  Entrepreneurship:  Theory  dan Practice, 71-93.
Lee, D.Y. Tsang, E.W.K.2001.” The Effect Of Entrepreneurial Personality, Background and Network Activities on Ventures Growth,” Journal Of Management Studies 384 583-602.
Lumpkin, G.T.,  Dess, G.G.1996.” Clarifying the entrepreneurial orientation construct and linking it to performance. “Academy of management Review,211, 135-172.
Lumpkin  et  al.2006.”  Entrepreneurial  Orientation  Effects  and  New  Venture  Performance  :  The Moderating Role of Venture Age.” Academy of Management Best Conference Paper, 2006.
Matsuno at al. 2002.” The Effect of Entrepreneurial Proclivity and Market Orientation on Markides C  and  P.J. Williamson,1994:  Related  diversiikasi,  core  competence  and  corporate  performance.
Strategi Manajemen Journal Vol.15
Miller, D. dan Friesen, Peter H.1982.”Innovation in conservative and entrepreneurial irm: Two Model of Strategic Momentum”, Strategic Management Journal, 3 1 pp.1-25
Miller D.1983.” The Correlates of Entrepreneurship in three type of irms,”Management Science,29,pp. 770-791
Mintzberg, H. 1973.” Strategy Making in Three Models”, California Management Review. 16:44-53 Pennings,  J.  M.,  Lee,  K.    van  Witteloostuijn,  A.1998,”  Human  capital,  social  capital,  and  irm
dissolution. Academy of Management Journal, 41, 425-440. Rauch,  A.,  Unger,  J.,  Skalicky,  B.,  Frese,  M.,  2005b.”  The  effect  of  business  owners’  cognitive
ability,  human  capital,  knowledge  and  experience  on  business  success:  acomparison  of  three different perspectives. “Poster Presented at the 2005 Babson Kaufman Entrepreneurship Research
Conference , June 9 11, Babson.
Schumpeter,  Joseph.  1934,”  The  Theory  of  Economic  Development.  Cambridge,    Mass.:  Harvard University Press.
Siegel, R., Siegel., E. and MacMillan, I. C. 1993,” Characteristics distinguishing high-growth ventures”, Journal of Business Venturing
, 8: 169–180. Smart, D. T. and Conant, J. S. 1994 ‘Entrepreneurial Orientation, Distinctive Marketing Competencies
and Organizational Performance’, Journal of Applied Business Research 103: 28–38. Stewart Jr W H, Carland J C, Carland J.W, Watson W E and Sweo R, 2003, Entrepreneurial Dispositions
and  Goal  Orientations:  A  Compative  Exploration  of  United  States  and  Russian  Entrepreneurs, Journal of Small	Business Management
41-1 pp. 27-46 Stevenson, H. H. and J. C. Jarillo 1990. ‘A paradigm of entrepreneurship: Entrepreneurial management’,
Strategic Management Journal, 11
, pp. 17-27. Venkatraman, N. 1989. “Strategic Orientation of Business Enterprises: The Construct, Dimensionality
and Measurement:, Management Science, Vol. 35. No.8. p. 942-962.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
17
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
Venkatraman,  S.,  1997.  “The  distinctiveness  domain  of  entrepreneurship  research:  an  editor’s perspective.” In: Katz, J., Brockhaus, R. Eds., Advances in Entrepreneurship, Firm Emergence,
and Growth . JAI Press, Greenwich, CT, pp. 119 138.
Vitale  R,  Giglierano  J,  and  Miles  M,  2003,”	 Entrepreneurial  Orientation,  Market  Orientation,  and Performance in Estableshed and Startup Firms
, http:www.uic.educbaies2003papers Wiklund,  J.  1999.“The  sustainability  of  the  entrepreneurial  orientation-  performance  relationship.”
Entrepreneurship: Theory  Practice, 24 1, 37-49. Wright, P; McMahan, G; McCormick, B dan Sherman, S. 1998. “Strategy, core competence, and Human
Resource  involvement  as  determinants  of  HR  effectiveness  and  reinery  performance”.  Human Resource Management,
Vol. 36, pp. 17-29.
18
Jurnal Visioner  Strategis M e u t i a
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
19
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1,
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
This  study  aims  to  assess  and  analyze  the  inluence  of  internal  and external factors on student learning achievement S1 Syiah Kuala University
Faculty of Economics. Number of samples in this study amounted to 300. The  research  was  conducted  using  primary  data.  Data  were  analyzed
through  the  presentation  and  preparation  of  data  into  the  table.  Internal factors health, motivation, interest in learning affect learning achievement.
However,  the health variables obtained results  were  not  signiicant, it  is because there is a good health condition of students it will be better the
student’s learning achievement, but there are some students who are in poor health condition continued to lecture activities. Showed that external factors
family, community, campus environment affect learning achievement. For all students, in order to still consider the health condition. This can be done
by keeping the diet, adequate rest, sleep on time, regular exercise. Thus, the health will be maintained so that learning achievement will be better.
Keywords: internal factors, external factors, student learning achievement
JURNAL VISIONER  STRATEGIS
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN:  2338-2864
                