63-75 Jurnal Visi Vol.1 No.1 Maret 2012

64 Jurnal Visioner Strategis M a n s u r PENDAHULUAN Sukses tidaknya suatu organisasi sangat tergantung dari kualitas sumber daya manusia SDM yang dimiliki oleh Instansi tersebut, hal ini dikarenakan sumber daya manusia mampu berinteraksi dengan lingkungan kerjanya dalam mengatasi masalah eksternal maupun internal organisasi untuk mencapai keberhasilanbagi tumbuhnya suatu organisasi.Organisasi maupun instansi terbentuk berdasarkan kemampuan pegawai dalam mengelola dan meningkatkan keterkaitan antara pegawai dengan masyarakat sehingga diperoleh peningkatan hasil prestasi kerja dari organisasi tersebut. Munandar 2001 : 263 , Budaya organisasi merupakan struktur dari fungsi di tempat suatu organisasi beroperasi, berupa peraturan yang menekan, dan merupakan sikap orang–orang dalam berprilaku sehingga bisa diartikan sebagai produk perjanjian psikologis antara individu dengan organisasi. Membahas masalah budaya itu sendiri merupakan hal yang esential bagi suatu organisasi, karena akan selalu berhubungan dengan kehidupan yang ada dalam suatu instansi baik pemerintahan maupun non pemerintah. Budaya organisasi sebagai cerminan dari suatu instansi pemeri ntahan menuntut setiap pegawai mampu meningkatkan secara kuantitas maupun kualitas kerja sesuai dengan prosedur yang berfokus pada tujuan yang hendak dicapai melalui dukungan individu pegawai yakni semangat kerja. Semangat kerja dapat mempengaruhi secara keseluruhan hasil yang dicapai dan merupakan faktor penting selain budaya organisasi. Semangat kerja yang dimiliki oleh setiap pegawai merupakan suatu yang penting diperhatikan oleh setiap instansi terlebih instansi pemerintah yang memiliki tanggung jawab melayani masyarakat sebaik mungkin. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyaknya pegawai instansi pemerintah yang memiliki pola kerja yang tidak baik sehingga berdampak pada pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Adanya pegawai pemerintah yang masih berkeliaran di luar ketika jam kerja merupakan tantangan bagi setiap kepala dinas yang harus segera di evaluasi dan dicari solusi terbaik guna terciptanya pegawai yang berdedikasi sehingga bermuara pada pelayanan maksimal yang di terima masyarakat. Menurut Nitisemito 2002: 56, mendeinisikan semangat kerja merupakan kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam sebuah perusahaan. Semangat kerja yang tinggi tentu dapat mengurangi angka absensi pegawai atau tidak bekerja karena malas, dengan semangat kerja dapat mempercepat hasil kerja yang lebih baik, serta pihak organisasi juga memperoleh keuntungan dari sudut kecilnya angka kerusakan karena semakin tidak puas dalam bekerja, sebaliknya menurunnya semangat pegawai dalam bekerja, maka akan berdampak pada semakin besarnya angka kerusakan, yang cenderung diakibatkan oleh ketidaktelitian pegawai dalam bekerja sesuai prosedur yang ada. Sebagai salah satu instansi pemerintahan yang memberikan jasa dan pelayanan terhadap masyarakat, dalam melaksanakan tugas setiap pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe sering kali dituntut untuk memberikan jasa dan pelayanan yang baik terhadap masyarakat melalui prestasi kerja yang kondusif bagi berlangsungnya berbagai aktivitas pemerintahan. Disisi lain setiap pegawai juga dituntut untuk bekerja dengan lebih semangat agar mampu melayani publik sesuai dengan harapan lembaga. Pegawai dalam suatu organisasi maupun instansi tidak akan terlepas dari masalah kehidupan sehubungan dengan pekerjaannya dan rekan sekerjanya sehingga menurunkan semangat kerja pegawai yang bersangkutan, terlebih lagi permasalahan budaya yang dimiliki organisasi sebagai nilai atau ideologi belum tentu sesuai dengan penciptaan prestasi kerja. Dengan demikian baik tidaknya budaya organisasi yang ada serta semangat kerja menentukan prestasi kerja yang diberikan oleh pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kepada organisasiinstansi tersebut. Masih banyaknya kesemrawutan disana sini yang berhubungan dengan budaya organisasi yang tercermin pada prilaku para pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe hal ini menjadi suatu pertanyaan Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 65 Pengaruh Budaya Organisasi dan Semangat Kerja Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai... besar seberapa besarkah penerapan budaya dan bagaimana budaya organisasi yang sejauh ini sudah di terapkan pada instansi tersebut. Tidak hanya pada budaya organisasi, hal yang sangat patut untuk disoroti adalah etos kerja semangat kerja yang dimiliki oleh setiap pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya organisasi yang baik akan membentuk pola pikir dan prilaku yang baik bagi setiap individu yang ada di internal organisasi tersebut, sehingga diharapkan dengan pola pikir yang ada akan menumbuhkan semangat kerja yang positif pula yang nantinya akan berdampak pada hasil kerja maksimal yang dihasilkan oleh setiap pegawai.Berdasarkan Uraian diatas, maka yang menjadi Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalahSeberapa besar pengaruh budaya organisasi dan semangat kerja pegawai terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe baik secara parsial maupun simultan. TINJAUAN PUSTAKA Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dan kelompok manusia untuk waktu yang panjang. Kebudayaan diambil dari kata dasar budaya, kebudayaan dalam bahasa inggrisnya culture berasal dari bahasa Latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, kemudian berkembanglah pengertian kultur sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Ahmadi, 2004:58. Menurut Koentjaningrat 2001:72, budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri sendiri manusia dengan cara belajar. Thomas dan Inkson, 2004 dalam Wibowo 2011:15 menyatakan bahwa budaya terdiri mental program bersama yang mensyaratkan respon individual pada lingkungannya. Deinisi tersebut mengandung makna bahwa kita melihat budaya dalam perilaku sehari-hari, tetapi dikontrol oleh mental program yang ditanamkan sangat dalam. Deal dan Kennedy, 2004 dalam Wibowo 2011:15 mendiinisikan budaya sebagai pola terintergrasi dari perilaku manusia termasuk pikiran, pembicaraan, tindakan, dan artifak serta tergantung pada kapasitas orang untuk menyimak, dan meneruskan pengetahuan kepada generasi penerus.Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak akan terlepas dari lingkungannya. Kepribadian seseorang akan dibentuk pula oleh lingkungannya dan agar kepribadian tersebut mengarah kepada sikap dan perilaku positif tentunya harus didukung oleh suatu norma yang diakui tentang kebenarannya dan dipatuhi sebagai pedoman dalam bertindak. Mengingat budaya organisasi merupakan suatu kesepakatan bersama para anggota dalam suatu organisasi atau perusahaan sehingga mempermudah lahirnya kesepakatan yang lebih luas untuk kepentingan perorangan. Keutamaan budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku manusia yang melibatkan diri dalam suatu kegiatan organisasi. Secara individu maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas dengan budaya organisasi dan pada umumnya mereka akan dipengruhi oleh keanekaragaman sumber-sumber daya yang ada sebagai stimulus seseorang bertindak. Peran budaya organisasi sangat penting sebagai variabel yang dapat mempengaruhi efektivitas organisasi, budaya organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggotanya dan yang membedakan antara satu organisasi dengan lainnya. Dari sudut pandang pegawai, budaya memberikan pedoman bagi pegawai akan segala sesuatu yang dilakukan. Menurut Tika 2006:1, Budaya Organisasi merupakan bagian dari manajemen sumber daya manusia dan teori organisasi. Budaya organisasi dalam MSDM, ditemukan saat mengkaji aspek perilaku, sedangkan budaya organisasi dalam teori organisasi, ditemukan mengkaji aspek sekelompok individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan, atau organisasi sebagai wadah tempat individu bekerjasama secara rasional dan sistematis untuk mencapai tujuan.Martin dalam Lako, 2004: 31, berpendapat bahwa budaya organisasi merupakan sensitivitas 66 Jurnal Visioner Strategis M a n s u r terhadap kebutuhan pelanggan dan karyawan; kemauan untuk menerima resiko; kebebasan atau minat karyawan untuk memberi ide-ide baru; keterbukaan untuk melakukan komunikasi secara bebas dan bertanggung jawab. Budaya organisasi Greenberg dan Baron 2003 dalam Wibowo 2011:17 menyatakan budaya organisasi sebagai kerangka kerja kognnitif yang terdiri dari sikap, nilai-nilai, norma perilaku dan harapan yang diterima bersama oleh anggota organisasi.Marcoulides dan Heck 1993 dalam Brahmasari 2004:16 mengemukakan bahwa budaya organisasi sebagai suatu konsep dapat menjadi suatu sarana untuk mengukur kesesuaian dari tujuan organisasi, strategi dan organisasi tugas, serta dampak yang dihasilkan. Kemudian Susanto 1997:3, mendeinisikan budaya organisasi sebagai suatu nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam organisasi, sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak atau berprilaku. Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Budaya Organisasi merupakan Sistem nilai yang harus dipelajari dan diterapkan untuk pengendalian dengan bentuk sikap dan perilaku untuk kepentingan perorangan atau berkelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Budaya organisasi dalam suatu organisasi yang satu dapat berbeda dengan yang ada dalam organisasi yang lain. Namun, budaya organisasi menunjukkan ciri-ciri, sifat, atau karakteristik tertentu yang menunjukkan kesamaannya. Terminologi yang dipergunakan para ahli untuk menunjukkan karakteristik budaya organisasi sangat bervariasi. Hal tersebut menunjukkan beragam ciri, sifat, dan elemen yang terdapat dalam budaya organisasi. Semangat kerja atau kegairahan kerja timbul dari diri karyawan yang bersangkutan pada saat bekerja. Job-job yang jelas menurut jenjang pendidikan dan keahlian. Bagi setiap perusahaan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk selalu berada pada kondisi yang sangat menyenangkan, terlebih apabila suatu pekerjaan membutuhkan konsentrasi penuh. Semangat kerja pada karyawan dipengaruhi oleh kondisi kerja yang menyenangkan dalam instansi pemerintahan. Oleh karena itu, kondisi kerja ini harus benar- benar diperhatikan oleh setiap kepala instansi pemerintahan, karena secara tidak langsung ia dapat menjadi faktor penentu bagi keberhasilan usaha. Semangat kerja, menurut Davis dalam Early 2007 adalah sikap individu dan kelompok terhadap lingkungan kerja mereka dan terhadap kesediaan bekerja sama dengan orang lain secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan mereka yang paling baik demi kepentingan organisasi dalam kasus ini adalah instansi pemerintahan tempat mereka bekerja. Selain itu, Nawawi dalam Early 2007 berpendapat bahwa semangat kerja akan menyentuh aspek kemauan, kehendak, pikiran,dan sikap dalam melaksanakan pekerjaan. Semangat kerja yang tinggi dan positif merupakan faktor yang berpengaruh pada sikap, berupa kesediaan meweujudkan cara atau metode kerja yang berdaya guna dan berhasil guna dalam meningkatkan produktivitas kerja. Selanjutnya menurut Knowles dalam Tauik 2002: 23, semangat kerja adalah sikap mental dari individu- individu dan kelompok. Menurut Davis dan Newstrom 2004: 165, ada empat aspek yang menunjukkan seseorang tersebut memiliki semangat kerja yang tinggi, yaitu: 1. Kegairahan; 2. Kekuatan untuk melawan frustasi; 3. Kualitas untuk bertahan; 4.Semangat kelompok. Menurut Siswanto 2001 semangat kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi rohaniah atau perilaku individu tenaga kerja dan kelompok- kelompok yang dapat menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuen, sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan lebih baik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai cukup banyak diantaranya adalah faktor lingkungan, individu, organisasi, komunikasi, pelayanan kesejahteraan karyawan Siswanto, 1990. Prestasi kerja yang dicapai pegawai merupakan Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 67 Pengaruh Budaya Organisasi dan Semangat Kerja Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai... suatu hal yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup organisasi, semangat kerja merupakan faktor pencapaian suatu keberhasilan output yang baik bagi instansi pemerintahan. Menurut Hasibuan 2005 menyatakan bahwa prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang dipengaruhi oleh kecakapan, pengalaman, keterampilan, kesungguhan dan lingkungan kerja itu sendiri. Benardin 1993:379 mengatakan bahwa prestasi kerja merupakan produk yang dihasilkan atas sebuah pekerjaan aktivitas pada suatu periode tertentu. Menurut Sastrohardiwiryo 2002 menyatakan bahwa prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Menurut Mangkunegara 2000: 67 prestasi kerja secara kualitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Menurut Marwansyah 2000: 103 menjabarkan prestasi kerja adalah sebuah sistem formal untuk memeriksa atau mengkaji dan mengevaluasi prestasi kerja seseorang. Soeprihanto 1998:7 mendeinisikan prestasi kerja pegawai sebagai hasil kerja seorang pegawai selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan. Selanjutnya, Prawirosentono 1992:2 menyatakan bahwa prestasi kerja adalah produktivitas merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang sekelompok orang dalam sbuah organisasi sesuai dengan tanggung jawab yang diembannya. Sedangkan pengertian dari pada pekerjaan itu sendiri adalah kegiatan yang membutuhkan berbagai persyaratan kemampuan dan untuk itu biasa pelakunya mendapatkan balas jasa dan kepuasan tertentu. Dalam melaksanakan tugas-tugasi rutin seorang pegawai biasanya terlihat beberapa indikator-indikator yang memperlihatkan bahwa seseorang karyawan mempunyai prestasi kerja yang baik, sebagaimana yang diungkapkan oleh Heidjracman 2000:125 menyatakan bahwa indikator-indikator prestasi kerja pegawai adalah 1 kualitas; 2 kuantitas pekerjaan; 3 kerjasama; 4 kepemimpinan; 5 kehati-hatian; 6 pengetahuan mengenai jabatan; 7 kerajinan; 8 kesetian; 9 dapat tidaknya diandalkan; 10 inisiatif. Sistem penilaian yang dilakukan didalam prestasi kerja memerlukan beberapa faktor dasar yang dijadikan pegangan didalam menilai prestasi kerja pegawai. Untuk itulah suatu perusahaan instansi pemerintahan hendaknya terlebih dahulu menetapkan beberapa faktor yang diperlukan dalam upaya terciptanya penilaian prestasi kerja yang tepat dan benar. Dengan adanya penilaian prestasi kerja ini diharapkan dapat menghasilkan prestasi kerja yang lebih baik dan rasa puas dipihak karyawanpegawai maupun perusahaan. Apabila prestasi kerja rendah, maka hal ini mungkin merupakan hasil dari pelaksanaan pendelegasian wewenang yang tidak baik atau karena kemampuan yang rendah. Oleh karena itu penting untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan prestasi kerja rendah tersebut. Menurut Rao 1996:89 faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan yaitu: Kemampuan merencanakan; Kemampuan berorganisasi; Koordinasi; Kepemimpinan dan Dinamika; Inisiatif; Kepandaian mencari akal; kreativitas dan daya khayal; Pengembangan dan daya khayal; Sumbangan kepada semangat kelompok; Kemampuan analitis; Pendelegasian wewenang; Hubungan masyarakat; Sosialitas; Kepercayaan kepada diri sendiri; Pengambilan keputusan; Kerjasama; Fleksibelitas; Penyelesaian masalah; Pengambilan resiko; Kemampuan memotivasi bawahan; Memanajemeni konlik; Keterampilan komunikasi lisan dan tulisan; Keuletan; Kerja Keras. Sedangkan menurut Martoyo 2000:87 untuk dapat meningkatkan prestasi kerja perlu di perhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress, kondisi isik pekerjaan, sistem kompensasi, aspek-aspek ekonomi, aspek-aspek teknis, dan perilaku lainnya. Namun menurut Hasibuan 2002:117 faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan. Dengan adanya penilaian prestasi kerja diharapkan dapat memacu setiap karyawan 68 Jurnal Visioner Strategis M a n s u r pegawai untuk lebih meningkatkan prestasinya dalam bekerja, sehingga nantinya juga akan berdampak pada kinerja instansi itu sendiri. Suatu penilaian prestasi yang baik adalah penilaian yang dilaksanakan secara objektif dan periodik. Penilaian yang dilakukan hendaknya berpegang pada prinsip yang benar dan terbuka. Dengan maksud agar apa yang diinginkan dari suatu penilaian prestasi dapat dicapai dan memungkinkan terciptanya hubungan yang harmonis antara instansi dengan pegawai. Sehingga diharapkan dapat memberikan keuntungan yang berarti bagi kedua belah pihak. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yang digunakan untuk mempengaruhi variabel terikat. Variabel Budaya organisasi yang terdiri dari Inovasi, stabilitas, orientasi pada orang, orientasi pada hasil, bersikap tenang, dan orientasi pada kalaborasi merupakan aspek yang sangat penting didalam suatu budaya organisasi, dan Variabel Semangat Kerja yang terdiri dari minat, gajiupah, status sosial pekerjaan, suasana kerja dan tujuan pekerjaan merupakan faktor pencapaian suatu keberhasilan didalam instansi pemerintahan. Gambar 1 Berdasarkan gambar kerangka berikir diatas dapat diberikan penjelasan sebagai berikut: 1. Variabel prestasi kerja sebagai variabel terikat dependentvariabel dilambangkan dengan Y. Variabel ini adalah variabel Y terpengaruhi oleh variabel bebas dependent variabel. 2. Variabel Budaya Organisasi sebagai variabel bebas independent variabel pertama yang dilambangkan X 1 . Variabel yang mempenga- ruhi variabel terikat. 3. Variabel Semangat Kerja sebagai variabel bebas independent variable kedua yang dilambangkan X 2 . Variabel yang mempenga- ruhi variabel terikat. Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara yang akan dibuktikan kebenarannya dalam suatu penelitian. Berdasarkan fenomena dan dari landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik suatu hipotesis: Ho 1 : Diduga Budaya Organisasi dan Semangat kerja pegawai tidak berpengaruh signiikan terhadapPrestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Ha 1 : Diduga Budaya Organisasi dan semangat kerja pegawai berpengaruh signiikan ter- hadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Ho 2 : Diduga Semangat Kerja pegawai bukan faktor yang dominan berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kepen- dudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseu- mawe. Ha 2 : Diduga Semangat Kerja pegawai meru- pakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap Prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. METODEOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe, objek penelitian yaitu pegawai yang bekerja pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tersebut. Dalam melaksanakan penelitian selalu dihadapkan pada sumber data tertentu yang diharapkan dapat memberi hak informasi dan keterangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun sumber data dalam penelitian sering disebut dengan populasi penelitian. Sudjana 2002:6 dalam bukunya mengatakan bahwa populasi adalah “Totalitas semua nilai Uji t Budaya Organisasi X 1 Uji F Prestasi Kerja Y Semangat Kerja X 2 Uji t Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 69 Pengaruh Budaya Organisasi dan Semangat Kerja Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai... yang mungkin hasil menghitung atau apapun pengukuran kuantitatif maupun kuallitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebanyak 60 orang, yang terdiri dari pegawai PNS sebanyak 20 orang dan pegawai honorer sebanyak 40 orang sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2012. Menurut Sugiyono 2005:55 “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut. Dalam penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sensus sampling yaitu metode penentuan sampel bila seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel Jogiyanto, 2005:79. Hal ini sering dilakukan bila populasi relatif kecil. Dan dalam penelitian ini yang di jadikan sampel adalah keseluruhan jumlah populasi pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Lhokseumawe sebanyak 60 orang. Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. a. Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian, pada penelitian ini yaitu pegawai negeri sipil dan honorer Dinas Kependudukan dan Pen- catatan Sipil kota Lhokseumawe. Data primer diperoleh langsung melalui penyebaran koi- soner dan melalui tatap muka. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari tinjauan kepustakaan melalui literatur, jur- nal - jurnal penelitian dan situs internet yang dapat memberikan imformasi sesuai dengan permasalahan penelitian. Untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian ini maka teknik pengumpulan data yang penulis lakukan sebagai berikut: a. Kuisioner yaitu dengan mengajukan seperang- kat pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh pihak-pihak narasumber.Dalam penelitian ini yaitu pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. b. Penelitian Kepustakaanlibrari research dilakukan untuk memperoleh literatur yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini. Selain itu, juga dipelajari data-data yang terdapat dalam Dinas Kepen- dudukan dan Pencatatan Sipil yang meng- gambarkan Budaya Organisasi dan Semangat Kerja berpengaruh terhadap Prestasi Kerja. Deinisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Budaya organisasi X1, yaitu sebagai kerang- ka kerja kognnitif yang terdiri dari sikap, ni- lai-nilai, norma perilaku dan harapan yang diterima bersama oleh anggota organisasi. 2. Semangat kerja X2, yaitu sikap individu dan kelompok terhadap lingkungan kerja mereka dan terhadap kesediaan bekerja sama dengan orang lain secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan mereka yang paling baik demi kepentingan organisasi. 3. Prestasi kerja Y, yaitu hasil kerja yang di- capai seseorang, atas tugas-tugasnya yang di- bebankan kepadanya yang dipengaruhi oleh kecakapan, pengalaman, keterampilan, kes- ungguhan dan lingkungan kerja itu sendiri. Dalam menganalisa data yang telah dikumpulkan dari hasil penelitian metode yang penulis gunakan adalah metode kuantitif dengan melakukan analisa terhadap pokok permasalahan baik dengan menggunakan pemikiran-pemikiran logis maupun menggunakan pendekatan teoritis, kemudian selanjutnya dapat ditarik kesimpulan. Adapun model analisis data yang dipergunakan adalah analisis Regresi Linier Berganda. Menurut Umar 2003:126 persamaan umum regresi linear berganda dari data pengamatan biasanya tidak hanya disebabkan oleh sutu variabel, data hasil pengamatan Y dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas X 1 ,X 2 ,X 3 ,.... X n . Sesuai dengan model regresi tersebut, maka model yang dijabarkan sesuai dengan pendapat Umar 2003 yaitu Y=a + b 1 X 1 + b 2 X 2 .... + bkX k . Penulis menggunakan rumus regresi linier berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel, budaya organisasi X 1 , semangat kerja X 2 terhadap variabel prestasi kerja Y. 70 Jurnal Visioner Strategis M a n s u r Persamaan regresi linier berganda untuk penelitian ini adalah : Y = a + b 1 X 1 +b 2 X 2 +e Dimana Y = Pretasi Kerja X 1 = Budaya Organisasi X 2 = Semangat Kerja a = Konstanta, yaitu nilai taksir Y pada saat X = 0 b 1 = Koeisien Regresi budaya organisasi b 2 = Koeisien Regresi semangat kerja e = Kesalahan Penganggu Error Term Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidtan keabsahan instrumen Arikunto, 2002:160. Sedangkan menurut Ghozali 2005:135 menyatakan uji validitas adalah uji yang dipergunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan datang diukur oleh kuisioner tersebut. Dimana seluruh pertanyaan dinyatakan valid dengan membandingkan r-hitung dengan r-tabel. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam menguji kehandalan reliabilitas dapat dipergunakan pengujian Cronbach Alpha , yaitu menafsirkan kolerasi antara skala yang dibutuhkan dengan semua skala variabel yang ada. Ukuran reliabilitas dianggap handal berdasarkan pada koeisien alpha 0,50 Rangkuty, 2000:27. Jika derajat kehandalan data lebih besar dari koeisien alpha, maka hasil pengukuran dapat dipertimbangkan sebagai alat ukur dengan tingkat ketelitian dan konsistensi pemikiran yang baik. Menurut Ghozali 2005 Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng bell shaped. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal. Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogorov-Smirnov tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari: a. Nilai signiikan atau probabilitas 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal. b. Nilai signiikan atau probabilitas 0,05, maka distribusi data adalah normal. Mulitikoliniaritas adalah adanya satu hubungan yang sempurna mendekati sempurna antara beberapa atau semua variabel bebas independen. Sehingga multikoliniaritas itu sendiri bertujuan untuk mengetahui sempurna mendekati sempurna tidak semua variabel bebas. Apabila dalam regresi berganda terdapat dua variabel bebas yang multikoliniaritas sempurna, maka taksiran parameternya tidak dapat ditentukan, dan kesalahan baku menjadi besar tak terhingga. Untuk mengetahui bagaimana mendeteksi ada tidaknya multikoliniaritas yaitu kolerasi antara dua variabel bebas lebih tinggi dibandingkan kolerasi salah satunya kedua kolerasi bebas tersebut dengan variabel terikat Pindyck dan Rubinfeld, 2000:89. Pengujian multikoliniaritas dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance atau lawannya variance inlation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan bahwa setiap variabel bebas sama dengan VIF tinggi VIF = 1tolerance dan menunjukkan adanya multikoliniaritas yang tinggi. Pada umumnya nilai cut offyang umum dipakai adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10 Ghozali, 2005:57 Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya Hanke dan Reitsch, 2008:259. Artinya setiap observasi pengamatan mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Untuk mengetahui terdapatnya heteros- kedastisitas peneliti melakukan dengan melihat graik Scaterplotantara lain variabel dependen ZPRED dengan residual ZRESID. Untuk Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 71 Pengaruh Budaya Organisasi dan Semangat Kerja Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai... mengetahui ada tidaknya pola tertentu pada graik scaterplotantara ZPRED dan ZRESID, yaitu sumbu Y adalah yang diprediksi dan sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya yang distudentized. Dasar pengambilan keputusan Santoso, 2002:210 adalah jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka terdapat situasi heterokendastisitas dan jika pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi situasi heterokendastisitas. Sesuai dengan metode analisis yang penulis uraikan diatas, maka pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut: Uji t dilakukan untuk menentukan tingkat pengaruh setiap variabel X secara individu terhadap variabel Y. Pengujian t test , jika hasil penelitian olahan data dijumpai nilai t hitung t tabel maka hipotesis alternatih Ha diterima, sebaliknya jika t hitung t tabel maka penilitian Ho dan menolak Ha. Sedangkan uji F guna menentukan tingkat pengaruh secara keseluruhan terhadap variabel Y pada tingkat keyakinan level of signiicant sebesar 95. Pengujian hipotesis dengan uji F dilakukan dengan membandingkan antara F hitung dengan F tabel . Apabila F hitung F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. HASIL PENELITIAN Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa 42 orang atau 70 responden berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 18 orang atau 30 responden berjenis kelamin perempuan. Karakteristik berdasarkan umur diketahui bahwa sebanyak3 orang atau 5 responden berumur antara 20-25 tahun, sebanyak 24 orang atau 40 responden berumur antara 25-30 tahun, sebanyak 13 orang atau 21,7 responden berumur 30-35 tahun, sebanyak 20 orang atau 33,3 responden berumur 35tahun. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir diketahui bahwa sebanyak 1 orang atau 1,7 responden berpendidikan SMP, sebanyak 17 orang atau 28,3 responden berpendidikan SMA, sebanyak 13 orang atau 21,7 responden berpendidikan diploma, sebanyak 28 orang atau 46,7 berpendidikan sarjana S1 dan sebanyak 1 orang atau 1,7 berpendidikan pascasarjana S2. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan perbulam diketahui bahwa sebanyak 15 orang atau 25 responden memiliki pendapatan perbulan 1.000.000. Sebanyak 19 orang atau 31,7 memiliki pendapatan perbulan 1.000.000-2.000.000., sebanyak 7 orang atau 11,7 memiliki pendapatan 2.000.000-3.000.000 dan 19 orang atau 31,2 responden memiliki pendapatan perbulan sebesar 3.000.000. Uji signiikansi pada uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai Corrected Item- Total Correlation pada setiap butir pertanyaan dengan nilai r tabel. Jika nilai Corrected Item- Total Correlation r hitung nilai r tabel dan nilainya positif, maka butir pertanyaan pada setiap variabel tersebut dinyatakan valid. Dan sebaliknya jika nilai Corrected Item-Total Correlation r hitung nilai r tabel dan nilainya negatif, maka butir pertanyaan pada setiap variabel tersebut dinyatakan tidak valid Ghozali, 2001. Penentuan nilai r tabel adalah jumlah N= 44, maka nilai r tabel adalah df = n-k-1= 44-1-1= 42 pada tingkat signiikansi 0,05 maka ditemukan nilai r tabel berdasarkan tabel korelasi product moment adalah 0,304. Dari hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai Corrected Item-Total Correlation r hitung untuk setiap masing-masing variabel lebih besar dari 0,304 r tabel dan nilainya positif, hal ini sesuai dengan pendapat Ghozali 2001 yang menyatakan bahwa jika nilai Corrected Item-Total Correlation r hitung nilai r tabel dan nilainya positif, maka butir pertanyaan pada setiap variabel tersebut dinyatakan valid. Namun terdapat satu variable pertanyaan yang memiliki nilai di bawah 0,304 hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh pertanyaan pada poin posisi dan jabatan kerja dimana diketahui bahwa hanya terdapat beberapa orang saja yang memiliki posisi dan jabatan yang diatas rata-rata pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe, namun demikian secara keseluruhan pertanyaan penelitian ini dinyatakan 72 Jurnal Visioner Strategis M a n s u r valid dan instrumen ini dapat digunakan dalam penelitian ini. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan one shoot atau pengukuran sekali saja. suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach alpha 0,60 Ghozali 2001:133. Dari hasil penelitian memiliki nilai Cronbach alpha lebih besar dari 0,60 yang berarti bahwa data yang diperoleh dari hasil kuisioner tersebut dapat diandalkan atau bersifat reliabel serta dapat dipercaya. Dalam penelitian ini peneliti melakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogorov Smirnov . Dari hsil pengolahan data diperoleh nilai normalitas Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 1,222 dengan nilai signiikansi 0,101 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data- data yang digunakan dalam variabel penelitian terdistribusi normal dan dapat digunakan dalam penelitian. Untuk menguji apakah terdapat interkorelasi yang sempurna diantara beberapa variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi digunakan uji multikoleniearitas. Uji multikoleniearitas menggunakan nilai tolerace dan VIF Varian Inlation Factor. Apabila tolerance 0,10 dan nilai VIF 10, maka dikatakan terjadi multikoleniearitas. Hasil uji multikoleniearitas menunjukkan tidak ada satu variabel yang memiliki nilai VIF 10 X 1 sebesar 1.443 dan X 2 sebesar 1.443 dan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai tolerance 0,10 X 1 sebesar 0,693 dan X 2 sebesar 0,693. Hasil ini menandakan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak terjadi multikoliniearitas dan baik untuk digunakan. Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya Hanke dan Reitsch, 2008:259. Untuk mengetahui terdapatnya heteroskedastisitas dapat dilihat pada graik Scaterplotantara lain variabel dependen ZPRED dengan residual ZRESID yaitu sebagai berikut : Gambar 2. Scatterplot Untuk Uji Heteroskedastisitas Gambar di atas memperlihatkan bahwa titik- titik yang berada pada graik scatterplot tidak membentuk suatu pola yang jelas, dan cenderung menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas padaprestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Untuk menguji besarnya pengaruh budaya organisasi dan semangat kerja terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe, penelitian ini menggunakan rumus regresi linier berganda. Berdasarkan hasil regresi linier berganda diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan dari hasil pada Tabel 1 maka dapat diambil persamaan garis regresi linier berganda yakni Y=1,667 + 0,627X 1 + -0,017X 2 dan pada persamaan tersebut maka dapat diartikan bahwa prestasi kerja dipengaruhi oleh budaya organisasi sebesar 0,627 atau 62,7 dan semangat kerja sebesar -0,017 atau -1,7pada konstanta 1,667. Hasil dari koeisien regresi untuk variabel budaya organisasi sebesar 0,627. Nilai koeisien b 1 sebesar 0,627 yang berarti jika nilai budaya organisasi X 1 meningkat sebesar 1, maka akan diikuti dengan meningkatnya prestasi kerja sebesar 0,627 atau 62,7 pada konstanta 1.667. Hasil sebaliknya akan terjadi pada variabel semangat kerja, dari koeisien regresi untuk variabel semangat kerja sebesar -0,017. Nilai koeisien b 2 sebesar -0,017 yang berarti jika Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 73 Pengaruh Budaya Organisasi dan Semangat Kerja Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai... nilai semangat kerja X 2 meningkat sebesar 1, maka akan diikuti dengan menurunnya prestasi kerjasebesar 0,017 atau 1,7 pada konstanta 1,667. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang positif antara budaya organisasi terhadap prestasi kerja dan hubungan yang negatif antara semangat kerja dengan prestasi kerja. Dengan dibuktikan secara parsial dengan uji t maupun secara simultan yang dibuktikan dengan uji F dimana dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh antara budaya organisasi dansemangat kerja terhadap prestasi kerja.Untuk melihat besarnya hubungan pengaruh antara budaya organisasi dansemangat kerja terhadap prestasi kerja, dapat dilakukan dengan melihat nilai koeisien korelasi R. Berikut adalah hasil Tabel Model Summary. Berdasarkan Tabel 2 diatas ditemukan nilai koeisien korelasi R bahwa variabel budaya organisasi dan semangat kerja memiliki hubungan terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil KotaLhokseumawe sebesar 0,801 atau 80,1. Hal ini berarti derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen tinggi. Menurut Djarwanto 1996 : 169 jika koeisien korelasi bernilai 0,70 sampai mendekati 1,00 plus atau minus menunjukkan derajat hubungan yang tinggi. Koeisien korelasi lebih besar dari 0,40 sampai dibawah 0,70 plus atau minus menunjukkan derajat hubungan yang sedang. Apabila koeisien korelasinya diatas 0,20 sampai dibawah 0,40 plus atau minus menunjukkan derajat hubungan yang rendah atau lemah.Sedangkan nilai koeisien determinasi Adjusted R 1 2 sebesar 0,641. Hasil ini berarti budaya organisasi dan semangat kerja mampu mempengaruhi prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe sebesar 64,1. Sedangkan sisanya 35,9 100-64,1 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, maka digunakan beberapa pengujian yaitu: Uji Simultan Uji-F UjiF dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen berpengaruh secara simultan atau serempak terhadap variabel dependen secara statistik atau tidak. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kriteria keputusan jika F hitung F tabel pada α = 0,05 dengan taraf kepercayaan 95 maka menolak Ho 1 dan menerima Ha1. Dan sebaliknya jika F hitung F tabel pada α = 0,05 maka menerima Ho 1 dan menolak Ha1. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan diperoleh nilai F hitung sebesar 50,989 dengan nilai signiikan sebesar 0.000 pada taraf kepercayaan 95. Sedangkan F tabel df2 = n-k 60 – 3 = dan df1 = k- 1 3 – 1 = 2 diperoleh nilai sebesar 4.7374 pada α = 0,05. Dengan demikian Tabel 1 Hasil Regresi Pengaruh budaya organisasi dan semangat kerja terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe Model Unstandardized Coeficients Standardized Coeficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 1.667 .320 5.214 .000 Budaya organisasi .627 .074 .810 8.503 .000 Semangat kerja -.017 .095 -.017 -.177 .860 Tabel 2 Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .801 a .641 .629 .29717 2.389 74 Jurnal Visioner Strategis M a n s u r F hitung F tabel , yaitu 50,989 4.7374 dan nilai signiikan 0.05. Maka keputusanya adalah menolak Ho 1 dan menerima Ha1, yang berarti secara simultan atau serempak budaya organisasi dan semangat kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe Uji Parsial Uji-t Uji-t dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh variabel independen secara parsial atau individual terhadap variabel dependen secara statistik atau tidak. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kriteria keputusan jika t hitung t tabel pada α = 0,05 dengan taraf kepercayaan 95 makan menolak Ho 1 dan menerima Ha1. Dan sebaliknya jika t hitung t tabel pada α = 0,05 maka menerima Ho1 dan menolak Ha1. Dari hasil pengujian secara parsial atau individual dapat ditunjukkan bahwa variabel budaya organisasi memiliki nilai t hitung sebesar 8,503 dengan nilai signiikan 0.000, sementara nilai t tabel dengan df = n-k 60 - 3 = 57 pada α =0.05 diperoleh nilai sebesar 1.993. Dengan demikian t hitung t tabel , yaitu 8,530 1.993 dengan nilai signiikan 0.000 0.05. Maka keputusannya adalah menolak Ho1 dan menerima Ha1. Yang berarti secara parsial atau individual budaya organisasi berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Variabel semangat kerja memiliki nilai t hitung sebesar 0,177 dengan nilai signiikan 0.860, sementara nilai t tabel dengan df = n-k 60 - 3 = 57 pada α =0.05 diperoleh nilai sebesar 2,8412 Dengan demikian t hitung t tabel , yaitu 0,177 2,8412 dengan nilai signiikan 0.860 0.05. Maka keputusannya adalah menolak Ha dan menerima Ho. Yang berarti secara parsial atau individual semangat kerja tidakberpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Variabel Budaya OrganisasiX1 dan Semangat Kerja X2, memiliki hubungan terhadap prestasi kerja pegawai Y Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe, sebesar 0,801 atau 80,1. Variabel yang dominan mempengaruhi prestasi kerja adalah variabel budaya organisasi X1. Untuk melihat pengaruh Budaya Organisasi X1 terhadap prestasi kerja Y Pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe, dapat dilihat pada tabel 4.7 dimana diketahui variabel budaya organisasi mempengaruhi prestasi kerja sebesar sebesar 0,627. SARAN 1. Perlu kiranya dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mem- pengaruhi prestasi kerja pegawai baik itu dari faktor budaya organisasi maupun semangat kerja pegawai yang nantinya akan meningkat- kan kinerja karyawan sehingga nantinya akan diperoleh gambaran mengenai keadaan yang sesungguhnya dan diharapkan agar dapat me- ningkatkan kualitas kinerja yang lebih baik lagi bagi setiap pegawai pada Dinas Kepen- dudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseu- mawe. 2. Disamping itu kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih memperluas lagi vari- abel-variabel yang akan diteliti. 3. Bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, diharapkan dengan adanya pengelo- laan budaya organisasi yang baik maka akan memberikan dampak positif bagi peningka- tan kualitas kinerja terutama dalam hal men- goperasikan sistem kerja yang lebih efektif dan eisien bagi setiap pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 75 Pengaruh Budaya Organisasi dan Semangat Kerja Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai... REFERENSI Arikunto, Suharsimi 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praket. Rineka Cipta, Jakarta. Davis, Keith ; Newstrorm, J.W 2004, Perilaku Dalam Organisasi, Erlangga, Jakarta. Ghozali, Imam 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. BP-UNDIP. Semarang. Hasibuan, S.P. Melayu 2002 Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta. Jogiyanto 2005 Metodologi Penelitian Bisnis, Fakultas Ekonomi ; Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Koentjaningrat 2001, Pengantar Antropologi, Jakarta, Rineka Cipta. Mangkunegara 2005, Perilaku dan Budaya Organisasi, Penerbit PT Reika Aditama – Bandung. Munandar Wutun 2004. Pengaruh praktek Manajemen Sumber Daya Manusia Terhadap Budaya Organisasi dan Kinerja Perusahaan . Penelitian Universitas Airlangga, Surabaya. Nitisemito 2002, Pengertian Semangat Kerja, http:www.informasiku.com201104semangat- kerja-deinisi-dan-aspeknya.html. Diakses pada tanggal 21 maret 2012. Pindyck, R.S. dan Rubinfeld, D.L 2000. Mikro Ekonomi. PT. Indeks. Jakarta Priyonto Lako 2004, Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi dan Kinerja; Pendekatan konsep, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Rangkuty 2000. Statistika Teori dan Aplikasi. Erlangga, Jakarta. RAO, T.V. 1996. Penilaian Prestasi Kerja, PT. Karya Unipress ; Jakarta. Santoso, S 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Paramtrik, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Sastrohardiwiryo 2002,Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Prestasi Kerja. http www.ebookfreetoday.comviewpdf.php?bt: Pengaruh motivasi-dan-kepuasan-kerja-terhadap- prestasi kerja. Diakses pada tanggal 22 maret 2012. Siswanto 2001 Aspek-Aspek Semngat Kerja http: www.masbow.com200912 semangat-kerja- pengertian-aspek-dan.html.Diakses pada tanggal 21 maret 2012. Sudjana 2002, Metode statistika, Cetakan Ulang, Edisi Keenam, Penerbit PT. Tarsito, Bandung. Sugiyono 2004 Statistika Penelitian, Alfabeta ; Bandung. Susilo, Martoyo 2000 Manajemen Sumber daya manusia, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE : Yogyakarta. Tauik 2002, Korelasi dan Analisi Regresi Ganda, Penerbit Nur Cahaya, Yogyakarta. Tika 2006, Budaya Organisasi dan Manajemen Sumber daya Manusia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Umar, Husein 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama Bekerjasama dengan Jakarta Business Research Center JBRC, Jakarta. Wibowo 2011, Budaya Organisasi, cetakan II, edisi pertama, PT. RAJAGRAFINDO PERSADA. Jakarta. 76 Jurnal Visioner Strategis M a n s u r Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 77 Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864

p. 77-85

Perbandingan Kinerja Cash Flow Perusahaan Textile dan Garment Sebelum dan Sesudah Krisis Keuangan Global yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia M a r z u k i Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe This study aims to compare cash lows Manufacturing Companies Listed on the Stock Exchange before and after the inancial crisis global. The population of this study are all companies listed Indonesian Stock Exchange securities, amounting to as many as 398 companies engaged in the textile and garment sector. Variable used is the operating cash low, investment cash low, cash low inancing and cashlow at the end of the year. Technique of data analysis through comparative analysis. Hypothesis testing is performed using Paired-Sample T-Test with α = 5. Data processing was performed using SPSS. The results showed that there was no signiicant difference between cash low periods before and after the global crisis. Signiicance value 2-tailed all variables in this study is greater than the limit speciied probability is equal to 0.05. Keywords: Performance, operation cash low, cash low inancing 78 Jurnal Visioner Strategis M a r z u k i PENDAHULUAN Untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan dibutuhkan jumlah kas yang mencukupi, jika perusahaan tidak memiliki cadangan kas yang mencukupi, maka itu akan sangat menghambat operasional perusahaan. Tingkat likuiditas suatu perusahaan juga dapat diukur dari ketersediaannya kas pada perusahaan. Kas tidak hanya diartikan sebagai dana tunai yang dimiliki oleh perusahaan tetapi kas juga dapat berupa surat-surat berharga lainnya yang dapat diuangkan. Kebutuhan akan Kas untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Tanpa adanya kas yang memadai sulit bagi perusahaan untuk dapat menjalankan usahanya dengan stabil. Semakin besar kas yang dimiliki oleh perusahaan maka kestabilan usaha yang dijalankan juga akan semakin baik. Untuk mengelola kas dengan baik perusahaan membutuhkan suatu pencatatan terhadap kas masuk maupun kas keluar yang diringkas melalui laporan arus kas Statements of cash low. Laporan arus kas pada perusahaan sangat dibutuhkan untuk mengawasi arus kas masuk cash inlow maupun arus kas keluar cash outlow perusahaan, agar pengunaan dana yang terdapat pada perusahaan dapat digunakan secara eisien. Penyusunan arus kas perusahaan merupakan analisa yang sangat penting yang digunakan oleh mereka berkepentingan terhadap masalah keuangan perusahaan, sebagai alat pembantu pengambilan keputusan yang rasional. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengelola bahan baku untuk menjadi barang siap pakai atau barang jadi. Sebagian besar produksi yang dihasilkan oleh perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia ditujukan untuk memenuhi pasar luar negeri ekspor. Salah satu produksi manufaktur yang menjadi produksi ekspor keluar negeri adalah textile LANDASAN TEORITIS Menurut Riyanto 2001:86 Makin besar jumlah kas yang ada dalam perusahaan berarti makin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Laporan arus kas merupakan suatu catatan yang menggambarkan arus masuk dan keluar kas yang terjadi sesudah periode anggaran. Laporan arus kas digunakan untuk mengontrol dan mengawasi aliran kas pada perusahaan. Dengan adanya laporan arus kas para stakeholder dapat mengetahui ikhtisar perubahan kas yang terjadi. Laporan arus kas melaporkan penerimaan dan pengeluaran tunai oleh perusahaan dalam suatu periode. Horngren, Sunclem Elliot 2000:69. Harahap 2006:257 Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan. Menurut Munawir 2000:194 laporan sumber dan penggunaan kas aliran kas adalah perubahan kas sesudah satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber dan penggunan- penggunaannya.Menurut Brigham dan Houston 2001:47 Arus kas adalah arus kas masuk operasi dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi dimasa mendatang. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap arus kas yang masuk cash inlow maupun keluar cash outlow yang menggambarkan penerimaan ataupun pengeluaran perusahaan tunai yang dilakukan oleh perusahaan untuk membiayai operasional perusahaan sesudah satu periode anggaran terctatat pada laporan arus kas. Laporan arus kas memberi alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber dan penggunan-penggunaannya. Selain itu laporan arus kas menyediakan informasi yang relevan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan yang dapt digunakan bagi pihak- pihak yang membutuhkan informasi tersebut. Ada beberapa hal yang dapat dilihat dari perubahan arus kas yang terjadi pada suatu periode anggaran pada perusahaan. Perubahan- perubahan itu menimbulkan efek membesar atau mengecilnya kas pada suatu perusahaan. Setiap perusahaan dalam menjalankan operasi usahanya akan mengalami arus masuk kas cash inlows dan arus keluar cash outlows. Apabila