87-102 Jurnal Visi Vol.1 No.1 Maret 2012
88
Jurnal Visioner Strategis Nurlela dan Dede Suryani
PENDAHULUAN
Peran aktif lembaga pasar modal sangat dibutuhkan dalam membangun perekonomian
sebuah negara. Lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya
ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan peminjaman selaku pihak yang membutuhkan dana. http:artikel-media.
blogspot.com
Inti kegiatan pasar modal adalah kegiatan investasi yaitu kegiatan menanamkan modal baik
langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan
sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Bagi para investor, melalui pasar modal
mereka dapat memilih obyek investasi dengan beragam tingkat pengembalian dan tingkat resiko
yang dihadapi, sedangkan bagi para penerbit issue atau emiten melalui pasar modal mereka
dapat mengumpulkan dana jangka panjang untuk menunjang kelangsungan usaha mereka http:
artikel-media.blogspot.com.
Ada beberapa alasan seseorang melakukan investasi, antara lain adalah untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih layak di masa datang, mengurangi tekanan inlasi dan dorongan untuk
menghemat pajak. Tandelilin, 2001:5
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan
pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian
pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang
umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat
di mana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek, dengan pertumbuhan yang
pesat dan dinamis, bursa efek perlu ditangani secara lebih serius. Untuk menjaga objektiitas
dan mencegah kemungkinan adanya conlict of interest
, fungsi pembinaan dan operasional bursa harus dipisahkan dan dikembangkan dengan
pendekatan yang lebih profesional. Banyak perusahaan yang aktif dalam
memperjualbelikan sahamnya di BEI yang dalam istilah pasar modal disebut listing, menjadikan
para investor bingung untuk memilih dan menentukan pilihan yang tepat. Oleh karena
itu, BEI berusaha membantu para investor untuk menentukan pilihan terbaik dari berbagai
alternatif yang ada dengan menciptakan beberapa Indeks Harga Saham stock price index juga di
sebut indeks pasar saham stock market indexes merupakan indikator yang mencerminkan
kinerja saham-saham di pasar. Karena merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan
saham-saham. Tandelilin, 2010:86.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan
informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan kinerja pasar saham
sebagai cerminan dari pergerakan harga saham maka diperlukan Indeks Harga Saham, PT. Bursa
Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yaitu Indeks Harga Saham Gabungan,
Indeks Sektoral, Indeks LQ45, Jakarta Islamic Index JII, Indeks Kompas 100, Indeks
BISNIS-27, Indeks PEFINDO25, Indeks SRI- KEHATI, Indeks Papan Utama, Indeks Papan
Pengembangan dan Indeks Individual. Buku Panduan Indeks Harga Saham BEI: 2010.
Dari kesebelas indeks yang disebutkan di atas penulis lebih tertarik membahas tentang
perkembangan IHSG, karena salah satu indeks yang sering diperhatikan investor ketika
berinvestasi di BEI, hal ini disebabkan indeks tersebut berisi atas seluruh saham yang tercatat
di BEI, dimana investor dapat melihat kondisi pasar apakah sedang bergairah atau lesu http:
id.wikipedia.orgwikiIHSG, seiring dengan perkembangan dan dinamika pasar IHSG
mengalami periode naik turun. Pada tanggal 9 Januari 2008, IHSG mencapai level tertinggi
sepanjang sejarah pasar modal Indonesia yaitu ditutup pada level 2.830.263 dengan jumlah
emiten sebanyak 396 dan Tahun 2009 menurun ditutup pada level 2.534.356 dengan jumlah
emiten sebanyak 398 Data Indeks Harga Saham BEI 2010
Perkembangan yang pesat, bisa dilihat dari jumlah emiten terdaftar maupun pada kapitalisasi
pasar di Bursa Efek Indonesia. meningkatkan jumlah perusahaan yang go publik serta
bertambahnya minat investor lokal maupun
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
89
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...
pemodal internasional terhadap pasar modal Indonesia. Investasi melalui pasar modal selain
memberikan hasil, juga mengandung resiko. Besar kecilnya resiko di pasar modal sangat
dipengaruhi oleh keadaan Negara khususnya dibidang ekonomi, politik dan sosial.
Saham sebagai pilihan investasi merupakan salah satu surat berharga yang diperjualbelikan di
pasar modal, memiliki saham berarti mendapatkan deviden. Keuntungan berinvestasi di saham untuk
mendapatkan dividen yaitu pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham dan capital
gain
yaitu keuntungan ketika kita menjual saham lebih tinggi dari harga beli. Sedangkan resiko
berinvestasi adalah tidak mendapatkan dividen karena perusahaan mengalami penurunan kinerja
atau mengalami kerugian dan capital Loss karena menjual saham yang dimiliki lebih rendah dari
harga beli.
Pergerakan harga saham ditentukan oleh supply dan demand atas saham tersebut. Demand
meningkat maka harga saham naik dan sebaliknya, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
harga saham adalah pergerakan suku bunga bank, tingkat inlasi, nilai tukar rupiah, kinerja
perusahaan dan laba meningkat bagi dividen serta Faktor non-ekonomi, seperti kondisi sosial
dan politik Google, Indonesia stock exchange Bursa Efek Indonesia Edisi 2008
Investasi di pasar modal dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor ekonomi maupun
faktor non ekonomi yang mempengaruhi kegiatan investasi di pasar modal adalah kondisi makro
ekonomi dimana kondisi tersebut tercermin dari indikator-indikator ekonomi moneter yang
meliputi : PDB Produk Dosmetik Bruto, Inlasi, suku bunga, nilai tukar rupiah, cadangan devisa
dan Neraca Pembayaran, indikator moneter tersebut pada akhirnya akan menentukan naik
turunnya indeks di Bursa saham.
Tingginya tingkat inlasi merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan dan harus diwaspadai,
karena pada umumnya inlasi yang terjadi di negara-negara berkembang, bersumber pada
impor besar-besaran bahan baku bagi industri yang belum dapat diproduksi di dalam negeri
dan juga rumor politik yang merupakan salah satu pemicu terjadinya inlasi serta pola
kehidupan konsumeristis masyarakat terutama terhadap barang-barang konsumsi akibat dari
perdagangan bebas yang sudah mulai diterapkan serta globalisasi pasar yang membuat semakin
parahnya kinerja perekonomian.
Peningkatan laju inlasi disebabkan oleh depresiasi nilai tukar dan kenaikan administered
prices yang juga telah mendorong meningkatnya
ekspektasi inlasi masyarakat. Selain itu, tingginya tingkat inlasi terjadi karena ketidakseimbangan
antara permintaan dan penawaran barang dan jasa. Ini membuktikan bahwa tingginya laju
inlasi di Indonesia lebih banyak dipengaruhi sektor riil dan bukan sektor moneter.
Tingginya inlasi dan suku bunga bank akan menyebabkan beban operasional perusahaan
semakin berat serta akan mempengaruhi kinerja keuangan badan usaha. Disisi lain, meningkatnya
suku bunga merupakan peluang investasi yang cukup menjanjikan bagi investor deposito.
Semua ini pada akhirnya akan berdampak pada harga saham di pasar modal. Kenaikan bunga
yang agresif bisa memperkuat rupiah, dan tingkat permintaan pekerja. Ketidakstabilan nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar dari waktu ke waktu menyebabkan ketidakstabilan harga saham.
Kondisi ini cenderung menimbulkan keragu- raguan bagi investor, sehingga kinerja bursa efek
menjadi menurun. Hal ini dapat dilihat dari harga sekuritas atau harga saham yang sedang terjadi,
baik indeks harga saham sektoral maupun Indeks Harga Saham Gabungan.
Semakin tinggi tingkat menganggur pada suatu negara akan semakin sedikit masyarakatnya yang
secara keseluruhan akan dapat menghabiskan uang pada belanja pengeluaran untuk pembelian
barang dan jasa dan Bank Sentral, di Indonesia dalam hal ini dilakukan oleh Bank Indonesia
biasanya akan sedikit kesulitan dalam melakukan penyesuaian pasokan uang yang dalam persediaan
untuk mengakomodasi perubahan dalam permintaan uang berkaitan dengan transaksi
bisnis.tapi indeks harga saham gabungan IHSG akan anjlok karena investor lebih suka menabung
di bank, ekonomi dan investasi melemah. Bila bunga naik tipis, IHSG relatif stabil, namun
rupiah bisa melemah lagi akibat beralihnya investasi rupiah ke dollar Amerika.
90
Jurnal Visioner Strategis Nurlela dan Dede Suryani
Suku bunga adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam perekonomian
suatu negara selain inlasi. Suku bunga dapat mempengaruhi keseimbangan antara simpanan
masyarakat dan investasi pada sektor riil, selanjutnya mempengaruhi jumlah lapangan
kerja dan tingkat pengangguran, kenaikan atau penurunan suku bunga dalam bursa efek juga
sangat terasa imbasnya pada investor.
Berinvestasi lewat bursa saham bukan hanya untuk pebisnis kelas kakap atau berpendidikan
tinggi. Masyarakat umum tanpa batas latar belakang dapat membeli atau memiliki dan
menjual saham-saham perusahaan lewat pasar modal atau bursa saham untuk mendapatkan
keuntungan. Untuk itu seorang investor harus memahami pola perilaku harga saham di pasar
modal. Perubahan tingkat bunga, inlasi dan nilai tukar rupiah apakah mempengaruhi pola perilaku
harga saham ataupun mempunyai pengaruh yang signiikan terhadap indeks harga saham di BEI.
Berdasarkan uraian di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh tingkat suku bunga SBI, inlasi dan nilai tukar rupiah secara simultan dan parsial
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG di Bursa Efek Indonesia.
LANDASAN TEORITIS Pengertian Tingkat Suku Bunga
Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan
jumlah investasi di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik
maupun dari investor asing, khususnya pada jenis invesatsi portfolio yang umunya berjangka
pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan
dan penawaran di pasar uang domestik. Apabila dalam suatu negara terjadi peningkatan aliran
modal masuk capital inlows di luar negeri, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan nilai
tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang asing di pasar valuta asing
. Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh
dua kekuatan, yaitu penawaran tabungan dan permintaan investasi modal terutama dari sektor
bisnis. Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan
sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh
tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat
masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi
ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat
Dengan demikian maka pengertian dari tingkat suku bunga adalah tingkat pembayaran
yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang atau harga yang dibayarkan untuk satuan
mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu. Jika suku bunga tinggi, otomatis orang
akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian
yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang
tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio
perbankan deposito dan tabungan. Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar,
gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan,
atau tidak terjadi dorongan inlasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung
tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank.
Suku bunga menurut Kasmir 2003 : 121, adalah balas jasa yang diberikan oleh Bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga
dapat juga diartikan sebagai harga yang harus di bayar kepada nasabah yang memiliki simpanan
dengan yang harus di bayar oleh nasabah kepada bank yang memperoleh pinjaman.
Menurut Sadono 2006 : 302 Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Suku bunga nominal adalah suku bunga da- lam nilai uang. Suku bunga ini merupakan
nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah un-
tuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan.
2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inlasi dan dideini-
sikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inlasi.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
91
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...
Pengertian Sertiikat Bank Indonesia SBI
Sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas
Bank Indonesia BI sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur,
menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan
beberapa piranti moneter yang terdiri dari Giro Wajib Minimum Reserve Requirement, Fasilitas
Diskonto, Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI dapat
melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertiikat Bank Indonesia SBI.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.813DPM tentang Penerbitan Sertiikat
Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertiikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI
adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan utang berjangka waktu pendek.
Dasar Hukum Sertiikat Bank Indonesia Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban
memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer
uang kartal + uang giral di BI yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI
diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.
Pengertian Inlasi
Inlasi adalah harga secara umum, atau inlasi dapat juga dikatakan sebagai penurunan daya
beli uang. Makin tinggi kenaikan harga makin turun nilai uang. Inlasi adalah masalah seluruh
dunia, penyebaran inlasi keseluruh dunia terjadi oleh karena adanya mekanisme perdagangan
keuangan yang saling berkaitan antara negara dunia. artikel dari internet oleh sarmi jawanti,
makro ekonomi, sadono:hal 333
Deinisi inlasi banyak ragamnya seperti yang dapat kita temukan dalam literatur ekonomi.
Keaneka ragaman deinisi pengertian tersebut terjadi karena luasnya pengaruh inlasi terhadap
berbagai sektor perekonomian. Hubungan yang erat dan luas antara inlasi dan berbagai sektor
perekonomian melahirkan berbagai perbedaan pengertian dan persepsi tentang inlasi. Namun,
pada prinsipnya masih terdapat beberapa kesatuan pandangan bahwa inlasi adalah suatu
fenomena yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan
semakin merosotnya nilai riil intrinsik mata uang suatu negara. khalwaty, 2000:5
Jadi inlasi adalah suatu keadaan di mana harga barang-barang secara umum mengalami
kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama terus menerus. Harga barang yang ada mengalami
kenaikan nilai dari waktu-waktu sebelumnya dan berlaku di mana-mana dan dalam rentang waktu
yang cukup lama. Kenaikan harga tersebut diukur dengan beberapa cara antara lain dengan Indeks
biaya hidup consumer price index, Indeks harga perdagangan besar whole sale price index dan
GNP Delator.
Jenis Inlasi
Berdasarkan besarnya laju inlasi, kategori inlasi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
a. Inlasi Merayap creeping inlation biasanya ditandai dengan laju inlasi yang
rendah, yaitu kurang dari 10 pertahun b. Inlasi Menengah galloping inlation
ditandai dengan meningkatnya harga yang cukup besar dan kondisi tersebut berjalan
dalam waktu yang relatif pendek serta mem- punyai sifat akselerasi, artinya harga pada bu-
lanminggu berikutnya selalu lebih tinggi dari waktu sebelumnya dan seterusnya.
c. Inlasi Tinggi hyper inlation adalah inlasi yang sangat mengkhawatirkan,
karena harga-harga barang meningkat sampai dengan lima atau enam kali, sehingga nilai
uang turun secara tajam. Nopirin: 2001
Inlasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas, artinya
kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran
produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan, kondisi ini juga akan
menurunkan daya beli uang purchasing power of money
dan mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.
Pengertian Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs
92
Jurnal Visioner Strategis Nurlela dan Dede Suryani
dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap
pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara
atau wilayah. Kurs mata uang dapat diartikan sebagai perbandingan nilai antar mata uang. jadi
kurs
menunjukkan harga suatu mata uang jika dituliskan dengan mata uang lain.
Menurut Fabozzi dan Franco 1996:724 an exchange rate is deined as the amount of
one currency that can be exchange per unit of another currency, or theprice of one currency in
items of another currency . Sedangkan menurut
Adiningsih, dkk 1998:155, nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara
lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam
mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah
terhadap Yen,dan lain sebagainya. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi
aktivitas dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk
melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS
memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal Sitinjak dan Kurniasari, 2003.
Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu Madura, 2007:
1. Faktor Fundamental Faktor fundamental berkaitan dengan indi-
kator-indikator ekonomi seperti inlasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-
negara, ekspektasi pasar danintervensi Bank Sentral.
2. Faktor Teknis Faktor teknis berkaitan dengan kondisi
penawaran dan permintaan devisa pada saat- saat tertentu. Apabila ada kelebihan perminta-
an, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.
3. Sentimen Pasar Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh
rumor atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas
naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita su-
dah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
Indeks Harga Saham
Saat ini di Bursa Efek Indonesia BEI terdapat 11 sebelas jenis indeks, sebagai berikut
Indonesia Stock Exchange: 1. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG,
menggunakan semua emiten yang tercatat se- bagai komponen perhitungan indeks.
2. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang ada pada masing-masing sektor
3. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas
dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
4. Jakarta Islamic Index JII, menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah
Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK dan termasuk saham yang me-
miliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi.
5. Indeks Kompas 100, menggunakan 100 emiten yang dipilih berdasarkan pertimban-
gan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
6. Indeks BISNIS-27, menggunakan 27 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan
merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia
7. Indeks REFINDO25, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan
merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating REFINDO
8. Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria ter-
tentu dan merupakan kerja sama PT Bursa Efek Indonesia dengan yayasan KEHATI
9. Indeks Papan Utama, Menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama.
10. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan
pengembangan. 11. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham
masing-masing emiten. Dari berbagai jenis indeks harga saham
tersebut, dalam penelitian ini hanya menggunakan
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
93
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...
indeks harga saham gabungan IHSG sebagai obyek penelitian karena IHSG merupakan
proyeksi dari pergerakan seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI.
Anoraga dan Piji 2001: 100-104 mengatakan, secara sederhana yang disebut dengan indeks
harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan
peristiwa lainnya. Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan
perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan
atau kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu. Seperti dalam penentuan indeks
lainnya, dalam pengukuran indeks harga saham kita memerlukan juga dua macam waktu, yaitu
waktu dasar dan waktu yang berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan,
sedangkan waktu berlaku merupakan waktu dimana kegiatan akan diperbandingkan dengan
waktu dasar. Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi pasar yang
terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif, ditunjukkan dengan indeks
harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang biasanya menunjukkan keadaan yang
diinginkan. Keadaan stabil ditunjukkan dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan yang
lesu ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan. Untuk mengetahui
besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan rumus sebagai berikut Anoraga dan
Piji, 2001: 102:
Σ Ht Σ Ho
Dimana : ΣHt: Total harga semua saham pada waktu yang
berlaku ΣHo: Total harga semua saham pada waktu dasar
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia BEI dengan mengakses melalui
website www.idx.co.id,
http:inance.yahoo. com
, dan http:duniainvestasi.com. Penelitian
ini mengambil subjek tentang Tingkat Suku Bunga SBI, Inlasi, Nilai Tukar RupiahUS dan
Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Periode pengamatan mulai tahun 2007-2009.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyeksubyek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya Sugiyono, 2005: 55. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti tingkat suku
Tabel 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Tahun Variabel
SampelModel Penelitian
Hasil Penelitian
Sudjono 2002
- IHSG - Tingkat Bunga Deposito
- SBI - Jumlah Uang Beredar
- Nilai Tukar Rupiah - Inlasi
V A R Vactor Auto Regression dan ECM
Error Correction Model Nilai Tukar Rupiah
berpengaruh signiikan terhadap
indeks harga saham Sitinjak dan
Kurniasari 2003
- SBI - IHK
- Kurs - Pasar Saham
Non- Linear Combination
Kurs berpengaruh signiikan negatif dan
SBI berpengaruh signiikan positif
terhadap pasar saham
Sa’adah dan Panjaitan
2006 - IHSG
- Nilai Tukar VAR Vactor Auto
Regression Tidak ada interaksi
dinamis antara harga saham dan nilai tukar
Aldrian Syarif Achmad
2008 2008
- IHSG - Nilai Tukar
- Inlasi - SBI
VAR Vactor Auto Regression
Nilai Tukar dan Inlasi berpengaruh
signiikan negatif dan SBI berpengaruh
signiikan positif terhadap IHSG
Sumber : Dari hasil Penelitian Sebelumnya
IHSG = x100
94
Jurnal Visioner Strategis Nurlela dan Dede Suryani
bunga SBI, Inlasi dan Nilai Tukar RupiahUS berpengaruh secara signiikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan IHSG di Bursa Efek Indonesia BEI. Karena yang menjadi obyek
penelitian adalah IHSG, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah indeks harga
seluruh saham yang ada di BEI yang terdaftar dari 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2009.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
Sugiyono, 2009:81. Penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan sampling
jenuh atau sampel sensus, yaitu teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel selama periode
tahun 2007-2009 sebanyak 36 sampel data observasi penelitian.Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa tingkat suku bunga SBI, Inlasi, Nilai Tukar
RupiahUS dan IHSG selama bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2009. Dalam
penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi.
Deinisi Operasional Variabel
Masing-masing variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat dideinisikan sebagai
berikut: a. Tingkat Suku Bunga SBI Sertiikat Bank
Indonesia X
1
adalah ukuran keuntungan investasi berupa sertiikat bank Indonesia
yang dapat diperoleh pemodal dan juga biaya modal yang harus dikeluarkan perusahaan
untuk menggunakan dana dari pemodal. Pengukuran yang digunakan adalah satuan
persentase dan data yang diambil adalah tingkat suku bunga SBI mulai bulan Januari
2007-Desember 2009.
b. Inlasi X
2
merupakan suatu tindakan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam
yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu cukup lama. Tingginya tingkat inlasi
akan berakibat naiknya suku bunga, naiknya suku bunga nominal berakibat naiknya suku
bunga kredit, sehingga akan menurunkan investasi nasional, sehingga melemahnya
minat investasi, yang berakibat menurunnya harga saham di bursa. Pengukuran yang
digunakan adalah satuan persentase dan data yang diambil adalah tingkat Inlasi mulai
bulan Januari 2007-Desember 2009.
c. Nilai Tukar RupiahUS X
3
menunjukkan nilai dari mata uang dolar AS yang
ditranslasikan dengan mata uang Rupiah. Sebagai contoh, US 1 = Rp 9.681,- artinya
apabila 1 dollar AS dihitung dengan menggunakan satuan rupiah maka nilainya
adalah sebesar Rp 9.681,-. Data yang diambil adalah Nilai tukar RupiahUS mulai bulan
Januari 2007-Desember 2009.
d. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Y adalah indeks yang diperoleh dari seluruh
saham yang tercatat di BEI dalam satu waktu tertentu. Pengukuran yang digunakan
adalah dalam satu satuan poin, dan data yang diperoleh merupakan data IHSG sejak Januari
2007-Desember 2009.
Untuk menentukan ketepatan model regresi perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi
klasik yang mendasari model regresi sebagai berikut:
a. Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui
apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar
bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Jika asumsi ini dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel
yang ada.
b. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas independent variable. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara viriabel bebas, karena jika hal tersebut terjadi maka variabel-
variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Variabel ortogonal adalah variabel
bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas bernilai nol.
c. Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidak-
samaan veriance dari residual satu pengama- tan ke pengamatan yang lain. Jika variance
tetap maka disebut homoskedastisitas dan
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
95
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...
jika berbeda maka terjadi problem heteroske- dastisitas. Model regresi yang baik yaitu ho-
moskesdatisitas atau tidak terjadi heteroske- dastisitas.
d. Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara ke-
salahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebel-
umnya t-1. Jika terjadi korelasi maka dina- makan ada problem autokorelasi.
Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan variabel independen Tingkat Suku Bunga
SBI, Inlasi dan Nilai Tukar RupiahUS terhadap IHSG, penelitian ini menggunakan
teknik analisis regresi linear berganda multiple regression analysis model
dengan menggunakan program SPSS Statistical Package for the Social
Science . Adapun persamaan yang digunakan
sebagai berikut:
Y = a + b
1
x
1
+ b
2
x
2
+ b
3
x
3
+ ε
Dimana: Y
= IHSG Indeks Harga Saham Gabungan
a
= konstanta
X
1
=
Tingkat Suku Bunga SBI
X
2
= Inlasi
X
3
= Nilai Tukar
b
1
,b
2
,b
3
= koeisien regresi parsial untuk X
1
, X
2
, X
3
ε = disturbance error faktor pengganggure-
sidual Pengujian yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah: 1. Uji F, digunakan untuk mengetahui apakah
variabel-variabel independen Tingkat Suku Bunga SBI X
1
, Inlasi X
2
dan Nilai Tu- kar RupiahUS X
3
secara bersama-sama simultan mempunyai pengaruh signiikan
terhadap IHSG Y di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009.
Dasar pengambilan keputusan : Jika F
hitung
F
tabel
, maka Ho diterima dan H
1
ditolak. Jika F
hitung
F
tabel
, maka Ho ditolak dan H
1
diterima. 2. Uji-t, digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen Tingkat suku bunga SBI X
1
, Inlasi X
2
dan Nilai Tukar RupiahUS X
3
secara parsial mempunyai pengaruh sig- niikan terhadap IHSG Y di Bursa Efek In-
donesia tahun 2007-2009. Dasar pengambilan keputusan :
Jika t
hitung
t
tabel
, maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Jika t
hitung
t
tabel
, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
HASIL PENELITIAN
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis menggunakan analisis regressi linier berganda,
ada beberapa asumsi yang harus terpenuhi agar kesimpulan dari regressi tersebut tidak
bias, diantaranya adalah uji normalitas, uji multikolinieritas untuk regressi linear berganda,
uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi untuk data yang berbentuk deret waktu. Pada penelitian
ini keempat asumsi yang disebutkan diatas tersebut diuji karena variabel bebas yang digunakan pada
penelitian ini lebih dari satu berganda dan data yang dikumpulkan mengandung unsur deret
waktu 3 tahun pengamatan. 1. Uji Normalitas
Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel
Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normal-
itas model regressi.
Tabel 5 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
36 .0000000
191.44016737 .202
.202 -.101
1.211 .107
N Mean
Std. Deviation Normal Parameters
a,b
Absolute Positive
Negative Most Extreme
Differences Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. 2-tailed Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
Pada Tabel 5 dapat dilihat nilai probabilitas sig. yang diperoleh dari uji Kolmogorov-
Smirnov sebesar 0,107. Karena nilai probabilitas pada uji Kolmogorov-Smirnov masih lebih
besar dari tingkat kekeliruan 5 0.05, maka
96
Jurnal Visioner Strategis Nurlela dan Dede Suryani
disimpulkan bahwa model regressi berdistribusi normal. Secara visual gambar graik normal
probability plot dapat dilihat pada Gambar 1
berikut
O b s e rv e d C u m P ro b
1 .0 0 .8
0 .6 0 .4
0 .2 0 .0
Expected Cum Prob
1 .0 0 .8
0 .6 0 .4
0 .2 0 .0
N o rm a l P -P P lo t o f R e g re s s io n S ta n d a rd iz e d R e s id u a l D e p e n d e n t V a ria b le : IH S G
Gambar 5 Graik Normalitas
Graik di atas mempertegas bahwa model regressi
yang diperoleh berdisitribusi normal, dimana sebaran data berada disekitar garis
diagonal.
2. Uji Multikolinieritas
Tabel 6 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas
Coefficients
a
.398 2.512
.377 2.653
.891 1.122
SBI Inflasi
Kurs Model
1 Tolerance
VIF Collinearity Statistics
a. a. Dependent Variable: IHSG
Berdasarkan nilai VIF yang diperoleh seperti terlihat pada Tabel 6 diatas menunjukkan tidak
ada korelasi yang kuat antara sesama variabel bebas, dimana nilai VIF dari ketiga variabel
bebas lebih kecil dari 10 dan dapat disimpulkan tidak terdapat gejala multikolinieritas diantara
ketiga variabel bebas.
3 Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil korelasi yang diperoleh
seperti dapat dilihat pada Tabel 7 memberikan suatu indikasi bahwa residual
error yang muncul dari persamaan regresi mempunyai varians yang sama tidak terjadi
heteroskedastisitas, dimana nilai signiikansi sig dari masing-masing koeisien regresi
ketiga variabel bebas dengan logaritma error
2
, yaitu 0,799; 0,574 dan 0,645 masih lebih
besar dari 0,05.
4. Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil pengolahan pada table 8 di-
peroleh nilai statistik Durbin-Watson D-W = 0,709, sementara dari tabel d untuk jumlah
variabel bebas = 3 dan jumlah pengamatan n = 36 diperoleh batas bawah nilai tabel d
L
= 1,295 dan batas atasnya d
U
= 1,653. Karena nilai Durbin-Watson
model regressi 0,709 lebih kecil dari d
L
1,295, maka disimpulkan terdapat autokorelasi positif pada model reg-
ressi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu
Tingkat Suku Bunga Sertiikat Bank Indonesia, Tingkat Inlasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap
Dollar
AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Estimasi model regresi linier
berganda ini menggunakan software SPSS.15 dan diperoleh hasil output seperti terlihat pada
Tabel 9.
Dari Tabel 9 tersebut di bentuk persamaan regresi linier sebagai berikut :
Y = 8426,047 - 333,708 SBI + 47,230 INFLASI - 0,404 KURS
Dimana : Y = Indeks harga saham gabungan IHSG
X
1
= Tingkat suku bunga Bank Indonesia SBI X
2
= Tingkat inlasi X
3
= Nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS Kurs
Koeisien yang terdapat pada persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
97
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan... Tabel 7
Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas Coeficients
a
Model Unstandardized
Coeficients Standardized
Coeficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
ln_sbi ln_inlasi
ln_kurs 22.563
1.390 .777
-1.947 41.570
5.407 1.368
4.182 .082
.184 -.084
.543 .257
.568 -.466
.591 .799
.574 .645
a. Dependent Varible: ln_e2
Tabel 8 Nilai Durbin-Watson Untuk Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted
R Square Std. Error of
the Estimate Durbin-
Watson 1
.906
a
.820 .803
200.21292 .709
a. Predictors: Constant, Kurs, SBI, Inlasi b. Dependent Variable: IHSG
Tabel 9 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coeficients
a
Model Unstandardized
Coeficients Standardized
Coeficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
SBI Inlasi
Kurs 8426.047
-333.708 47.230
-.404 581.693
56.717 18.668
.040 -.699
.309 -.808
14.485 -5.884
2.530 -10.180
.000 .000
.017 .000
a. Dependent Varible: IHSG
Tabel 10 Analisis Koeisien Korelasi Berganda dan Koeisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted
R Square Std. Error of
the Estimate Durbin-
Watson 1
.906
a
.820 .803
200.21292 .709
a. Predictors: Constant, Kurs, SBI, Inlasi b. Dependent Variable: IHSG
Tabel 11 Anova Untuk Uji Simultan Uji F
Model Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig.
1 Regression
Residual Total
5852327 1282727
7135054 3
32 35
1950775.721 40085.213
48.666 .000
a
a. Predictors: Constant, Kurs, SBI, Inlasi b. Dependent Variable: IHSG
Tabel 12 Uji Parsial Uji t
Coeficients
a
Model Unstandardized
Coeficients Standardized
Coeficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
SBI Inlasi
Kurs 8426.047
-333.708 47.230
-.404 581.693
56.717 18.668
.040 -.699
.309 -.808
14.485 -5.884
2.530 -10.180
.000 .000
.017 .000
a. Dependent Varible: IHSG
98
Jurnal Visioner Strategis Nurlela dan Dede Suryani
1. Konstanta sebesar 8426,047 menunjukkan apabila Tingkat Suku Bunga Sertiikat Bank
Indonesia, Tingkat Inlasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS di anggap konstan
tetap maka Indeks harga Saham Gabungan sebesar 8426,047
2. Tingkat Suku Bunga SBI memiliki koeisien bertanda negatif sebesar 333,708, artinya se-
tiap peningkatan Tingkat Suku Bunga Serti- ikat Bank Indonesia sebesar 1 persen maka
akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG sebesar 333,708 poin, den-
gan asumsi Tingkat Inlasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS tidak berubah.
3. Tingkat Inlasi memiliki koeisien bertanda positif sebesar 47,230, artinya setiap pening-
katan Tingkat Inlasi sebanyak 1 maka akan meningkatkan Indeks Harga Saham Gabun-
gan IHSG sebesar 47,230 poin, dengan asumsi Tingkat Suku Bunga Sertiikat Bank
Indonesia dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS tidak berubah.
4. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS me- miliki koeisien bertanda negatif sebesar
0,404, artinya setiap peningkatan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS sebesar 1 rupiah
maka akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG sebesar 0,404 poin dengan
asumsi Tingkat Inlasi dan Tingkat Suku Bun- ga Sertiikat Bank Indonesia tidak berubah.
Korelasi berganda
merupakan angka yang menunjukan kekuatan hubungan antar ketiga
variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel Indeks Harga Saham Gabungan IHSG.
Hubungan korelasi secara simultan dapat dilihat pada Tabel 10.
Berdasarkan data pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai koeisien korelasi ganda adalah
sebesar 0,906 R yang berada antara 0,80 - 1,00, artinya Tingkat suku bunga SBI, tingkat inlasi
dan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS secara simultan memiliki hubungan yang sangat kuat
dengan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG.
Koeisien determinasi digunakan untuk
melihat seberapa besar pengaruh variabel Tingkat Suku Bunga SBI, Tingkat Inlasi dan Nilai Tukar
Rupiah terhadap Dollar AS secara bersama- sama berpengaruh terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan IHSG. Untuk nilai koeisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.10
tepatnya dilihat dari nilai R Square yaitu sebesar 0,820 atau 82,0, artinya pengaruh Tingkat Suku
Bunga Sertiikat Bank Indonesia, Tingkat Inlasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS
secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG sebesar 82,0 sedangkan
sisanya yaitu 18,0 merupakan pengaruh faktor- faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
Selanjutnya untuk menguji apakah terdapat pengaruh Tingkat Suku Bunga Sertiikat
SBI, Tingkat Inlasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan IHSG maka perlu dilakukan Pengujian hipotesis secara simultan
yang dapat dilihat dari Tabel ANOVA hasil pengolahan
SPSS.15. Pada Tabel 11 F untuk df1= 3, df2=32, diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,901.
Pada Tabel 11, diperoleh nilai F
hitung
sebesar 48,666. Hasil yang diperoleh dari perbandingan
F
hitung
dengan F
tabel
adalah F
hitung
F
tabel
48,666 2,901, maka pada tingkat kekeliruan 5
Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ketiga variabel bebas, yaitu Tingkat Suku Bunga
Sertiikat Bank Indonesia, Tingkat Inlasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS secara
simultan berpengaruh signiikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Selain itu
peneliti juga melakukan pengujian dengan cara melihat tingkat signiikansi yang dapat dilihat
pada Tabel 11.
Dari Tabel ANOVA di atas diperoleh nilai signiikansi uji F sebesar 0,000, karena nilai
signiikansi lebih kecil dari 0,05 maka keputusan yang diambil dengan tingkat signiikansi adalah
Ho ditolak dan kesimpulannya adalah terdapat pengaruh yang signiikan secara simultan dari
Tingkat Suku Bunga Sertiikat Bank Indonesia, Tingkat Inlasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap
Dollar AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG di Indonesia.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
99
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...
Pengaruh Tingkat Suku Bunga Sertiikat Bank Indonesia, Tingkat Inlasi dan Nilai
Tukar Rupiah terhadap Dollar AS Terhadap
IHSG Secara Parsial
Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Statistik uji yang digunakan pada pengujian parsial adalah
uji t. Nilai Tabel yang digunakan sebagai nilai kritis pada uji parsial uji t sebesar 2,037 yang
diperoleh dari Tabel t pada α = 0.05 dan derajat bebas 32 untuk pengujian dua pihak. Nilai
statistik uji t yang digunakan pada pengujian secara parsial dapat dilihat pada Tabel 12
Nilai statistik uji t yang terdapat pada Tabel 12 selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai
ttabel untuk menentukan apakah variabel yang sedang diuji berpengaruh signiikan atau tidak.
1. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Secara
Parsial Terhadap Indeks Harga Saham Gabun- gan IHSG.
Seperti terlihat pada Tabel 12 diperoleh nilai thitung variabel Tingkat Suku Bunga Sertii-
kat Bank Indonesia sebesar -5,884, Maka ha- sil yang diperoleh dari perbandingan thitung
dengan ttabel adalah thitung ttabel -5,884 -2,037, sehingga pada tingkat kekeliruan
5 Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti Tingkat Suku Bunga SBI secara parsial ber-
pengaruh signiikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Karena dengan
meningkatnya tingkat suku bunga SBI men- jadi peluang yang menjanjikan bagi investor
deposito dan ini menyebabkan menurunkan indeks harga saham gabungan.
2. Pengaruh Tingkat Inlasi Secara Parsial Terha- dap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG.
Pada Tabel 12 diperoleh nilai thitung variabel tingkat inlasi sebesar 2,530.
Maka hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah thitung ttabel
2,530 2,037, sehingga pada tingkat keke- liruan 5 Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti variabel Tingkat Inlasi secara par- sial berpengaruh signiikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan IHSG. Hal ini me- nyebabkan dengan meningkatnya inlasi dii-
kuti meningkatnya indeks harga harga saham gabungan
3. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dol- lar AS Secara Parsial Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan IHSG. Pada tabel 12 diperoleh nilai thitung variabel
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS sebe- sar -10,180.
Maka hasil yang diperoleh dari perbandin- gan thitung dengan ttabel adalah thitung
negatif ttabel -10,180 -2,037, sehingga pada tingkat kekeliruan 5 Ho ditolak dan
Ha diterima yang berarti variabel Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS secara parsial ber-
pengaruh signiikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Dengan menin-
gkatnya atau menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar dan IHSG akan melemah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pengaruh Tingkat suku bunga SBI,
tingkat inlasi dan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS terhadap indeks harga saham gabungan
IHSG, maka pada bagian akhir dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara simultan Tingkat Suku Bunga SBI,
Tingkat Inlasi dan Nilai Tukar Rupiah ter- hadap Dollar AS memberikan pengaruh yang
signiikan sebesar 82 terhadap Indeks Har- ga Saham Gabungan IHSG.
2. Tingkat Suku Bunga SBI memberikan pen- garuh yang signiikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan IHSG. Penurunan Tingkat Suku Bunga SBI diduga akan menurunkan
Indeks Harga Saham Gabungan IHSG.
3. Tingkat Inlasi memberikan pengaruh yang signiikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan IHSG. Peningkatan Tingkat In- lasi diduga akan meningkatkan Indeks Harga
Saham Gabungan IHSG.
4. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS mem- berikan pengaruh yang signiikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Penurunan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dol-
lar AS diduga akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG.
100
Jurnal Visioner Strategis Nurlela dan Dede Suryani
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil
penelitian untuk pengembangan penelitian yang lebih lanjut adalah sebagai berikut:
1. Investor sebaiknya memperhatikan informa-
si-informasi mengenai Tingkat Suku Bunga SBI, Tingkat Inlasi dan Nilai Tukar Rupiah
terhadap Dollar AS yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia karena dengan adanya in-
formasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk memprediki IHSG di BEI yang kemudian
untuk mengambil keputusan yang tepat sehu- bungan dengan investasi.
2. Pemerintah sebaiknya juga memperhatikan faktor-faktor makroekonomi tersebut Tingkat
Suku Bunga SBI, Tingkat Inlasi dan Nilai Tu- kar Rupiah terhadap Dollar AS melalui ke-
bijakan-kebijakan yang diambil, selanjutnya untuk menarik minat investor baik domestic
maupun asing di Bursa Efek Indonesia.
3. Selain itu penulis juga mengakui masih ban- yak keterbatasan yang dimiliki antara lain
referensi yang dimiliki penulis belum be- gitu lengkap untuk menunjang proses penu-
lisan penelitian ini. Sehingga terjadi banyak kekurangan dalam mendukung teori ataupun
justiikasi masalah yang diajukan.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
101
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...
REFERENSI
Adiningsih, Sri dkk, 1998, Perangkat Analisis dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: PT. Bursa Efek Jakarta.
Aldrian, Syarif Achmad, 2008, Pengaruh Nilai Tukar Rupiah atas US Dolar, SBI, dan Inlasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Anoraga, Panji dan Piji Pakarti, 2001, Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Avonti, Amos Amoroso dan Hudi Prawoto, 2004, Analisis Pengaruh Nilai Tukar RupiahUS dan
Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Bisnis. Vol. III No.5.
Boediono, 1990. Sari Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5: Ekonomi Moneter. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.
Darmawan, Indra, 2006, Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Widyatama Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE.
__________________, 2010, Portofolio dan Investasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: KANISIUS Fabozzi, E.J. and Francis, J.C, 1996, Capital Markets and Institution and Instrument. Upper Saddle
River New Jersey. Google, Indonesia stock exchangeBursa Efek Indonesia Edisi 2008
Indonesia Stock Exchange. Buku Panduan. Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia. Jakarta : 2010 Kasmir, 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Graindo Persada.
Khalwaty, Tajul, 2000, Inlasi dan Solusinya. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Kuncoro,Mudrajad, 2003, Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: BPFE.
Madura, Jeff, 2007.,Keuangan Perusahaan Internasional. Buku 1 Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat Nopirin, 2001, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta
Sa’adah, Siti dan Yunia Panjaitan, 2006, Interaksi Dinamis Antara Harga Saham Dengan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.pp:46-62.
Sadono Sukirno, 2006, Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga, Jakarta, PT. Raja Graindo Persada
Samuelson dan Nordhaus, 1995, Makro Ekonomi. Edisi Keempat belas. Jakarta. Penerbit Erlangga Sarmijawanti.blogspot.com201003Pengertian-Inlasi.html. Artikel Ekonomi.
Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari, 2003, Indikator-indikator Pasar Saham dan Pasar Uang Yang Saling Berkaitan Ditijau Dari Pasae Saham Sedang Bullish dan Bearish. Jurnal
Riset Ekonomi dan Manajemen. Vol. 3 No. 3. Sudjono, 2002, Analisis Keseimbangan dan Hubungan Simultan Antara Variabel Ekonomi Makro
Terhadap Indeks Harga Saham di BEJ dengan Metode VAR Vector Autoregression dan ECM Error Correction Model. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen. Vol. 2. no. 3.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD. Bandung: Alfabeta.
102
Jurnal Visioner Strategis Nurlela dan Dede Suryani
Wardane, 2003, Analisis Pengaruh Nilai Tukar RupiahUS dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG di BEJ. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen. Vol 3 No. 3.
Website Bank Indonesia. www.bi.go.id Website http:id.wikipedia.orgwikiIHSG
Website http: www.idx.co.id Website http:artikel-media. blogspot.com.
Website http:inance.yahoo.com. Website http:duniainvestasi.com.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
103
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
JURNAL VISIONER STRATEGIS
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864