9-17 Jurnal Visi Vol.1 No.1 Maret 2012

10 Jurnal Visioner Strategis M e u t i a PENDAHULUAN Menurut Drucker istilah entrepreneur telah digunakan lebih dari 200 tahun. Entrepreneur berasal dari kata perancis “Entreprendre” yang artinya melaksanakan, mengerjakan sesuatu pekerjaan. Kewirausahaan adalah suatu proses memulai bisnis baru, mengorganisasi sumber daya yang diperlukan dengan mempertimbangkan risiko yang terkait dan balas jasa yang akan diterima. Banyak deinisi kewirausahaan yang telah dibahas oleh peneliti diantaranya adalah kewirausahaan merupakan mental dan sikap jiwa yang selalu aktif berusaha meningkatkan hasil karyanya untuk meningkatkan penghasilan. Jiwa entrepreneurship merupakan sikap dan watak yang dimiliki seseorang dalam melihat dan menilai kesempatan bisnis dan mengumpulan sumber daya guna mengambil keuntungan. Peranan entrepreneur sangat mempengaruhi perkembangan UKM terutama keterampilan dan keahlian yang dimiliki. Modal sumber daya manusia yang merupakan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki baik melalui pengalaman, pembelajaran maupun pelatihan akan meningkatkan keberhasilan UKM Teori modal sumberdaya manusia yang ditelaah oleh para peneliti berkembang kearah pengembangan kewirausahaaan Chandler dan hanks, 1998: Davisson dan Honig, 2003; Rauch, 2005a. Hasil penelitian modal sumber daya manusia dalam sebuah model diprediksi mengarah kepada keberhasilan usaha. Sejumlah peneliti sudah menetapkan dan menggunakan sejumlah variabel yang memberikan indikasi terhadap modal sumber daya manusia seperti pendidikan formal, pelatihan, pengalaman pegawai dan pengalaman awal saat mendirikan bisnis, pengalaman pemilik bisnis, latar belakang orang tua, keterampilan dan ilmu pengetahuan dan lainnya. Keberhasilan atau kegagalan usaha mikro sering tergantung pada sejumlah faktor seperti kurangnya sumber daya, keterampilan teknis dan bisnis yang tidak memadai, informasi yang tidak memadai tentang pasar dan pesaing, dan kurang pengetahuan tentang kebijakan peraturan pemerintah dan factor lainnya. Salah satu faktor potensi yang mempengaruhi kinerja usaha mikro adalah modal sosial dari pengusaha mikro yang meliputi kemampuan sosial entrepreneur dalam menjalankan bisnisnya, modal sumber daya entrepreneur yang meliputi pelatihan, ketrampilan dan pengalaman akan menciptakan peluang. Faktor-faktor ini diduga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Selain modal sumber daya manusia, orientasi kewirausahaan memegang peranan penting dalam keberhasilan bisnis. Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa ada pengaruh antara orientasi entrepreneur dengan keberhasilan bisnis UKM. Hal ini dikemukakan oleh banyak peneliti diantaranya Lee dan Tsang 2001 yang meneliti tentang dampak dari orientasi kewirausahaan terhadap ”venture growth” Growth of Sales and Proit dimana orientasi kewirausahaan terdiri atas unsur 1 need for achievement 2 internal locus of control 3 self reliance dan 4 extroversion. Steward et al 2003 juga meneliti aspek kewirausahaan dengan unsur 1 achievement 2 innovation dan 3 risk terhadap goal orientation dengan membandingkan antara sikap wirausaha di USA dibandingkan dengan sikap wirausaha di Rusia. Demikian pula Vitale, Giglierano dan Miles 2003 menguji pengaruh orientasi kewirausahaan yang terdiri atas unsur 1 innovating 2 acting proactively dan 3 managing risk terhadap performance atau growth. Zahra dan Covin 1995 mengemukakan bahwa dimensi orientasi kewirausahaan merupakan dimensi yang independen dan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Dalam kajian literature review ini akan melihat hubungan antara modal sumberdaya entrepreneur, orientasi entrepreneur dan keberhasilan UKM LITERATURE REVIEW Modal Sumber Daya Entrepreneur dan Kinerja Bisnis Becker 1964 mendeinisikan modal sumber daya manusia sebagai keterampilan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan didapatkan dari pendidikan mereka di sekolah, pelatihan kerja, dan jenis pengalaman lainnya. Modal sumber daya entrepreneur adalah Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 11 Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis ketrampilan dan ilmu pengertahuan yang dimiliki oleh seorang entrepreneur yang didapat dari lembaga formal maupun informal yang meliputi pendidikan, pelatihan, pengalaman dan latar belakang entrepreneur. Deinisi menurut Becker 1964 menjelaskan adanya perbedaan modal sumber daya manusia yang ada dengan dua konseptualisasi yang berbeda dalam hal atribut modal sumber daya manusia, investasi terhadap modal sumber daya manusia versus hasil akhir dan investasi terhadap modal sumber daya manusia dan hubungan antara tugas wirausaha dan modal sumber daya manusia versus modal sumber daya manusia yang tidak berhubungan dengan penyelesaian sebuah tugas kewirausahaan. Hasil akhir yang diperoleh dari investasi terhadap modal sumber daya manusia akan berimbas pada ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh individu tersebut. Hubungan antara modal sumber daya manusia dengan penyelesaian tugas kewirausahaan membahas apakah investasi terhadap modal sumber daya manusia dapat menjelaskan hasil akhir yang berhubungan dengan penyelesaian tugas tertentu atau tidak, seperti melaksanakan suatu usaha bisnis. Konsep mengenai modal sumber daya manusia berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang individu tertentu dan kemampuannya yang memungkinkan terjadinya perubahan dalam tindakan dan pertumbuhan perekonomian Coleman, 1988. Modal berupa sumber daya manusia akan dikembangkan melalui pelatihan formal dan pendidikan yang bertujuan untuk terus melakukan pembaharuan terhadap kemampuan seseorang dengan tujuan agar orang tersebut dapat bertindak dengan baik dalam lingkungan masyarakat. Modal berupa sumber daya manusia yang bersifat spesiik bagi suatu industri akan berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan yang berasal dari pengalaman spesiik dalam sebuah lingkungan industri, dan beberapa peneliti sudah menelaah peranan dari pengalaman industri terhadap pertumbuhan dan kinerja ekonomis dari sebuah perusahaan yang bersifat kewirausahaan Siegel, 1993 dan juga peranannya terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya Kenney dan von Burg, 1999. Hasil penelitian menjelaskan bahwa modal sumber daya manusia yang bersifat spesiik bagi suatu industri memainkan peranan penting dalam menghasilkan aktivitas yang bersifat inovatif dalam suatu industri jika hal ini dikarakterisasikan sebagai bentuk transaksi atau pertukaran ilmu pengetahuan yang berkualitas tinggi antara para pemain utama dalam satu lingkungan industri Bianchi, 2001. Modal berupa sumber daya manusia yang bersifat spesiik secara individual mengacu pada bentuk ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan atau diterapkan pada beragam cakupan perusahaan dan lingkungan industri yang sangat luas, hal ini juga meliputi sistem manajerial secara umum dan pelatihan keterampilan Pennings, 1998. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tingkatan modal sumber daya manusia secara keseluruhan akan memberikan dampak atau pengaruh pada keberhasilan perekonomian, baik di tingkat bisnis maupun di tingkat makro. Sebagai contoh Kilkeny 1999 yang membahas tentang model penelitian berupa modal sumber daya manusia untuk mencapai keberhasilan, ia menjelaskan bahwa tingkatan pelatihan seseorang, pengalaman bisnis secara keseluruhan dan total pendapatan berhubungan positif dengan keberhasilan bisnis.Dakhli De Clercq, 2004. Selanjutnya Bates 1995 mengidentiikasi adanya hubungan positif yang terjadi antara tingkat pendidikan yang lebih tinggi dengan kecenderungan sebuah perusahaan untuk mencapai keberhasilan. Brewster et al. 2000 mengemukakan bahwa agar dapat diperoleh suatu keunggulan kompetitif yang kuat dan bertahan dalam jangka panjang, perusahaan harus memiliki suatu kelebihan dalam skill dan kapabilitas yang dimiliki oleh para karyawannya. Wright et al. 1998 mengemukakan pentingnya kapabilitas sumber daya manusia dalam mencapai keunggulan kompetitif. Kapabilitas sumber daya manusia berperan sebagai suatu pengetahuan kolektif dari anggota perusahaan sulit ditiru, yang dikembangkan dalam suatu periode waktu tertentu langka, dan sangat berharga karena rutinitas perusahaan dalam memanage karyawannya akan mengarahkan segala sikap dan bakat karyawannya dalam pembentukan nilai 12 Jurnal Visioner Strategis M e u t i a dan meraih suatu tujuan sehingga keunggulan kompetitif akan tercapai. Orientasi Entrepreneur dan Kinerja Bisnis Venkataraman 1997 mendeinisikan kewirausahaan sebagai “Sebuah bidang akademis yang berusaha untuk mencari dan memahami bagaimana sebuah peluang akan diwujudkan di masa yang akan datang, dan bagaimana barang dan jasa akan ditemukan, diciptakan sekaligus dieksploitasi, oleh siapa dan untuk siapa konsekuensi tersebut terbentuk. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Beberapa literatur manajemen memberikan tiga landasan dimensi-dimensi dari kecenderungan organisasional untuk proses manajemen kewirausahaan, yakni kemampuan inovasi, kemampuan mengambil risiko, dan sifat proaktif Matsuno, Mentzer dan Ozsomer, 2002. Sikap percaya diri sangat dibutuhkan oleh entrepreneur dimana keyakinan bahwa bisnisnya akan berhasil merupakan motivasi yang sangat kuat untuk keberhasilan usaha. Keyakinan dan sikap dalam memulai melihat peluang, memulai usaha, menjalankan dan mengambil resiko atas kegagalan usaha adalah harus dipersiapkan sedini mungkin. Seorang entrepreneur merupakan orang yang terlatih untuk selalu menjalankan usahanya dengan tekun, gigih, percaya diri, ulet, tekun, inisiatif, tekad yang kuat, orientasi pada proses dan hasil, selalu kreatif, mempetimbangkan resiko. Kreativitas yang dimiliki akan menjadikan bisnisnya akan bertahan untuk jangka panjang dibandingkan dengan competitornya. Dalam penelitian entrepreneurship sudah banyak dibahas dalam istilah yang berbeda seperti manajemen entrepreneur Stevenson dan Jarillo, 1990 dan sekarang hasil penelitian yang sangat populer yaitu orientasi kewirausahaan yang diteliti oleh Lumpkin dan Dess, 1996. Di dalam literatur penelitian yang ada, konsep orientasi wirausaha juga dikenal sebagai Entrepreneurial Posture Miller, 1983, Entrepreneurial Behavior Miller dan Friesen 1982, Covin dan Slevin 1986, Strategic Posture Covin dan Slevin, 1989 dan Entrepreneurial Posture Covin dan Slevin 1990, 1991. Lumpkin dan Dess 1996 dalam usahanya untuk mengklariikasi kebingungan dalam istilah, memberikan perbedaan yang jelas antara orientasi wirausaha Entrepreneurial Orientation dan kewirausahaan entrepreneurship. Deinisi orientasi kewirausahaan dimulai dari penelitian Minzberg 1973 kemudian Khandwalla 1977 dan Miller dan Friesen 1982. Perkembangan dimensi orientasi kewirausahaan juga terus bertambah seiring dengan banyaknya penelitian tentang orientasi entrepreneur. Pada awalnya dimensi orientasi entrepreneur sudah dikemukakan oleh Schumpeter 1934 dengan dimensi invention dan inovator, selanjutnya Mintzberg 1973 menambahkan dengan mencari peluang. Miller dan Friesen 1982 mengemukakan dimensi dari orientasi kewirausahaan adalah agressiveness, inovative new product, novel solutions, logistic inovation dan emphasis on research and development . Selanjutnya menurut Venkataraman 1989 dan Lumpkin and Dess 1996 mengemukakan dimensi yang hampir sama begitu juga Knight 2000. Krauss et al 2005 menambahkan dimensi baru orientasi kewirausahaan yaitu orientasi belajar, orientasi pestasi, orientasi otonom, agresif berkompetisi, orientasi inovasi, mengambil resiko, proaktif dalam mencari peluang dan inisiatif personal. Dari perkembangan orientasi kewirausahaan maka dimensi terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penelitian yang akan datang pun masih banyak dimensi –dimensi lain yang bisa diteliti. Sementara itu, menurut Gosselin 2005, bahwa terdapat hubungan yang signiikan antara orientasi kewirausahaan yang ditetapkan dengan kinerja perusahaan. Orientasi kewirausahaan yang tinggi berhubungan erat dengan penggerak utama keuntungan sehingga seorang wirausahawan mempunyai kesempatan untuk mengambil keuntungan dan munculnya peluang-peluang tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh positif terhadap kinerja usaha Wiklund, 1999. Miller dan friesen 1982 menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki orientasi kewirausahaan yang kuat akan lebih banyak melakukan inovasi produk, berani menjalankan perusahaan yang beresiko dan memulai tindakan- Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 13 Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis tindakan yang proaktif untuk meningkatkan kinerja bisnis. Orientasi kewirausahaan mengacu pada proses, praktik, dan pengambilan keputusan yang mendorong ke arah input baru dan mempunyai tiga aspek kewirausahaan, yaitu berani mengambil risiko, bertindak secara proaktif dan selalu inovatif Lumpkin dan Dess, 1996. Namun dari kesekian banyaknya dimensi orientasi kewirausahaan keberanian mengambil resiko risk taking, kecendrungan mencari peluang proactiveness, dan dukungan menemukan inovasi innovativeness paling sering digunakan oleh para peneliti. Keberanian mengambil Resiko Konsep risk taking telah lama dihubungkan dengan kewirausahaan Kreiset, 2001. Dimensi ini mencerminkan kemauan aktif perusahaan untuk mengejar peluang meskipun peluang tersebut mengandung risiko dan hasilnya tidak pasti. Dimensi ini menangkap tingkat pengambilan risiko dalam berbagai keputusan alokasi sumber daya seperti halnya pilihan produk dan pasar Venkatraman, 1989. Menurut Lumpkin dan Dess 1996 berani mengambil resiko mencerminkan kecenderungan untuk mengerahkan sumberdaya dalam kegiatan atau proyek yang memiliki prospek kegagalan yang besar namun jika berhasil maka keuntungan juga besar. Semakin besar resiko yang dihadapi maka kecenderunga hasil yang diperoleh juga semakin besar. Keberanian mengambil resiko termasuk resiko memilih usaha, kegiatan usaha, tempat usaha dan resiko kegagalan yang akan dihadapi. Sesuai dengan pengertiannya bahwa seorang entrepreneur adalah seseorang yang suka dengan usaha yang lebih menantang. Semakin menantang maka semakin semangat untuk menghadapi tantangan tersebut. Biasanya entrepreneur akan sangat berani mengambil resiko jika sudah mengetahui jenis kegiatan usaha yang dilakukan. Tetapi pada umumnya pengusaha memiliki sikap yang sangat tidak berani mengambil resiko jika tidak memiliki keahlian atau belum dikuasai sebelumnya. Begley dan Boyd 1987 dalam Kreser, Marino dan Weaver 2002 menemukan bahwa kecenderungan perusahaan untuk berani mengambil risiko risk talking memiliki pengaruh positif pada kinerja perusahaan. Kecenderungan sikap risk taking berhubungan secara positif dengan sukses perusahaan karena manajer ataupun pemilik perusahaan dapat membuat perjanjian yang menguntungkan bagi perusahaannya Fresee, Brantjes dan Horn, 2002. Kecenderungan Mencari Peluang Sifat lain yang dimiliki oleh entrepreneur adalah kecendrungan mencari peluang untuk perluasan maupun proses deversiikasi bisnisnya. Kecenderungan mencari peluang bisa dilihat dari berbagai keadaan misalnya dari kebutuhan konsumen dan kebutuhan pasar secara keseluruhan. Sikap proaktif dalam mencari peluang pasar merupakan sikap untuk melihat kebutuhan jauh kedepan dan selalu berusaha untuk mengejar peluang tersebut. Miller 1983 menyatakan sikap mencari peluang adalah perusahaan agresif dalam mengejar priorits dan tujuan dibandingkan dengan pesaingnya. Yeoh dan Joeng 1995 dalam Kreser, 2002 yang mendeinisikan proaktif untuk bersaingan dengan pesaingnya. Perusahaan proaktif cenderung menjadi pemimpin daripada pengikut, karena memiliki keinginan dan pandangan ke depan untuk menangkap peluang baru sekalipun tidak selalu menjadi yang pertama melakukan hal tersebut. Lumpkin dan Dess 1996 menyatakan sikap mencari peluang dilakukan sebagai antisipasi keinginan dan kebutuhan masa mendatang di pasar serta menciptakan keunggulan dibandingkan dengan pesaingnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mencari peluang merupakan factor penting yang menentukan kinerja perusahaan. Kecenderungan mencari peluang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan kecil dan menengah seperti penelitian Krauss et al 2006. Semakin tinggi kemampuan peengusaha untuk mencari peluang usaha maka semakin tinggi tingkat keberhasilan bisnis yang akan dicapai dan semakin tinggi tingkat keunggulan bersaing dibandingkan dengan pesaingnya. 14 Jurnal Visioner Strategis M e u t i a Innovativeness Para peneliti menganggap inovasi sebagai jantung dari kewirausahaan Covin dan Miles, 1999 Jennings dan Young, 1990, Schollhammer, 1982, Shcumpeter, 1934, 1942 dalam Kreiser, 2001. Dimensi innovatiness mencerminkan kecenderungan perusahaan untuk menggunakan dan mendukung ide-ide baru, eksperimen dan proses kreatif yang mungkin berhasil dalam memperkenalkan produk atau jasa baru dalam proses teknologi Lumpkin dan Dess, 1996. Sikap inovasi akan mencerminkan kecenderungan untuk mendukung dan terlibat dalam ide-ide baru, proses-proses kreatif yang menyimpang dari praktek dan teknologi yang ada. Seorang entrepreneur cenderung selalu kreatif dalam usaha menemukan sesuatu yang baru baik dari pengalaman maupun dari eksperimen. Hasil pengalaman dan eksperimen akan ditemukan inovasi baru seperti inovasi proses, inovasi produk, inovasi pemasaran, inovasi pelayanan dan lain sebagainya. Hodgson 1998 melihat inovasi sebagai proses pembelajaran yang diperlukan dalam sebuah konteks sosioekonomis yang bersifat dinamis. Proses ini memastikan dihasilkannya dan tercapainya transmisi ilmu pengetahuan dan inovasi dengan dua komponen pembentuk yaitu inovasi yang bersifat adaptif dan inovasi yang bersifat kreatif. Inovasi dilihat sebagai sebuah perubahan material dalam tehnologi produksi dan sebagai perubahan kapasitas seseorang untuk mengeksploitasi peluang dalam pasar terbaru. Banyak hasil penelitian yang menjelaskan bahwa inovasi akan berdampak positif terhadap kinerja bisnis baik perusahaan yang baru Lumpkin et al, 2006 maupun perusahaan yang sudah lama berdiri. Hasil penelitian Frese, Brantjes dan Hoorn 2002 kecenderungan perusahaan untuk bermotivasi innovativeness secara positif berhubungan dengan sukses perusahaan karena dengan ide baru, perusahaan dapat menangkap segmen penting dalam pasar. Akan tetapi yang harus diperhatikan inovasi membutuhkan biaya yang tinggi sehingga untuk perusahaan yang sudah lama berdiri sering mengabaikan inovasi karena merasa sudah punya pasar dan sudah dikenal oleh konsumen. KESIMPULAN 1. Becker 1964 mendeinisikan modal sumber daya manusia sebagai keterampilan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan didapatkan dari pendidikan mereka di sekolah, pelatihan kerja, dan jenis pengala- man lainnya. Modal sumber daya entrepre- neur adalah ketrampilan dan ilmu pengerta- huan yang dimiliki oleh seorang entrepreneur yang didapat dari lembaga formal maupun informal yang meliputi pendidikan, pelatihan, pengalaman dan latar belakang entrepreneur. Penelitian terdahulu sudah menunjukkan bah- wa tingkatan modal sumber daya manusia se- cara keseluruhan akan memberikan dampak atau pengaruh pada keberhasilan perekono- mian, baik di tingkat bisnis maupun di tingkat makro. Sebagai contoh Kilkeny 1999 yang membahas tentang model penelitian berupa modal sumber daya manusia untuk mencapai keberhasilan 2. Venkataraman 1997 mendeinisikan kewi- rausahaan sebagai “Sebuah bidang akademis yang berusaha untuk mencari dan memahami bagaimana sebuah peluang akan diwujudkan di masa yang akan datang, dan bagaimana barang dan jasa akan ditemukan, diciptakan sekaligus dieksploitasi, oleh siapa dan untuk siapa konsekuensi tersebut terbentuk. Kewi- rausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sum- ber daya untuk mencari peluang menuju ke- suksesan. Di dalam literatur penelitian yang ada, konsep orientasi wirausaha juga dike- nal sebagai Entrepreneurial Posture Miller, 1983, Entrepreneurial Behavior Miller dan Friesen 1982; Covin dan Slevin 1986, Stra- tegic Posture Covin dan Slevin 1989 dan Entrepreneurial Posture Covin dan Slevin 1990, 1991. Lumpkin dan Dess 1996 dalam usahanya untuk mengklariikasi kebin- gungan dalam istilah, memberikan perbedaan yang jelas antara orientasi wirausaha Entre- preneurial Orientation dan kewirausahaan entrepreneurship. Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 15 Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis REFERENSI Bates. T.,1995,”Analysis of survival rates among franchise and independent small business star-up. Journal of business management 33 2. 26-36. Becker, G.S., 1964,” Human Capital”, Columbia University Press, New York. Begley, T.M. Boyd,D.B. 1987,” Psycological characteristics associated with performance in entrepreneurial irm and small business,” Journal of Business venturing 21, 79-93 Bianchi, T. 2001,” With and without co-operation: two alternative strategies in the food-processing industry in the Italian South”, Entrepreneurship Regional Development, 13: 117–145. Brewster, C; Dowling, P; Grobler, P; Holland, P dan Warnich, S. 2000,”Contemporary Issues in HRM: Gaining a Competitive Advantage. Oxford Uniersity Press: Southern Africa. Chandler, G.N., Hanks, S., 1998,” An examination of the substitutability of founders’ human and inancial capital in emerging business venture”. Journal of BusinessVenturing 13, 353–369. Coleman, J. S. 1988,” Social capital in the creation of human capital.” American Journal of Sociology, 94 , 95-120. Covin J.G and D. Slevin, 1989.” Strategic management of small irm in hostile and begin environment”, Strategic Management Journal, 10 1 pp 75-87. Covin, J. Slevin,D.1991,” A Conceptual Model Of Entrepreneurship as Firm Behaviour Entrepreneurship,” Theory and Practice,161,7-25. Covin, J. G dan T. Covin., 1990. “Competitive Aggresiveness, environmental context, and small irm performance”, Entrepreneurship: Theory dan Practice, Vol. 14 4, 35-50 Dakhli, Mourad and Clercq., Dirk De, 2004,” Human Capital, Social Capital and Innovation: A Multicountry Study p. 107–128 Davidsson, P., Honig, B., 2003.” The role of social and human capital among nascent entrepreneurs.” Journal of Business Venturing 18, 301–331. Freese,M., Brantjes,A. Hoorn,R. 2002,” Psycological success factor of small scale businesses in Namimbia: The Roles Of Strategy process, Entrepreneurial Orientation and The Environment,” Journal Of Development Entrepreneurship 73 Gosselin Maurice, 2005,” An Empirical Study of Performance Measurement in Manufacturing Firm, International Journal of Productivity and Performance Management , Vol. 54 No.56.pp.419- 437 Hodgson, G. ,1998,” Competence and contract in the theory of the irm. Journal of Economic Behavior, 35, 179–201. Kenney, M. and von Burg, U. 1999,” Technology, entrepreneurship and path dependence: industrial clustering in Silicon Valley and Route 128, Industrial and Corporate Change, 8: 67–103. Khandawalla, P.N.1977.”The Design of Organization” New York:Harcout brace Jovanovich Kilkenny, M., Nalbarte, L. and Besser, T. 1999,” Reciprocated community support and small town- small business success”, Entrepreneurship Regional Development, 11: 231–246. Knight, Gary.2000.” Entrepreneurship and marketing strategy: The SME under globalization.” Journal of international marketing ,8,2, pp.12-21 16 Jurnal Visioner Strategis M e u t i a Krauss, Stetanie I, Michale Frese et.al,2005.” Entrepreneurial orientation: A phycological Model of success among southern African Small Business Owners”, Europian journal of work and organizational psychology , Vol 14, No. 3, pp.315-344 Kreiser, P. M. 2001. “Entrepreneurial Organization or Family Firm? A strategic Analysis of Gulf States Paper Corporation”, EBHA Conference : Business dan Knowledge, July, The University of Alabama, USA. Kreiser, P. M., Marino L. D., dan Weaver, K. M. 2002.“Assessing the Psychometric Properties of the Entrepreneurial Orientation Scale: A Multicountry Analysis”, Entrepreneurship: Theory dan Practice, 71-93. Lee, D.Y. Tsang, E.W.K.2001.” The Effect Of Entrepreneurial Personality, Background and Network Activities on Ventures Growth,” Journal Of Management Studies 384 583-602. Lumpkin, G.T., Dess, G.G.1996.” Clarifying the entrepreneurial orientation construct and linking it to performance. “Academy of management Review,211, 135-172. Lumpkin et al.2006.” Entrepreneurial Orientation Effects and New Venture Performance : The Moderating Role of Venture Age.” Academy of Management Best Conference Paper, 2006. Matsuno at al. 2002.” The Effect of Entrepreneurial Proclivity and Market Orientation on Markides C and P.J. Williamson,1994: Related diversiikasi, core competence and corporate performance. Strategi Manajemen Journal Vol.15 Miller, D. dan Friesen, Peter H.1982.”Innovation in conservative and entrepreneurial irm: Two Model of Strategic Momentum”, Strategic Management Journal, 3 1 pp.1-25 Miller D.1983.” The Correlates of Entrepreneurship in three type of irms,”Management Science,29,pp. 770-791 Mintzberg, H. 1973.” Strategy Making in Three Models”, California Management Review. 16:44-53 Pennings, J. M., Lee, K. van Witteloostuijn, A.1998,” Human capital, social capital, and irm dissolution. Academy of Management Journal, 41, 425-440. Rauch, A., Unger, J., Skalicky, B., Frese, M., 2005b.” The effect of business owners’ cognitive ability, human capital, knowledge and experience on business success: acomparison of three different perspectives. “Poster Presented at the 2005 Babson Kaufman Entrepreneurship Research Conference , June 9 11, Babson. Schumpeter, Joseph. 1934,” The Theory of Economic Development. Cambridge, Mass.: Harvard University Press. Siegel, R., Siegel., E. and MacMillan, I. C. 1993,” Characteristics distinguishing high-growth ventures”, Journal of Business Venturing , 8: 169–180. Smart, D. T. and Conant, J. S. 1994 ‘Entrepreneurial Orientation, Distinctive Marketing Competencies and Organizational Performance’, Journal of Applied Business Research 103: 28–38. Stewart Jr W H, Carland J C, Carland J.W, Watson W E and Sweo R, 2003, Entrepreneurial Dispositions and Goal Orientations: A Compative Exploration of United States and Russian Entrepreneurs, Journal of Small Business Management 41-1 pp. 27-46 Stevenson, H. H. and J. C. Jarillo 1990. ‘A paradigm of entrepreneurship: Entrepreneurial management’, Strategic Management Journal, 11 , pp. 17-27. Venkatraman, N. 1989. “Strategic Orientation of Business Enterprises: The Construct, Dimensionality and Measurement:, Management Science, Vol. 35. No.8. p. 942-962. Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 17 Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis Venkatraman, S., 1997. “The distinctiveness domain of entrepreneurship research: an editor’s perspective.” In: Katz, J., Brockhaus, R. Eds., Advances in Entrepreneurship, Firm Emergence, and Growth . JAI Press, Greenwich, CT, pp. 119 138. Vitale R, Giglierano J, and Miles M, 2003,” Entrepreneurial Orientation, Market Orientation, and Performance in Estableshed and Startup Firms , http:www.uic.educbaies2003papers Wiklund, J. 1999.“The sustainability of the entrepreneurial orientation- performance relationship.” Entrepreneurship: Theory Practice, 24 1, 37-49. Wright, P; McMahan, G; McCormick, B dan Sherman, S. 1998. “Strategy, core competence, and Human Resource involvement as determinants of HR effectiveness and reinery performance”. Human Resource Management, Vol. 36, pp. 17-29. 18 Jurnal Visioner Strategis M e u t i a Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 19 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala This study aims to assess and analyze the inluence of internal and external factors on student learning achievement S1 Syiah Kuala University Faculty of Economics. Number of samples in this study amounted to 300. The research was conducted using primary data. Data were analyzed through the presentation and preparation of data into the table. Internal factors health, motivation, interest in learning affect learning achievement. However, the health variables obtained results were not signiicant, it is because there is a good health condition of students it will be better the student’s learning achievement, but there are some students who are in poor health condition continued to lecture activities. Showed that external factors family, community, campus environment affect learning achievement. For all students, in order to still consider the health condition. This can be done by keeping the diet, adequate rest, sleep on time, regular exercise. Thus, the health will be maintained so that learning achievement will be better. Keywords: internal factors, external factors, student learning achievement JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864

p. 19-28

Fikriah Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Priyatna Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Fikriah dan Priyatna 20 Jurnal Visioner Strategis PENDAHULUAN Pengembangan sumber daya manusia adalah suatu hal yang harus dilakukan dalam suatu organisasi atau lembaga pendidikan agar dapat mengantisipsi dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada masa sekarang ini. Salah satu usaha pengembangan sumber daya manusia tersebut adalah dengan peningkatan mutu pendidikan, baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Optimalisasi pengelolaan sumber daya serta keberhasilan pembangunan dapat diwujudkan dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas, cerdas, tangguh dan ulet. Pendidikan yang rendah membatasi seseorang untuk terserap dalam akses sumber-sumber ekonomi yang lebih baik sehingga seseorang dengan tingkat pendidikan rendah cenderung mengalami kemiskinan dan ketertinggalan. Berkaitan dengan sumber daya manusia SDM yang berkualitas selain dapat ditingkatkan melalui pendidikan yang bersifat formal juga dapat digali melalui pendidikan dalam keluarga sebagai wadah sosial terkecil pendidikan in formal, kualitas sumber daya manusia tidak lepas dari bagaimana keluarga mendidik anak- anaknya dalam beberapa hal yang berkaitan dengan kehidupan baik dimasa lalu, sekarang maupun di masa yang akan datang. Hal itu dapat menunjukkan bahwa untuk menghasilkan sumber daya yang berkualitas, keluarga harus memaksimalkan fungsinya sebagai motivator seorang mahasiswa untuk mencapai prestasi yang maksimal. Peran keluarga terutama orang tua sangat penting dalam proses pendidikan terutama sebagai motivator utama bagi seorang mahasiswa untuk meraih prestasi setinggi-tingginya. Menurut Murtiyani 2000, Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan suatu bangsa, terutama pada bangsa yang sedang berkembang seperti negara Indonesia. Pembangunan yang dilakukan itu sangat membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas dan terampil dalam melaksanakannya. Pendidikan merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu menerapkan ilmu yang sudah dipelajarinya untuk menerapkannya dalam kehidupan dan pada pekerjaannya untuk dapat meningkatkan taraf hidup kedepan yang lebih baik. Dan disebutkan dalam hasil penelitiannya: “kualitas pengajaran berpengaruh terhadap orientasi profesional. Semakin baik penguasaan dosen dalam menggunakan metode, pendekatan, media, dan prinsip-prinsip pengajaran maka semakin tinggi orientasi profesionalisme dosen yang berpengaruh positif terhadap hasil belajar mahasiswa”. Prestasi seorang mahasiswa pada perguruan tinggi dapat dilihat dari indeks prestasi yang diperoleh. Indeks prestasi dijadikan sebagai tolak ukur penguasaan akademik mahasiswa. Semakin baik penguasaan akademik mahasiswa maka prestasi yang diperoleh pun akan baik. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui kemajuan belajar mahasiswa di perguruan tinggi dengan melihat angka indeks prestasi semester maupun indeks prestasi mahasiswa secara keseluruhan. Pada dasarnya seorang mahasiswa ingin berusaha untuk mencapai nilai indeks kumulatif semaksimal mungkin. Namun dalam kenyataannya tidak semua mahasiswa dapat mencapai prestasi yang sebagaimana diinginkannya. Untuk mencapai tujuan prestasi yang baik tidaklah cukup hanya mengandalkan staf pengajar yang baik, dan penyedian sarana dan prasarana yang memadai. Namun keseriusan, ketekunan, motivasi belajar, serta kondisi lingkungan, keluarga dan faktor- faktor lain yang dapat mendukung prestasi belajar mahasiswa itulah merupakan hal yang sangat penting untuk mewujudkan prestasi yang baik di perguruan tinggi. Prestasi dapat diartikan sebagai suatu hal yang menunjukkan tingkat kemampuanatau keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Prestasi artinya hasil akhir dari suatu kegiatan. Prestasi belajar adalah istilah yang telah dicapai individu sebagai usaha yang dialami secara langsung serta merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, ketrampilan, kecerdasan, kecakapan, dalam kondisi serta situasi tertentu Depdikbud, 1994:298. Sedangkan menurut Muhammad Ali 1992:323 mengemukakan