Kajian Elemen Lanskap Sekolah Dasar Di Kota Medan

(1)

KAJIAN ELEMEN LANSKAP SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH

SITI RAUZELIA DELANY 100406065

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KAJIAN ELEMEN LANSKAP SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

SITI RAUZELIA DELANY 100406065

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERNYATAAN

KAJIAN ELEMEN LANSKAP SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014


(4)

Judul Skripsi : Kajian Elemen Lanskap Sekolah Dasar Di Kota Medan Nama Mahasiswa : Siti Rauzelia Delany

Nomor Pokok : 100406065 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

Koordinator Skripsi,

Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc

Ketua Program Studi,

Ir. N. Vinky Rahman, MT

Tanggal Lulus:


(5)

Telah diuji pada Tanggal :

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Penguji I Anggota Komisi Penguji : 1. Penguji II


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya penulis dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada : 1. Ibu Wahyuni Zahrah, S.T, M.S, selaku Dosen Pembimbing yang telah

membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 2. Bapak Dr.Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl.TP., M.Arch, selaku Dosen Penguji I

dan Bapak Hajar Suwantoro, S.T, M.T, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T, selaku Ketua Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA, selaku Sekretaris Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Kepala Sekolah SDN 060901 Medan, SD Percobaan Negeri Medan, SD Harapan 1 Medan dan SD Al-Fityan Medan yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan mendapatkan data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua (+) dan saudara-saudara penulis yang tercinta, yang telah banyak memberikan semangat, dorongan dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan skripsi penulis di Universitas Sumatera Utara.

7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi serta dorongan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.


(7)

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan, Juli 2014

Penulis,


(8)

ABSTRAK

Salah satu lingkungan yang sangat dekat dengan anak adalah lingkungan sekolah yang merupakan tahapan awal pendidikan formal bagi seorang anak dengan usia berkisar antara 6 – 12 tahun. Pada umumnya tingkat sekolah dasar adalah tingkat di mana anak-anak lebih sering beraktifitas di luar ruangan dari pada di dalam ruangan, oleh sebab itu lanskap di sekolah beserta elemennya memiliki peran tersendiri terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kualitas lansekap yang ada di sekolah dasar. mengidentifikasi aktifitas anak-anak dan elemen lansekap apa saja yang mengakomodasinya dan menghasilkan rekomendasi rancangan lanskap untuk sekolah dasar di Kota Medan. Penelitian di lakukan di empat sekolah dasar favorit di Kota Medan dengan mengumpulkan data primer, dengan cara mengobservasi kualitas lanskap, membuat pemetaan perilaku dan aktifitas anak di halaman dan mewawancarai latar belakang sosial anak, serta mengumpulkan data sekunder. Dari hasil penelitian yang telah di lakukan, jenis-jenis elemen lanskap yang digunakan ialah paving blok dan perkerasan semen dan beberapa pohon-pohon serta tanaman dengan karakternya masing-masing. Aktifitas anak di halaman sekolah di akomodasi oleh elemen paving blok, pohon dan bangku taman yang ada di pinggir halaman dan di depan kelasnya. Rekomendasi yang dapat di berikan untuk halaman di sekolah-sekolah tersebut berupa desain halaman yang sesuai untuk anak dengan menambahkan elemen-elemen yang mendukung tumbuh kembang anak.

Kata kunci : elemen lansekap, sekolah dasar, tumbuh kembang anak, pemetaan perilaku.

ABSTRACT

One of the closest children’s neighborhoods is school environment which is formal education preliminary step of a child among 6-12 years old. Generally, the primary school level is a level that children are more often doing outdoor activity than indoor, therefore school’s landscape and its element has its own role to the child’s growth and development. This research aims to identify the existing landscape quality in primary school; identify children’s activity and which kind of landscape element accommodate and produce landscape design recommendations for primary school in Medan. The research was conducted at four favorite primary schools in Medan by collecting primary data, with observing the landscape quality, make the behavioral mapping and children’s activities in the schoolyard and interviewing children’s social background, as well as collecting the secondary data. From the research result that has been done, the types of landscape elements that used are paving blocks and cement pavement, some trees and plants with its own characters. The children’s activity in the schoolyard has been accommodated by paving blocks, trees, and park benches element that are on the edge of the yard and in front of their classroom. The recommendations which can be given to those schoolyards are schoolyard designs that appropriate for child by adding the elements that support child’s growth and development.

Key words : landscape element, primary school, child’s growth and development, behavioral mapping.


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Berpikir ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Perancangan Lansekap ... 5

2.1.1. Definisi Lansekap ... 5

2.1.2. Elemen Lansekap ... 6

2.2 Teori Perkembangan Anak ... 9

2.2.1. Karekteristik Anak Sekolah Dasar ... 11

2.3 Kompetensi Pendidikan Sekolah Dasar ... 13

2.4 Hubungan Desain Lansekap dengan Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar . 14 2.5 Kriteria Desain Lanskap Sekolah Dasar ... 24

2.5.1 Perkembangan Anak yang Sehat... 24

2.5.2 Pembelajaran yang Berkualitas ... 28

2.5.3 Pemenuhan Kebutuhan Komunitas ... 31

2.5.4 Lingkungan yang Berkelanjutan ... 33


(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Variabel dan Metode Pengumpulan Data ... 35

3.2.1. Data Primer ... 35

3.2.2. Data Sekunder ... 38

3.3 Kriteria Kawasan Penelitian ... 38

3.4 Kawasan Penelitian ... 38

3.5 Metoda Analisa Data ... 41

3.6 Kesimpulan ... 42

3.7 Pedoman Wawancara ... 43

BAB IV DESKRIPSI KAWASAN KAJIAN ... 44

4.1 Sekolah Dasar Negeri 060901 Medan ... 44

4.2 Sekolah Dasar Percobaan Negeri Medan ... 47

4.3 Sekolah Dasar Harapan 1 Medan ... 51

4.4 Sekolah Dasar Al-Fityan Medan ... 57

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 63

5.1 Kualitas Elemen Lanskap ... 63

5.1.1 Sekolah Dasar Negeri 060901 Medan ... 63

5.1.2 Sekolah Dasar Percobaan Negeri Medan ... 67

5.1.3 Sekolah Dasar Harapan 1 Medan ... 73

5.1.4 Sekolah Dasar Al-Fityan Medan ... 76

5.2 Jenis Aktifitas dan Elemen yang Mengakomodasinya ... 80

5.2.1 Sekolah Dasar Negeri 060901 Medan ... 80

5.2.2 Sekolah Dasar Percobaan Negeri Medan ... 87

5.2.3 Sekolah Dasar Harapan 1 Medan ... 93

5.2.4 Sekolah Dasar Al-Fityan Medan ... 99


(11)

6.1 Kesimpulan ... 109

6.2 Rekomendasi Desain ... 110

6.2.1 SDN 060901 Medan... 111

6.2.2 SD Percobaan Negeri Medan ... 113

6.2.3 SD Harapan 1 Medan ... 115

6.2.4 SD Al-Fityan Medan ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Penilaian Kelompok Mata Pelajaran ... 13

Tabel 2.2 Potensi Hubungan antara Pertimbangan Desain, Konsep Perkembangan dan Bemain ... 17

Tabel 3.1 Jenis Data dan Metodologi ... 42

Tabel 5.1 Teori dan Kondisi Eksisting Lanskap Sekolah Dasar ... 105


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ... 4

Gambar 2.1 Aksesibiliti ... 15

Gambar 2.2 Gambar dan Penanda ... 15

Gambar 2.3 Kemampuan Memanipulasi... 15

Gambar 2.4 Stimulasi Panca Indra ... 16

Gambar 2.5 Tantangan yang Aman ... 18

Gambar 2.6 Tantangan yang Meluluskan ... 18

Gambar 2.7 Pengalaman Ruang ... 19

Gambar 2.8 Misteri & Rasa Ingin Tahu ... 19

Gambar 2.9 Bukti Penyelesaian ... 20

Gambar 2.10 Kelanjutan Pengalaman ... 20

Gambar 2.11 Landmark yang Permanen ... 21

Gambar 2.12 Keanekaragaman dalam Lanskap ... 21

Gambar 2.13 Interaksi Sosial ... 21

Gambar 2.14 Berbagai Ukuran Ruang Sosial ... 22

Gambar 2.15 Retret dan Titik Pemisah ... 22

Gambar 2.16 Lingkungan Alam ... 23

Gambar 2.17 Pelajar di Halaman Sekolah yang Baik ... 24

Gambar 2.18 Area Bak Pasir ... 25

Gambar 2.19 Waktu Bermain yang Bebas ... 26

Gambar 2.20 Fitur-fitur untuk Memanjat atau Tempat Duduk ... 26

Gambar 2.21 Permainan Ayunan ... 27

Gambar 2.22 Kebun Bunga Liar dan Rak-rak Tanaman... 27

Gambar 2.23 Ruang Kelas di Luar ... 28

Gambar 2.24 Pelajaran Pembiakan Lebah ... 29

Gambar 2.25 Jalur Lari Kecil dan Lapngan Voly ... 30

Gambar 2.26 Memelihara Rak-rak Kebun dengan Gang yang Lebar ... 30


(14)

Gambar 2.28 Latihan Baseball di Minggu Sore ... 32

Gambar 2.29 Pohon Peneduh Tempat Bermain ... 32

Gambar 2.30 Deretan Rumah, Jalan dan Area Parkir di Sekitar Sekolah ... 33

Gambar 2.31 Menanam Pohon di Tempat Baru ... 34

Gambar 3.1 Peta Kota Medan ... 39

Gambar 3.2 Peta Area Kawasan Penelitian... 39

Gambar 4.1 Lokasi SDN 060901 Medan ... 44

Gambar 4.2 Bentuk Fisik SDN 060901 Medan ... 45

Gambar 4.3 Site Plan SDN 060901 Medan ... 47

Gambar 4.4 Lokasi SD Percobaan Negeri Medan ... 48

Gambar 4.5 Bentuk Fisik SD Percobaan Negeri Medan... 49

Gambar 4.6 Site Plan SD Percobaan Negeri Medan ... 51

Gambar 4.7 Lokasi Sekolah Yaspendar Medan ... 52

Gambar 4.8 Lokasi SD Harapan 1 Medan ... 53

Gambar 4.9 Bentuk Fisik SD Harapan 1 Medan... 54

Gambar 4.10 Suasana di Halaman SD Harapan 1 Medan ... 56

Gambar 4.11 Lokasi Sekolah Al-Fityan Medan ... 57

Gambar 4.12 Bentuk Fisik Gedung SD Al-Fityan Medan ... 58

Gambar 4.13 Site Plan Sekolah Al-Fityan Medan ... 59

Gambar 4.14 Lapangan Kecil dan Lapangan Besar ... 60

Gambar 4.15 Parkir di Lapangan Kecil dan Lapangan Besar ... 61

Gambar 4.16 Fasilitas yang Ada di Sekolah Al-Fityan Medan ... 61

Gambar 5.1 Elemen Keras di SDN 060901 Medan ... 64

Gambar 5.2 Elemen Lunak di SDN 060901 Medan ... 66

Gambar 5.3 Perabot Lanskap di SDN 060901 Medan ... 67

Gambar 5.4 Elemen Keras di SD Percobaan Negeri Medan ... 68

Gambar 5.5 Elemen Lunak di SD Percobaan Negeri Medan ... 69

Gambar 5.6 Halaman SD Percobaan Negeri Medan Bagian Timur ... 70

Gambar 5.7 Diagram Tempat Favorit Anak di Luar Kelas ... 71

Gambar 5.8 Diagram Alasan Memilih Tempat untuk Beraktifitas ... 72


(15)

Gambar 5.10 Elemen Keras di SD Harapan 1 Medan ... 74

Gambar 5.11 Elemen Lunak di SD Harapan 1 Medan ... 75

Gambar 5.12 Perabot Lanskap di SD Harapan 1 Medan ... 76

Gambar 5.13 Elemen Keras di SD Al-Fityan Medan ... 77

Gambar 5.14 Elemen Lunak di SD Al-Fityan Medan ... 78

Gambar 5.15 Perabot Lanskap di SD Al-Fityan Medan ... 79

Gambar 5.16 Pemetaan Tempat di SDN 060901 Medan Jam 09.30-09.45 ... 81

Gambar 5.17 Pemetaan Tempat di SDN 060901 Medan Jam 11.15-11.30 ... 82

Gambar 5.18 Diagram Aktifitas Favorit Anak di Luar Kelas ... 83

Gambar 5.19 Pemetaan Tempat di SDN 060901 Medan Jam 12.45-13.00 ... 85

Gambar 5.20 Pemetaan Pelaku di SDN 060901 Medan Jam 12.45-13.00 ... 86

Gambar 5.21 Pemetaan Tempat di SD Percobaan Negeri Medan Jam 10.40-11.00 ... 89

Gambar 5.22 Pemetaan Tempat di SD Percobaan Negeri Medan Jam 10.15-10.30 ... 90

Gambar 5.23 Pemetaan Tempat di SD Percobaan Negeri Medan Jam 10.45-11.00 ... 91

Gambar 5.24 Pemetaan Pelaku di SD Percobaan Negeri Medan Jam 10.30-11.00 ... 92

Gambar 5.25 Pemetaan Tempat di SD Harapan 1 Medan Jam 09.30-10.00 ... 95

Gambar 5.26 Pemetaan Tempat di SD Harapan 1 Medan Jam 11.45-12.00 ... 96

Gambar 5.27 Pemetaan Tempat di SD Harapan 1 Medan Jam 11.15-11.45 ... 97

Gambar 5.28 Pemetaan Pelaku di SD Harapan 1 Medan Jam 09.30-10.00 ... 98

Gambar 5.29 Pemetaan Tempat di SD Al-Fityan Medan Jam 10.15-10.30 ... 101

Gambar 5.30 Pemetaan Tempat di SD Al-Fityan Medan Jam 12.45-13.00 ... 102

Gambar 5.31 Pemetaan Tempat di SD Al-Fityan Medan Jam 13.30-14.00 ... 103

Gambar 5.32 Pemetaan Pelaku di SD Al-Fityan Medan Jam 12.45-13.00 ... 104

Gambar 5.33 Diagram Waktu Paling Sering Anak Beraktifitas di Luar Kelas ... 105

Gambar 5.34 Diagram Dengan Siapa Anak Beraktifitas ... 108

Gambar 6.1 Denah Eksisting Halaman SDN 060901 Medan ... 111

Gambar 6.2 Rekomendasi Desain Halaman SDN 060901 Medan ... 111

Gambar 6.3 Denah Eksisting Halaman SD Percobaan Negeri Medan ... 113


(16)

Gambar 6.6 Rekomendasi Desain Halaman SD Harapan 1 Medan ... 115 Gambar 6.7 Denah Eksisting Halaman SD Al-Fityan Medan ... 117 Gambar 6.8 Rekomendasi Desain Halaman SD A-Fityan Medan ... 117


(17)

ABSTRAK

Salah satu lingkungan yang sangat dekat dengan anak adalah lingkungan sekolah yang merupakan tahapan awal pendidikan formal bagi seorang anak dengan usia berkisar antara 6 – 12 tahun. Pada umumnya tingkat sekolah dasar adalah tingkat di mana anak-anak lebih sering beraktifitas di luar ruangan dari pada di dalam ruangan, oleh sebab itu lanskap di sekolah beserta elemennya memiliki peran tersendiri terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kualitas lansekap yang ada di sekolah dasar. mengidentifikasi aktifitas anak-anak dan elemen lansekap apa saja yang mengakomodasinya dan menghasilkan rekomendasi rancangan lanskap untuk sekolah dasar di Kota Medan. Penelitian di lakukan di empat sekolah dasar favorit di Kota Medan dengan mengumpulkan data primer, dengan cara mengobservasi kualitas lanskap, membuat pemetaan perilaku dan aktifitas anak di halaman dan mewawancarai latar belakang sosial anak, serta mengumpulkan data sekunder. Dari hasil penelitian yang telah di lakukan, jenis-jenis elemen lanskap yang digunakan ialah paving blok dan perkerasan semen dan beberapa pohon-pohon serta tanaman dengan karakternya masing-masing. Aktifitas anak di halaman sekolah di akomodasi oleh elemen paving blok, pohon dan bangku taman yang ada di pinggir halaman dan di depan kelasnya. Rekomendasi yang dapat di berikan untuk halaman di sekolah-sekolah tersebut berupa desain halaman yang sesuai untuk anak dengan menambahkan elemen-elemen yang mendukung tumbuh kembang anak.

Kata kunci : elemen lansekap, sekolah dasar, tumbuh kembang anak, pemetaan perilaku.

ABSTRACT

One of the closest children’s neighborhoods is school environment which is formal education preliminary step of a child among 6-12 years old. Generally, the primary school level is a level that children are more often doing outdoor activity than indoor, therefore school’s landscape and its element has its own role to the child’s growth and development. This research aims to identify the existing landscape quality in primary school; identify children’s activity and which kind of landscape element accommodate and produce landscape design recommendations for primary school in Medan. The research was conducted at four favorite primary schools in Medan by collecting primary data, with observing the landscape quality, make the behavioral mapping and children’s activities in the schoolyard and interviewing children’s social background, as well as collecting the secondary data. From the research result that has been done, the types of landscape elements that used are paving blocks and cement pavement, some trees and plants with its own characters. The children’s activity in the schoolyard has been accommodated by paving blocks, trees, and park benches element that are on the edge of the yard and in front of their classroom. The recommendations which can be given to those schoolyards are schoolyard designs that appropriate for child by adding the elements that support child’s growth and development.

Key words : landscape element, primary school, child’s growth and development, behavioral mapping.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi lingkungan di mana anak melakukan aktifitasnya sangat perlu di perhatikan, sebagai salah satu hal yang mempengaruhi dalam tumbuh kembang anak. Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran dan sel yang ada di dalam tubuh yang dapat di ukur, sedangkan perkembangan adalah proses fungsi alat tubuh untuk mencapai kesempurnaan yang dapat di capai dengan belajar (Whalley & Wong, 2000). Tumbuh kembang anak tidak hanya secara fisik, tetapi mencakup aspek-aspek lainnya yaitu aspek psikomotorik yang berkaitan dengan perkembangan fisik, aspek kognitif yang berkaitan dengan perkembangan otak dan aspek emosi yang berkaitan dengan psikologis dan sosial (Sunarto, 2008).

Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya sebagai stimulan dalam perkembangan anak (Hurlock, 1999). Salah satu lingkungan yang sangat dekat dengan anak adalah lingkungan sekolah. Di sekolah anak-anak melakukan aktifitas di dalam maupun di luar ruangan. Selain di dalam ruangan, aktifitas di luar ruangan juga sangat mendukung dalam tumbuh kembang anak.

Ruang luar sangat berperan dalam mendukung perkembangan anak dari aspek psikomotoriknya karena anak memiliki kesempatan yang alami untuk menggerakkan tubuh dengan cara-cara yang tidak terbatas, seperti melompat, berlari, berkejar-kejaran dengan temannya. Kegiatan ini sangat alami dan sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang anak.


(19)

Sekolah dasar merupakan tahapan awal pendidikan formal bagi seorang anak dengan usia berkisar antara 6 – 12 tahun. Pada umumnya tingkat sekolah dasar adalah tingkat di mana anak-anak lebih sering beraktifitas di luar ruangan dari pada di dalam ruangan. Halaman sekolah merupakan tempat utama anak-anak melakukan aktifitas fisik dan dapat mengabiskan 40 menit dalam sehari di sana saat di sekolah (Dessing et al., 2013).

Karakteristik siswa sekolah dasar menurut Sumantri & Sukmadinata (dalam Wardani, 2012) antara lain senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Menurut Taguchi & Kishimoto (2012) beberapa faktor mempengaruhi aktifitas fisik anak saat disekolah, seperti tata letak perabot, ukuran ruang dan jarak pandang.

Aktifitas anak di luar ruangan kelas dapat didukung oleh keadaan/kondisi ruang luar/lansekap sekolahnya. Selain sebagai estetika, elemen lansekap yang sesuai mampu memberikan kenyamanan terhadap segala kegiatan di luar ruangan. Elemen lansekap yang dirancang harus disesuaikan dengan penggunanya untuk menghasilkan lingkungan luar yang sesuai dan baik bagi anak (Waever, 2000).

Setiap sekolah dasar memiliki bentuk lansekap yang berbeda, begitu pula dengan ragam jenis elemennya. Untuk sekolah dasar, lansekap memiliki peranan tersendiri karena anak-anak menghabiskan sebagian besar hari tidak hanya dengan belajar tetapi juga bermain dengan bebas (Taguchi & Kishimoto, 2012). Penelitian ini dilakukan untuk menemukan apakah elemen ruang luar/lansekap di suatu sekolah dasar mengakomodasi kegiatan atau aktifitas anak.


(20)

1.2 Perumusan Masalah

Tumbuh kembang anak dapat berdampak pada aktifitasnya di sekolah. Halaman sekolah menjadi salah satu tempat anak melakukan berbagai aktifitas fisiknya secara bebas dan alami. Dari pernyataan tersebut permasalahan yang diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana kualitas lansekap yang dapat mendukung aktifitas siswa ?

b. Bagaimana elemen-elemen lanskap yang dapat mengakomodasi aktifitas siswa ?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Mengidentifikasi kualitas lansekap yang ada di sekolah dasar.

b. Mengidentifikasi aktifitas anak-anak dan elemen lansekap apa saja yang mengakomodasinya.

c. Menghasilkan rekomendasi rancangan lanskap sekolah dasar di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Menjadi salah satu bahan literatur dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang perancangan arsitektur lansekap secara teoritis, sehingga dapat digunakan oleh semua pembaca yang tertarik untuk mengetahui ataupun yang sedang mengerjakan penelitian/studi mengenai arsitektur lansekap dan menjadi masukan untuk kebijakan terhadap hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan lansekap di sekolah dasar.


(21)

1.5 Kerangka Berfikir

LATAR BELAKANG

Ruang luar berperan dalam mendukung tumbuh kembang anak karena anak memiliki kesempatan yang alami untuk menggerakkan tubuh dengan cara-cara yang tidak terbatas dan berinteraksi dengan alam dan orang lain.

Aktifitas anak di luar ruangan kelas dapat didukung oleh keadaan/kondisi ruang luar/lansekap sekolahnya.

REKOMENDASI Menghasilkan rekomendasi desain elemen lansekap yang mengakomodasi PERUMUSAN

MASALAH

Bagaimana kualitas lansekap yang dapat mendukung aktifitas siswa.

Bagaimana elemen-elemen lanskap yang dapat mengakomodasi aktifitas siswa.

TUJUAN PENELITIAN Mengidentifikasi kualitas lansekap yang ada di sekolah dasar.

Mengidentifikasi aktifitas anak-anak dan elemen lansekap apa saja yang mengakomodasinya.

Menghasilkan

rekomendasi rancangan lanskap sekolah dasar di Kota Medan

MANFAAT PENELITIAN Menjadi salah satu bahan literatur yang memberikan manfaat secara teoritis, khususnya dalam bidang arsitektur lansekap.

Secara praktis menjadi masukan untuk kebijakan terhadap hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan lansekap di sekolah dasar.

STUDI LITERATUR

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian:

Penelitian Kualitatif & Deskritif

Metode Pengumpulan Data:

Observasi, pemetaan perilaku dan wawancara atau dari data sekunder.

Metode Analisa Data:

Deskriptif & Analisa pola perilaku

HASIL & PEMBAHASAN

Data mengenai aktifitas anak di luar ruang saat di sekolah dan elemen-elemen

lansekap yang mengakomodasinya.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perancangan Lansekap 2.1.1 Definisi Lansekap

Sebuah rancangan arsitektur haruslah memperhatikan kondisi alam sekitar, elemen-elemen alam seperti topografi, vegetasi dan margasatwa, iklim, tanah dan air haruslah di perhatikan dalam perencanaan sebuah tapak (Katanesse,1980 dalam Susanti, 2000). Pengertian lansekap yang banyak di persepsikan oleh para ahli perancang dan para ahli kebun ialah kenampakan asli dan aspek estektika (Naveh, 1984). Kier (1979) mengartikan lansekap sebagai hubungan antara komponen biotik dan abiotik, termasuk komponen yang berpengaruh terhadap manusia, yang terdapat di dalam suatu sistem yang menyeluruh dan membutuhkan analisa dan konsep yang terpadu. Neef (1967) (dalam Klink, et. al. 2002) memberi pengertian lanskap adalah keharmonisan stuktur dan proses yang di tandai dari sifat karakter sebagian permukaan bumi

Menurut Suharto (dalam Susanti, 2000) lansekap mencakup semua elemen pada wajak/karakter tapak, baik elemen alami (natural landscape), elemen buatan (artificial landscape) dan penghuni atau makhluk hidup yang ada di dalamnya (termasuk manusia). Berarti juga sebidang lahan berpagar yang di gunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan. Dari pengertian – pengertian beberapa ahli diatas dapat di katakan bahwa lansekap merupakan suatu


(23)

perencanaan antara manusia dan lingkungan yang mencakup semua elemen alam, baik yang buatan maupun yang alamiah, dengan memperhatikan aspek estetika untuk mendapatkan kesenangan dan kenyamanan.

2.1.2 Elemen Lansekap

Dalam merancang sebuah taman agar dapat berfungsi secara maksimal dan estetis, perlu dilakukan pemilihan dan penataan secara detail terhadap elemen-elemennya (Arifin, 2006). Menurut Sulistyantara (2002) elemen taman, atau di sebut juga unsur taman, adalah apa saja yang berkaitan dengan taman. Elemen taman dapat dibedakan berdasarkan karakter menjadi :

1)Material Lunak (soft material)

Terdiri dari tanaman dan satwa yang ada di lahan maupun yang diadakan pada taman. Manusia juga dapat dipandang sebagai elemen lunak yaitu yang berkepentingan langsung (pemilik) maupun yang tidak langsung. Dalam merencanakan taman, unsur manusia (sosial) sangat perlu di perhatikan.

2)Material Keras (hard material)

Kelompok ini mencakup semua elemen taman yang sifat/karakternya keras dan tidak hidup seperti : tanah, batuan, pekerasan/paving, jalan setapak, pagar, bangunan taman, dan bangunan rumah. Elemen ini juga memunculkan karakter yang kaku, keras, gersang dan sebagainya.

Ashihara (dalam Susanti, 2000) di dalam bukunya membagi elemen lansekap ke dalam tiga bagian :


(24)

1) Hard Material : perkerasan, beton, jalan, paving block, gazebo, pagar, dan pergola

2) Soft Material : tanaman dengan berbagai sifat dan karakternya

3) Street Furniture : elemen pelengkap dalam tapak, seperti bangku taman, lampu taman, kolam, dan sebagainya

Menurut Hakim (1993) pembagian elemen lansekap didasari oleh unsur tata hijau dalamnya, yaitu :

A. Elemen Keras (hard material) yang berupa perkerasan, bangunan dan sebagainya. Dalam pembentukan perkerasan, dua hal yang perlu di perhatikan adalah fungsi dan estetika (Hakim & Utomo 2003).

1. Fungsi, yaitu kegunaan dan pemanfaatan serta waktu pemakaian pada siang atau malam hari

2. Estetika, yaitu bentuk desain, ukuran/patokan umum, material (bentuk, tekstur, dan warna), keamanan konstruksi, pola (pattern)

B. Elemen Lunak (soft material) yang berupa tanaman. Pemilihan jenis tanaman didasari oleh fungsi dan peletakan tanaman. Adapun fungsi tanaman terbagi sebagai berikut :

a. Pengendali Pandangan

- Menahan silau yang berasal dari matahari, lampu, pantulan sinar dari perkerasan

- Membatasi Ruang, sebagai dinding (border), atap (canopy dari bentuk pohon dan pergola) dan lantai (rumput dan ground cover) - Membentuk kesan “privacy”


(25)

- Menghalangi pandangan dari hal – hal yang tidak menyenangkan seperti sampah, galian, pembangunan, dan sebagainya.

b. Pembatas Fisik

- Mengendalikan pergerakan manusia dan hewan, sebagai penghalang dan mengarahkan pergerakan manusia dan hewan

c. Pengendali Iklim

- Menyerap panas dari sinar matahari dan memantulkannya sehingga menghasilkan suhu yang lebih rendah

- Menahan, menyerap, dan mengalirkan angin dengan memperhatikan tinggi, bentuk, jenis, dan kepadatan/lebar.

- Mengendalikan kelembaban d. Pengendali Suara

- Menyerap kebisingan bagi daerah yang memerlukan ketenangan. Kombinasi lebih dari satu jenis tanaman akan lebih efektif menyerap kebisingan.

e. Penyaring Bau dan Debu f. Pemberi Udara Segar g. Pencegah Erosi

- Mengikat tanah sehingga memperkokoh tanah dan tahan terhadap aliran air di dalam tanah dan tiupan angin.

- Menahan air hujan agar tidak langsung ke atas tanah h. Habitat Hewan


(26)

- Membantu kelestarian hewan sebagai sumber makanan bagi hewan dan sebagai tempat perlindungan hewan

i. Nilai Estetis

- Menambah kualitas lingkungan dari segi warna, bentuk, tekstur, dan skala

- Meningkatkan nilai estetis taman dengan kombinasi beberapa tanaman dan juga elemen lansekap lainnya

- Menciptakan pola (pattern) bayangan pada dinding, lantai dan sebagainya yang dapat berubah-ubah akibat dipengaruhi angin dan waktu.

- Menciptakan suatu pemandangan yang menarik dari pola bayangan tanaman dan refleksi dari air yang ada di kolam

- Mempertinggi kualitas lingkungan dengan memilih dan menempatkan beberapa jenis tanaman saja dan mengelompokkannya

2.2 Teori Perkembangan Anak

Dalam penelitian tesis Weaver (2000) perkembangan anak dibagi ke dalam empat aspek. Rumusan tahapan perkembangan anak usia 7 – 12 tahun adalah sebagai berikut :

1) Perkembangan Fisik

- Pertumbuhan perlahan dan terus – menerus.


(27)

- Mampu olah raga fisik dan atletik berupa bersepeda, berenang, skating, bermain baseball, tenis, basket, dan lain - lain.

- Pengendalian yang lebih atas tubuh, memungkinkan anak untuk duduk dan memperhatikan dalam beberapa waktu.

- Menguasai keterampilan motorik halus, seperti mengikat tali sepatu, mengancing baju, menulis huruf kursif (tegak bersambung), dan mengetik. - Bisa menggunakan tangan secara mandiri/bebas.

- Dapat bekerja pada detail kerajinan halus dan memainkan alat musik. 2) Perkambangan Bahasa

- Memori dan logika lebih baik.

- Kosa kata, sintaks, dan tata bahasa terus meningkat. - Lebih terampil dalam belajar membaca dan menulis. 3) Perkembangan Kognitif

- Dapat menerapkan cara/tindakan logis untuk masalah yang berhubungan dengan dunia nyata secara pribadi

- Memahami konservasi (pemeliharaan atau perlindungan), kemampuan mempertimbangkan, dan perubahan

- Dapat mengurutkan dan mengelompokkan - Memiliki pemahaman yang baik tentang angka

- Dapat mempelajari aturan dalam sebuah permainan, tetapi hanya dapat menggunakan satu langkah pada satu waktu (tidak bisa melihat kemungkinan langkah ke depan)


(28)

- Harga diri yang meningkat

- Rasa percaya diri yang berkembang - Teman sebaya menjadi sangat penting - Pola pertemanan mulai muncul

2.2.1 Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Pada umumnya anak dengan usia antara 6 – 12 tahun menjalani tahapan awal dalam pendidikan yaitu menjadi siswa sekolah dasar. Siswa sekolah dasar memiliki karakteristik tersendiri. Karakter menurut KBBI adalah watak, tabiat atau sifat-sifat kejiwaan. Poedjawijatna (2003) mengatakan karakter atau watak adalah seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya (insani). Karakteristik siswa adalah merupakan semua watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalah kehidupannya setiap saat. Perbuatan manusia tidak akan lepas dari kondrat, dan sifat, serta bentuknya yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa dipungkiri bentuk dan karakter siswa juga berbeda-beda (Hanurawan, 2007).

Karakteristik anak usia sekolah dasar menurut Sumantri dan Sukmadinata (dalam Wardani, 2012), yaitu: (1) senang bermain; (2) senang bergerak; (3) senang bekerja dalam kelompok; dan (4) senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung

1. Senang bermain.

Karakteristik ini mengharuskan pihak yang melaksanakan kegiatan pendidikan menggunakan kegiatan pembelajaran yang sarat dengan unsur permainan didalamnya, terutama untuk siswa kelas rendah (1 – 3). Pembelajaran


(29)

sebaiknya menggunakan metode yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal belajar sebaiknya di susun dengan bergantian antara pelajaran yang serius seperti matematika, agama, dengan pelajaran yang sarat dengan unsur permainan seperti olah raga, keterampilan dan seni budaya.

2. Senang bergerak.

Berdasarkan perkembangan fisik menurut Weaver (2000) anak hanya dapat duduk diam dan memperhatikan beberapa waktu saja, oleh karena itu sebaiknya merancang metode belajar yang memungkinkan anak untuk berpindah atau bergerak. Anak–anak yang disuruh untuk duduk diam untuk waktu yang lama akan merasakannya sebagai siksaan. Rata-rata anak menghabiskan 40 menit/hari di halaman sekolah untuk melakukan aktifitas fisik (Dessing, et.al, 2013). Sebagian besar permainan anak–anak membutuhkan pergerakan yang signifikan, seperti berkejar-kejaran, menangkap bola, dan sebagainya.

3. Anak senang bekerja dalam kelompok.

Masa pencapaian perkembangan anak 6 – 12 tahun juga ditandai dengan teman sebaya menjadi sangat penting. Dalam pertemanannya dengan teman– teman sebaya, anak belajar proses sosialisasi. Aktifitas–aktifitas yang berkelompok juga mulai sering muncul dalam kegiatan sehari–harinya seperti dalam hal belajar dan bermain.

4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.

Dilihat dari teori perkembangan kognitif, dari apa yang dipelajari di sekolah, anak dapat menghubungkan logika/konsep baru dengan logika/konsep lama. Berdasarkan hal ini, anak akan memahami pemeliharaan atau perlimdungan,


(30)

mampu mempertimbangkan dan dapat membentuk konsep – konsep mengenai angka, ruang, waktu, dan sebagainya. Bagi anak penjelasan/teori mengenai sesuatu akan lebih dimengerti jika dilakukan sendiri atau mempraktekannya.

2.3 Kompetensi Pendidikan Sekolah Dasar

Pendidikan di sekolah dasar harus melayani kebutuhan pendidikan anak agar dapat mengembangkan potensi anak secara maksimal. Dalam menyelenggarakan pendidikan, sekolah dasar memiliki indikator atau tolak ukur yang dinilai dari kompetensi dasar peserta didik untuk mencapai standar kompetensi yang telah di tentukan. Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi kelulusan mencakup aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek keterampilan.

Benyamin Bloom pada tahun 1956 mengemukakan tiga tujuan pendidikan, yang disebut Taksonomi Bloom, tersebut yaitu afektif sebagai ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, kognitif sebagai ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) atau pengetahuan, dan psikomotorik sebagai ranah yang berkaitan dengan keterampilan dan berhubungan dengan aktifitas fisik.

Table 2.1 Karateristik Penilaian Kelompok Mata Pelajaran

No Kelompok

Mata Pelajaran Mata Pelajaran Aspek yang Dinilai 1 Agama dan Akhlak Mulia Pendidikan Agama Afektif dan Kognitif

2 Kewarganegaraan dan Kepribadian

Pendidikan

Kewarganegaraan Afektif dan Kognitif

3 Jasmani Olahraga dan

Kesehatan Penjas Orkes

Psikomotorik, Afektif, dan Kognitif


(31)

4 Estetika Seni Budaya Afektif dan Psikomotorik

5 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Matematika IPA, IPS, Bahasa ,TIK

Afektif, Kognitif, dan/atau Psikomotorik (Sumber : Depdiknas, 2009)

Dari segi sarana dan prasarana sekolah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 mengenai sarana dan prasarana untuk sekolah dasar mensyaratkan adanya tempat bermain/berolahraga. Tempat tersebut, yang berfungsi sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara dan kegiatan ekstrakurikuler, berupa ruang terbuka yang sebagian di tanami pohon penghijau. Termpat tersebut juga dilengkapi dengan sarana, seperti tiang bendera beserta benderanya, peralatan bola voli, peralatan senam, peralatan atletik, perlengkapan seni budaya, peralatan keterampilan, pengeras suara dan tape recorder.

2.4. Hubungan Desain Lansekap dengan Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Tingkat aktifitas fisik anak – anak di halaman sekolah lebih tinggi dari pada aktifitas di bagian sekolah yang lain dalam satu hari (Dessing, et. al, 2013). Lansekap memiliki kesempatan untuk menyediakan lingkungan yang mendukung cara – cara belajar anak. Weaver (2000) merumuskan aspek dari perancangan lansekap pendidikan apa saja yang dapat di terapkan untuk mengakomodasi bermain anak dalam mendukung perkembangan anak (lihat tabel 2.1). Usia 7 – 12 tahun merupakan usia sekolah dasar yang sesuai untuk evaluasi di pemukiman


(32)

Jamestown. Dari tabel 2.1, aspek - aspek yang dapat di akomodasi oleh desain lansekap adalah :

1) Aksesibiliti, bagi anak aksesibilitas berarti aman di lalui dan bebas penghalang/rintangan, membuatnya menjadi mudah di mengerti oleh anak. (Gambar 2.1)

Gambar 2.1 Aksesibiliti (Sumber : Weaver, 2000)

2) Gambar dan penanda, dapat melampaui kata–kata yang tertulis, seperti gambar yang menceritakan sebuah cerita, kata–kata sederhana ataupun detail. (Gambar 2.2)

Gambar 2.2 Gambar dan Penanda (Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

3) Kemampuan Memanipulasi, beberapa aspek lansekap harus memungkinkan anak – anak untuk mengubah secara manual apa yg ingin mereka ciptakan


(33)

seperti bak pasir, tumbuhan, mainan kecil dan peralatan lainnya. (Gambar 2.3)

Gambar 2.3 Kemampuan Memanipulasi (Sumber : Let The Children Play, 2011)

4) Stimulasi Panca Indra, anak – anak belajar dengan baik ketika mereka menikmati dalam menyelidiki dunia dengan panca indra mereka sendiri (Fowler, 1993 dalam Weaver, 2000). Juga berinteraksi dengan elemen - elemen yang mereka nyaman terhadapnya. (Gambar 2.4)

Gambar 2.4 Stimulasi Panca Indra


(34)

Perkembangan Fisik Perkembangan Kognitif Perkembangan Sosial/Psikologi

M o to ri k Kasar M o to rik H alu s Ket er am p il an B ah asa P er m ai n an P ra kt ek ya ng F ungs iona l P em ai na n ya ng kons tukt if P er m ai na n ya ng D ra m atik /Sim b o -lik B er ma in de nga n At u ran B er m ai n Se n d ir i/Pa sa n g -an B er m ai n P ar al el B er ma in de nga n B er ke lom pok P em ecah an M asal ah Har g a Di ri & Id en tita s

Berbagai Skala (untuk

item dibangun) • • • • • •

Lingkungan Alam • • • • • • • •

Ruang yang Tidak

Terdefinisi • • • • • • •

Retret dan Poin yang

Dipisah • • •

Berbagai Ukuran Sosial • • • • •

Interaksi Sosial • • • • • • •

Keanekaragaman

Lansekap • • • • • • • • • • • •

Landmark yang

permanen • •

Kelanjutan dari

Pengalaman • • • • • • • • • •

Bukti Penyelesaian • • • • • • • •

Misteri & Rasa Ingin

Tahu • • • • • • •

Pengalaman Ruang • • • •

Tantangan yang

Meluluskan • • • • • • • • • •

Tantangan yang Aman • • • • • • • • • •

Stimulasi Panca Indra • • • • • • •

Kemampuan

Memanipulasi • • • • • • •

Gambar dan Penanda • • • • • •

Aksesibiliti • • • • • • • • • • • •

Tabel 2.2 Potensi Hubungan antara Pertimbangan Desain, Konsep Perkembangan dan Bermain

(Sumber : Waever, 2000) Keterangan: • = Berhubungan


(35)

5) Tantangan yang Aman, tantangan adalah resiko yang dapat dilihat oleh anak dan memilih untuk dilakukan atau tidak. Anak – anak harus mengambil resiko untuk menantang keterampilan dan keberanian mereka. (Play For All Guidelines, 1992 dalam Weaver, 2000). (Gambar 2.5)

Gambar 2.5 Tantangan yang Aman (Sumber : Physical Education, 2009)

6) Tantangan yang Meluluskan, tantangan yang aman harus ideal bagi anak dan memiliki beberapa level kesulitan untuk setiap kegiatannya seperti balok/papan keseimbangan dan jaring kargo dengan berbagi ketinggian. (Gambar 2.6)

Gambar 2.6 Tantangan yang Meluluskan (Sumber : Physical Education, 2009)


(36)

7) Pengalaman Ruang, lansekap harus menyediakan bagian yang melatih anak mengenai tempat, seperti diatas/dibawah, didalam/diluar, ke atas/ke bawah, kanan/kiri, kedalaman, dan arah. Jenis elemen ruang adalah tempat yang tinggi untuk melihat berbagai kegiatan, ruang dengan ukuran yang berbeda untuk merangkak, naik, turun, melewati sesuatu, tempat untuk jatuh, melompat dan mendarat dengan aman dan serangkaian pengalaman mendaki. (Gambar 2.7)

Gambar 2.7 Pengalaman Ruang (Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

8) Mistery & Rasa Ingin Tahu, membiarkan anak – anak bertanya – tanya apa yang ada di depan atau di sudut untuk menambah pengalamannya. (Gambar 2.8)

Gambar 2.8 Misteri dan Rasa Ingin Tahu (Sumber : Acar, 2013)


(37)

9) Bukti Penyelesaian, penyelesaian yang dapat dibuktikan secara visual seperti memanjat sesuatu yang tinggi, dapat dilihat semua orang, suatu tanda pada titik penyelesaian seperti bell atau lonceng, atau dapat melihat sesuatu yang hanya bisa dilihat dari ketinggian (Play For All Guidelines, 1992 dalam Weaver 2000). (Gambar 2.9)

Gambar 2.9 Bukti Penyelesaian

(Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)

10)Kelanjutan Pengalaman, memberikan kesempatan bagi anak untuk melanjutkan pengalamannya dari rumah ke sekolah, seperti permainan puzzle, buku mewarnai harus tersedia. (Gambar 2.10)

Gambar 2.10 Kelanjutan Pengalaman (Sumber : Physical Education, 2009)


(38)

11)Landmark yang Permanen, memberikan keakraban, keamanan dan identitas. Menjadi focal point dan sebagai orienatasi atau penanda arah bagi anak – anak. (Gambar 2.11)

Gambar 2.11 Landmark yang Permanen

(Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)

12)Keanekaragaman dalam Lanskap, karena kebutuhan seiring perkembangan anak selalu berubah – ubah, lansekap harus dapat mengakomodasinya. Menyusun ulang, memutar atau memindakan elemen – elemen taman adalah salah satu cara agar lanskap menjadi tetap “baru” bagi anak – anak. (Gambar 2.12)

Gambar 2.12 Keanekaragaman dalam Lanskap (Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

13)Interaksi Sosial, elemen lansekap yang mendorong interaksi sosial untuk kelompok yang berbeda ukuran harus disediakan. Contohnya meliputi bangku


(39)

yang berkelompok, daerah duduk yang tertutup, dan tempat kecil yang terlindungi. (Gambar 2.13)

Gambar 2.13 Interaksi Sosial

(Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

14)Berbagai Ukuran Ruang Sosial, merekomendasikan ruang dalam lansekap dengan furniture ukuran anak – anak, serta area privat, semi-privat, dan publik bagi anak – anak untuk berinteraksi. (Gambar 2.14)

2.14 Berbagai Ukuran Ruang Sosial (Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

15)Retret dan Titik Pemisah, memberikan tempat bagi anak – anak untuk, memikirikan mimpi mereka, menjauh dari tekanan luar, atau menonton sebuah kelompok bermain dari kejauhan, jika mereka memilih untuk tidak ikut – ikutan. (Gambar 2.15)


(40)

Gambar 2.15 Retret dan Titik Pemisah

(Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)

16)Ruang yang Tidak Terdefinisi, bidang yang tidak memiliki tujuan tertentu dapat menjadi apa pun yang diinginkan anak, sehingga mendorong imajinasinya dalam bermain. Ruang terbuka harus cukup besar, bahkan untuk menampung permainan yang paling enerjik sekalipun.

17)Lingkungan Alam, anak – anak sebaiknya harus dapat berdekatan dengan berbagai vegetasi dan satwa liar di habitatnya. (Gambar 2.16)

Gambar 2.16 Lingkungan Alam (Sumber : Acar, 2013)

18)Berbagai Skala (untuk item buatan), unsur pendukung lansekap harus menggunakan item dengan skala anak – anak. Contohnya tempat duduk dan pancuran air minum. Di lingkungan sekolah penting bahwa segala furnitur dapat di akses oleh anak – anak dari segala ketinggian.


(41)

2.5 Kriteria Desain Lanskap Sekolah Dasar

Sebuah organisasi yang memperhatikan fasilitas pada ruang luar sekolah dasar umum tahun 2010 di Columbia, 21st Century School Fund, mengidentifikasikan elemen kunci dari halaman sekolah yang sehat, aman dan kaya akan ilmu. Kualitas halaman sekolah merupakan tempat yang sangat penting bagi sekolah dasar karena aktifitas di ruang luar sangat penting untuk pertumbuhan, kesehatan, pendidikan dan kesenangan anak-anak (21st Century School Fund, 2011) (Gambar 2.17). Halaman sekolah yang baik di dukung oleh beberapa hal, yaitu perkembangan anak yang sehat, pembelajaran yang berkualitas, pemenuhan kebutuhan komunitas dan lingkungan yang berkelanjutan.

Gambar 2.17 Pelajar di Halaman Sekolah yang Baik (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

2.5.1 Perkembangan Anak yang Sehat

Area luar ruangan yang menarik mendukung pertumbuhan yang sehat dengan menyediakan berbagai cara untuk mendorong anak-anak untuk terlibat dalam permainan yang berhubungan dengan panca indra, permainan sosial, permainan yang berhubungan dengan khayalan, gerakan yang aktif dan menjelajahi lingkungan alami.


(42)

a. Permainan yang Berhubungan dengan Panca Indra

Anak-anak menikmati ketika mereka menggunakan sentuhan, penglihatan, penciuman, rasa dan pendengaran saat mereka bermain dengan aktif. Berbagai peralatan bermain yang berbeda, tekstur permukaan, pohon, semak dan tanaman mengajak anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan mereka dan sesuai dengan kemampuan mereka. (Gambar 2.18)

Gambar 2.18 Area Bak Pasir (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

b. Permainan Sosial

Permainan sosial yang tidak serius sangat penting untuk perkembangan yang sehat. Permainan kreatif dengan “aturan-anak” yang dinegosiasikan dan bentuk kerja sama yang sama pentingnya dengan olahraga tim yang teroganisir. (Gambar 2.19)


(43)

Gambar 2.19 Waktu Bermain yang Bebas (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

c. Permainan yang Berhubungan dengan Khayalan

Tempat yang mengajak anak-anak dalam permainan fantasy dapat meningkatkan keterampilan seperti kreaktivitas, komunikasi dan pemecahan masalah. Halaman sekolah dapat menciptakan permainan imajiner dengan fitur yang dapat memunculkan imajinasi tetapi tidak terlalu di rancang, meninggalkan banyak ruang dan material untuk improvisasi. (Gambar 2.20)

Gambar 2.20 Fitur-fitur untuk Memanjat atau Tempat Duduk (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

d. Gerakan yang Aktif

Akibat tingkat obesitas di kalangan anak-anak semakin meningkat, waktu bermain dengan aktif menjadi sangat penting. Guru akan lebih sering


(44)

membawa anak-anak ke luar ruangan ketika halaman sekolah menarik untuk dikunjungi. Selain jenis permukaan yang kasar untuk kegiatan lompat tali dan basket, penting untuk memiliki daerah berumput untuk olah raga lapangan yang terorganisir atau hanya permainan yang tidak serius. (Gambar 2.21)

Gambar 2.21 Permainan Ayunan (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

e. Menjelajahi Lingkungan Alami

Setiap anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai jenis rumput, semak, tanaman, serangga, pohon dan bahan-bahan alami yang ditanam dengan sebaik-baiknya di halaman sekolah. (Gambar 2.22)

Gambar 2.22 Kebun Bunga Liar dan Rak-rak Tanaman (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)


(45)

2.5.2 Pembelajaran yang Berkualitas

Kegiatan di luar ruangan dapat memperluas pengalaman belajar dan mendorong permainan yang tidak terstruktur dan interaksi sosial. Ruang luar harus di gunakan secara teratur untuk kegiatan-kegiatan kelas di ruang luar, pendekatan ilmu lingkungan, kebun sekolah dan pembelajaran mengenai gizi dan pendidikan jasmani. Kegiatan di luar ruangan juga berkontribusi terhadap pembelajaran dangan meningkatkan fokus dan perhatian anak-anak setelah mereka kembali ke dalam ruangan.

a. Pembelajaran di Luar Ruang

Ruang kelas di luar dibutuhkan untuk berbagai kegiatan yang dibimbing oleh guru yang membutuhkan ruangan lebar dan tidak sesuai untuk di dalam ruangan, seperti percobaan sains, proyek seni atau pembelajaran langsung ilmu lingkungan. Siswa juga menikmatin memiliki tempat yang tenang untuk membaca dengan bebas, menulis atau menggambar. Ruang di luar dapat juga menampung kegiatan acara theater dan drama yang tidak terencana. (Gambar 2.23)

Gambar 2.23 Ruang Kelas di Luar (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)


(46)

b. Ilmu Lingkungan

Pengajaran ilmu lingkungan yang efektif sering berisi tentang pengalaman ruang luar yang rumit. Hanya ada beberapa contoh yang mempelajari perkembangan tanaman atau pengamatan serangga atau pembelajaran tentang erosi. (Gambar 2.24)

Gambar 2.24 Pelajaran Pembiakan Lebah (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

c. Pendidikan Fisik

Ruang atletik yang baik merupakan komponen penting sekolah. Berpartisipasi dalam olahraga yang teroganisir dapat menguntungkan bagi anak-anak karena dapat membangun pondasi yang menyehatkan untuk hidupnya kelak. Permainan dengan tim yang teroganisir memberikan nilai lebih yang dapat digunakan anak di tempat bekerjanya saat mereka dewasa.


(47)

Gambar 2.25 Jalur Lari Kecil dan Lapangan Voly (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

d. Kebun Sayur Sekolah

Kebun sekolah adalah cara yang menyenangkan untuk anak-anak dan keluarga untuk menghargai bagaimana makanan tumbuh. Ketika anak memiliki kesempatan untuk menanam dan memanen buah-buahan dan sayuran, mereka mendapatkan pembelajaran langsung mengenai gizi dan mulai memahami pentingnya pertanian. (Gambar 2.26)

Gambar 2.26 Memelihara Rak-rak Kebun dengan Gang yang Lebar (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

e. Desain Tempat Bermain untuk Semua Kalangan

Berbagai kegiatan di halaman sekolah sangat penting bagi semua anak, termasuk anak-anak dengan cacat fisik. Area bermain dan ruang kelas di luar


(48)

dengan perbedaan jarak yang rendah dapat menampung semua anak. (Gambar 2.27)

Gambar 2.27 Area Bermain yang Mudah di Akses (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

2.5.3 Pemenuhan Kebutuhan Komunitas

Halaman sekolah yang berkualitas tinggi dapat berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan komunitas masyarakat. Halaman tersebut dapat menyediakan ruang hijau, matahari, keteduhan dan habitat alami yang menyenangkan bagi masyarakat sekitar yang dekat dengan sekolah. Sekolah penting sebagai dengan taman masyarakat, kebun masyarakat dan tempat pertemuan masyarakat sekitar. (Gambar 2.28)

Halaman sekolah dasar adalah sebuah cerminan dari sebagian besar lingkungan sekitar. Tempat tersebut sering berfungsi sebagai pusat untuk kegiatan masyarakat dengan menggunakannya setelah pulang sekolah atau akhir pekan, menyediakan ruang terbuka publik untuk anak-anak, remaja dan masyarakat dari segala usia.


(49)

Gambar 2.28 Latihan Baseball di Minggu Sore (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

Halaman sekolah yang terawat dapat menarik pengguna yang bertanggung jawab dalam membantu memastikan keselamatan publik. Sekolah dengan daerah bermain di luar yang terlihat dari jalan secara tidak langsung dapat diawasi oleh lingkungan sekitar dan menjadi tempat yang aman. (Gambar 2.29)

Gambar 2.29 Pohon Peneduh Tempat Bermain (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

Halaman sekolah adalah komponen inti yang penting dalam infrastruktur sebuah kota. Hal tersebut di sebabkan tersedianya ruang terbuka publik di daerah perkotaan yang padat perkembangannya, seperti meningkatkan kualitas udara, menyediakan kesempatan untuk berekreasi dan hingga dapat meningkatkan taraf hidup. (Gambar 2.30)


(50)

Gambar 2.30 Deretan Rumah, Jalan dan Area Parkir di Sekitar Sekolah (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

2.5.4 Lingkungan yang Berkelanjutan

Masyarakat bisa meningkatkan halaman sekolah dengan merancang proses untuk menciptakan dan memelihara halaman sekolah yang berkualitas. Halaman sekolah yang berkualitas tinggi muncul bersamaan ketika orang tua, guru dan anggota masyarakat menanamkan niat untuk meningkatkan sekolah beserta lingkungannya. Proses tersebut dapat dilakukan dengan menilai sekolah yang ada, membayangkan kualitas halaman sekolah yang ingin di capai, mengembangkan dan merencanakan halaman sekolah yang berkualitas dengan master plan, melaksanakannya, dan memelihara halaman sekolah yang telah di bangun bersama-sama. Pemeliharaan yang terorganisir dapat di lakukan oleh masyarakat itu sendiri atau dengan bantuan relawan yang telah dikoordinasi. (Gambar 2.31)


(51)

Gambar 2.31 Menanam Pohon di Tempat Baru (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

2.6 Kesimpulan

Dari kajian literatur di dapat bahwa beberapa kualitas elemen lansekap yang dapat mengakomodasi akifitas anak di sekolah dasar untuk mendukung perkembangan fisik, perkembangan kognitif dan sosial anak dapat dilihat dari jenis material keras dan lunak yang ada di lingkungan sekolahnya, seperti gambar dan penanda, elemen yang digunakan untuk bermain, elemen yang menambah kreatifitas dan elemen yang mendorong interaksi sosial, seperti jenis perabot/ruang luar yang digunakan untuk beraktifitas, ukuran perabot/ruang luar, letak dan bentuk perabot.


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian perilaku karena penekanannya lebih kepada interaksi antara manusia dan ruang, sehingga menggunakan konsep seting perilaku (behavioral setting), yaitu interaksi antara suatu kegiatan dengan tempat yang spesifik untuk menemukan pola perilaku yang terkait dengan unsur-unsur fisik atau seting yang ada (Haryadi & Setiawan, 2010).

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Pemilihan metode kualitatif dikarenakan penelitian ini termasuk penelitian mengenai lingkungan perilaku yang menyajikan data secara deskriptif berupa tulisan dari pengamatan terhadap orang-orang dan perilaku yang dijadikan bahan penelitian (Bogdan & Taylor dalam Moleong, 2005). Metode penelitian ini juga digunakan oleh Taguchi & Kishimoto (2012) saat meneliti aktifitas anak di sekolah.

3.2 Variabel dan Metode Pengumpulan Data 3.2.1 Data Primer

Pada penelitian beberapa jenis data primer yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut :


(53)

1) Data Fisik, variabel-variabel yang ingin diperoleh mengenai kualitas lansekap yang ada di sekolah dasar berupa :

− Site plan atau peta sekolah

− Jenis-jenis material perkerasan di halaman sekolah

− Jenis-jenis tanaman di halaman sekolah

− Jenis-jenis perabot lansekap yang ada di halaman sekolah

− Ukuran/dimensi sekolah (jika tidak tersedia data sekunder).

Metode yang dilakukan untuk mendapat data ini ialah dengan metode observasi di lapangan dengan cara mencatat, merekam, mengambil gambar-gambar yang diperlukan dalam penelitian.

2) Data Perilaku, data yang ingin diperoleh adalah semua kegiatan yang ada di dalam setting, dalam penelitian ini setting adalah halaman sekolah, yang dilakukan oleh pelaku pada waktu-waktu tertentu. Data perilaku diperoleh dengan menggunakan metode pemetaan perilaku (behavioral mapping). Metode pemetaan perilaku dilakukan dengan cara mengamati dan menggambarkan dalam bentuk sketsa atau diagram semua kegiatan yang ada di dalam setting (Sommer dalam Haryadi & Setiawan, 2010). Data perilaku ini diperoleh saat anak sekolah melakukan aktifitas di luar ruangan, seperti selasar dan halaman sekolah, yaitu saat istirahat dan saat pulang sekolah. Cara-cara yang dilakukan dengan metode pemetaan perilaku ialah pemetaan berdasarkan tempat (Place-centered) dan pemetaan berdasarkan pelaku (Person-centered).


(54)

− Pemetaan berdasarkan tempat (Place-centered), data yang ingin diperoleh adalah apa saja aktifitas dan siapa saja yang melakukan aktifitas di tempat tersebut. Pemetaan ini dilakukan dengan cara membuat sketsa dari denah sekolah meliputi seluruh unsur fisik yang ada pada sekolah tersebut. Setelah itu membuat daftar perilaku yang akan diamati serta menentukan simbol atau tanda dari setiap perilaku. Kemudian dalam kurun waktu tertentu, mencatat berbagai perilaku yang terjadi di halaman sekolah dengan menggambarkan simbol pada peta yang telah disiapkan.

− Pemetaan berdasarkan pelaku (Person-centered), data yang ingin diperoleh dari pemetaan ini adalah di mana saja pelaku melakukan aktifitasnya. Pertama-tama dilakukan dengan memilih sampel yang akan diamati dan mengikuti pergerakan dan aktifitas yang dilakukan oleh sampel sambil menggambarkan simbol dari setiap perilaku di peta dasar. Pemilihan sampel menggunakan metode stratified random sampling yaitu memilih sampel berdasarkan tingkatan kelasnya (Sinulingga, 2011). Dari masing-masing kelas akan di pilih sampel secara random sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan. Jumlah sampel menurut Gay & Diehl (1992) yang hasilnya dapat diterima dalam suatu penelitian deskriptif ialah min.10% dari populasi.

− Latar Belakang Sosial, berupa data-data latar belakang sosial pelaku, seperti jenis kelamin, umur, alamat dan sebagainya. Data ini dapat


(55)

dengan wawancara langsung dengan responden yang menjadi sampe pada saat pemetaan perilaku berdasarkan pelaku.

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder yang ingin diperoleh pada penelitian ini berupa studi literatur yang diperoleh dengan cara membaca literatur yang berkaitan dengan elemen lansekap, teori perkembangan anak dan karakteristik anak usia sekolah dasar. Data peta yang dibutuhkan untuk menunjukan lokasi kawasan penelitian seperti peta kota medan, peta sekolah (jika tersedia), data populasi sekolah, dan data-data yang diperlukan lainnya.

3.3 Kriteria Kawasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini kriteria sekolah dasar yang dapat dijadikan kawasan penelitian adalah sekolah dasar negeri ataupun swasta favorit di Kota Medan dan sekolah yang memiliki kelengkapan halaman/lansekap sekolah yang baik, seperti adanya lapangan olah raga/lapangan upacara dan area terbuka untuk bermain.

3.4 Kawasan Penelitian

Dari kriteria kawasan penelitian maka sekolah dasar (SD) yang dipilih adalah SD Al-Fityan di Jl. Keluarga, SD Harapan 1 di Jl. Imam Bonjol, SD Percobaan Negeri di Jl. Sei Petani dan SDN 060901 di Jl. Mongonsidi.


(56)

Gambar 3.1 Peta Kota Medan (Sumber : Google Map, 2014)

Gambar 3.2 Peta Area Kawasan Penelitian (Sumber : Google Map, 2014) Universitas Sumatera Utara


(57)

Jumlah siswa di SD Al-Fityan Medan adalah 421 siswa (Data Sekunder di olah, 2014), maka jumlah sampel yang akan diambil ialah 42,1 dibulatkan menjadi 48, agar dapat dibagi rata ke 6 tingkatan kelas. Setiap tingkatan diambil 8 sampel yang terdiri dari 4 sampel laki-laki dan 4 sampel perempuan. Jumlah siswa di SD Harapan 1 Medan adalah 568 siswa (Data Sekunder di olah, 2014), maka jumlah sampel yang akan di ambil ialah 56,8 dibulatkan menjadi 60. Setiap tingkatan kelas di ambil 10 sampel yang terdiri dari 5 sampel laki-laki dan 5 sampel perempuan.

Jumlah siswa di SD Percobaan Negeri Medan adalah 955 siswa (Data Sekunder di olah, 2014), maka jumlah sampel yang akan diambil ialah 95,5 dibulatkan menjadi 96. Setiap tingkatan kelas di ambil 16 sampel yang terdiri dari 8 sampel laki-laki dan 8 sampel perempuan. Dan yang terakhir adalah SDN 060901 Medan yang memiliki jumlah 275 siswa (Data Sekunder di olah, 2014), maka jumlah sampel yang akan di ambil ialah 27,5 dibulatkan menjadi 30. Setiap tingkatan kelas di ambil 5 sampel, namun dikarenakan jumlah sampel laki-laki dan perempuan harus sama, jumlah sampel menjadi 6 di setiap tingkatan dengan 3 sampel laki-laki dan 3 sampel perempuan.

Dari perhitungan jumlah sampel diatas didapatkan jumlah seluruh sampel yang dibutuhkan dari SD Al-Fityan (48 sampel), SD Harapan 1 (60 sampel), SD Percobaan Negeri (96 sampel) dan SDN 060901 (36 sampel) adalah sebanyak 240 sampel/responden.


(58)

3.5 Metoda Analisa Data

Sebelum melakukan analisa data, tahapan-tahapan penelitian ini dimulai dengan melakukan penelitian terhadap data-data sekunder berupa data kepustakaan mengenai teori perkembangan anak, teori mengenai karakteristik anak sekolah dasar, teori mengenai elemen-elemen lansekap dan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan hubungan lansekap dan anak.

Pada tahap pelaksanaan dilakukan observasi di lokasi penelitian yang diperkuat dengan foto untuk validasi data, pembuatan sketsa atau diagram pemetaan perilaku pada sampel terhadap setting, mencari data populasi di kawasan penelitian dan melakukan wawancara kepada sampel penelitian. Jika semua data yang diperlukan sudah terkumpul, selanjutnya dilakukan pengelompokan data untuk di analisa.

Metode yang digunakan dalam menganalisa data berupa deskripsi mengenai data-data yang diperoleh. Dari data-data fisik yang diperoleh, peneliti akan mendeskripsikan hasil pemetaan sekolah dan kualitas dari jenis-jenis material, jenis-jenis pohon, dan jenis-jenis perabot yang ada di halaman sekolah serta bagaimana anak menggunakan elemen-elemen lansekap tersebut. Dari data-data perilaku pada pemetaan berdasarkan tempat peneliti akan menguraikan kecendrungan pengelompokkan aktifitas-aktifitas apa saja yang dilakukan pada setting dan bagaimana elemen lansekap yang berhubungan dengan aktifitasnya saat istirahat dan pulang sekolah.

Pada pemetaan berdasarkan pelaku peneliti akan menguraikan tempat-tempat mana saja yang paling sering dijadikan oleh anak sebagai tempat-tempat ia


(59)

melakukan aktifitasnya di luar ruangan dan elemen-elemen lansekap apa yang berhubungan dengan aktifitasnya saat istirahat dan pulang sekolah. Dari data latar belakang sosial, peneliti akan mengelompokkan tempat-tempat anak beraktifitas sesuai dengan latar belakang sosialnya, seperti umur dan tingkatan kelas.

Dari hasil analisa data peneliti mendeskripsikan elemen-elemen lansekap yang sesuai dengan beberapa kegiatan-kegiatan favorit anak saat di luar ruangan, tempat-tempat yang dijadikan anak sebagai lokasi aktifitasnya dan elemen-elemen lansekap apa saja yang dapat mendukung aktifitas di tempat tersebut serta pada saat apa saja aktifitas-aktifitas tersebut dilakukan.

3.6 Kesimpulan

Dari penjabaran mengenai metodologi di atas dapat di ambil kesimpulan mengenai metodologi penelitian yang akan dilakukan untuk penelitian ini seperti dalam Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Jenis Data dan Metodologi

No. Jenis Data Metodologi

1

Data Fisik :

- Site plan sekolah dan ukuran/dimensi

- Jenis-jenis material perkerasan - Jenis-jenis tamanam

- Jenis-jenis perabot lansekap

Observasi

2

Data Perilaku :

Segala jenis kegiatan-kegiatan yang ada di setting dan pelakunya

Pemetaan Perilaku (Behavioral Mapping) : pemetaan berdasarkan

tempat dan berdasarkan pelaku 3

Lata Belakang Sosial :

Nama, Jenis Kelamin, Umur, Tingkatan kelas, Alamat.

Wawancara

4

Data Sekunder :

Teori elemen-elemen lansekap, teori perkembangan anak, teori karakteristik anak sekolah dasar,

Dari literatur dan data yang telah tersedia


(60)

penelitian-penelitian yang behubungan dengan lansekap dan

anak, peta medan, peta sekolah (jika tersedia), data populasi siswa

3.7 Pedoman Wawancara

Pertanyaan yang akan diajukan pada responden ialah sebagai berikut : 1) Nama, Umur, Kelas dan Alamat responden.

2) Apa dan dimana saja aktifitas yang di lakukan saat di luar kelas ? 3) Kapan biasanya responden beraktifitas di luar kelas ?

4) Dengan siapa responden melakukan aktifitas ?

5) Apa yang dipertimbangkan responden saat memilih tempat untuk beraktifitas ?


(61)

BAB IV

DESKRIPSI KAWASAN KAJIAN

4.1 Sekolah Dasar Negeri 060901 Medan

Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060901 Medan berada di Jl. Mongonsidi No. 65, Kecamatan Medan Polonia Medan. Bagian utara sekolah berbatasan dengan Jl. Mongonsidi yang merupakan pintu (pagar) masuk sekolah, bagian timur dan barat berbatasan dengan pertokoan, dan bagian selatan berbatasan dengan rumah penduduk (Gambar 4.1). Luas lahan sekolah lebih kurang 1.950 m2.

Gambar 4.1 Lokasi SDN 060901 Medan (Sumber : Data Primer di olah)

Bentuk fisik gedung sekolah ini berbentuk letter “U” yang berorientasi ke arah Utara (Jl. Mongonsidi). Bagian memanjang merupakan bangunan 1 lantai dan bagian pendek merupakan bangunan 2 lantai (Gambar 4.2). Pembagian ruang pada gedung sekolah ini terdiri dari kelas I-A, kelas I-B, kelas II-A, kelas II-B,


(62)

kelas III-A, kelas III-B, kelas IV-A, kelas IV-B, kelas V-A, kelas V-B, kelas VI-A, kelas VI-B, Ruang Agama, Kantor Kepala Sekolah, Kantor Tata Usaha, Kantor Guru, KM Pria, KM Wanita dan Rumah Penjaga Sekolah di lantai 1, serta pada lantai 2 hanya ada Aula Sekolah.

Gambar 4.2 Bentuk Fisik SDN 060901 Medan (Sumber : Data Primer di olah dan Dokumentasi Pribadi)

Halaman sekolah yang di lapisi oleh paving blok berfungsi sebagai tempat upacara, tempat berolah raga (senam) dan tempat beraktifitas siswa saat di luar

1 Lantai 2 Lantai

8m 4m


(63)

kelas memiliki luas lebih kurang 700 m2. Beberapa jenis tanaman penghijau berupa pohon dan bunga di tanam di sekeliling halaman. Terdapat tiang bendera pada bagian selatan halaman, kantin dan kamar mandi penjaga yang di buat semi permanen pada bagian kanan utara halaman dan bagian kiri utara halaman dijadikan area parkir mobil dan sepeda (Gambar 4.3).

Sekolah ini melakukan kegiatan belajar-mengajar yaitu dari hari senin sampai dengan sabtu. Jadwal sekolah di mulai masuk pada jam 07.30. Siswa kelas 1 pulang jam 09.30 bersamaan dengan istirahat pertama pada jam 09.30-09.45. Siswa kelas 2 pulang jam 11.00 dan bersamaan juga dengan istirahat kedua pada jam 11.00-11.15. Hari senin sampai kamis kelas 3 sampai kelas 6 pulang sekolah pada jam 12.45, sedangkan pada hari jumat dan sabtu kelas 2 sampai kelas 6 pulang pada jam 11.00.


(64)

Gambar 4.3 Site Plan SDN 060901 Medan (Sumber : Data Primer di olah dan Dokumentasi Pribadi)

4.2 Sekolah Dasar Percobaan Negeri Medan

Sekolah Dasar (SD) Percobaan Negeri berada di Jl. Sei Petani No. 19, Kelurahan Merdeka, Kecamatan Medan Baru, Medan. Bagian utara berbatasan dengan Jl. Sei Petani yang merupakan pintu masuk sekolah, bagian timur


(65)

berbatasan dengan Jl. D.I. Panjaitan yang terdapat pintu pagar belakang, bagian barat berbatasan dengan Kantor Dinas Pemuda dan Olah Raga dan bagian selatan berbatasan dengan rumah penduduk (Gambar 4.4). Luas lahan sekolah lebih kurang 2.313 m2.

Gambar 4.4 Lokasi SD Percobaan Negeri Medan (Sumber : Data Primer di olah)

Bentuk fisik gedung sekolah berbentuk letter “C” yang berorientasi ke arah timur (Jl. D.I. Panjaitan). Seluruh gedung merupakan bangunan 2 lantai (Gambar 4.5). Pembagian ruang pada gedung sekolah ini pada lantai 1 terdiri dari kelas 1-A/2-P, kelas 1-B/2-A, kelas 1-C/2-B, kelas 1-D/2-C, kelas 3-P, kelas 3-A, kelas 4 Akselerasi, kelas 5 Akselerasi, Laboratorium Komputer, Kantor Kepala Sekolah, Kantor Tata Usaha, Kantor Guru, Rumah Penjaga Sekolah, Kantin, KM Wanita, dan KM Pria. Lantai 2 terdiri dari kelas 3-B, kelas 4-A, kelas 4-B, kelas 4-C, kelas 4-D, kelas 5-A, kelas 5-B, kelas 5-C, kelas 6-A, kelas 6-B, kelas 6-C, Ruang Agama, dan Gudang.


(66)

Gambar 4.5 Bentuk Fisik SD Percobaan Negeri Medan (Sumber : Data Primer di olah dan Dokumentasi Pribadi)

Halaman sekolah yang menjadi orientasi bangunan memiliki luas lebih kurang 1.032 m2. Sama seperti SDN 060901 Medan, seluruh halaman tersebut juga di lapisi oleh paving blok dan berfungsi sebagai tempat upacara, tempat berolah raga dan tempat siswa melakukan aktifitas saat di luar kelas. Beberapa jenis pohon di tanam di sekeliling halaman dan berbagai jenis tanaman di dalam pot di letakkan di sekeliling pohon serta ada bangku-bangku taman yang di letakkan di bawah pohon.

2 Lantai


(67)

Pada bagian barat halaman terdapat tiang bendera beserta podium kecil di sampingnya. Bagian kanan utara sekolah di jadikan tempat parkir sepeda motor dan di depannya terdapat Musholla serta bagian kiri utara terdapat Ruang Perpustakaan yang bersebrangan dengan Musholla. Kedua ruangan ini terpisah dari gedung utama (Gambar 4.6).

Jadwal belajar-mengajar di sekolah ini di mulai pada jam 07.30 dari hari senin sampai dengan sabtu. Isitrahat pertama di mulai dari jam 09.30-09.45. Jam istirahat hanya berlaku bagi siswa kelas 3 sampai kelas 6 saja. Siswa kelas 1 pulang pada jam 10.15, bergantian kelas dengan siswa kelas 2 yang masuk pada jam 10.30. Istirahat kedua di mulai dari jam 10.40-10.55. Hari senin sampai dengan kamis siswa kelas 2 pulang jam 13.30 dan siswa kelas 3 sampai kelas 6 pulang jam 14.00. Hari jumat dan sabtu siswa kelas 2 sampai kelas 6 pulang jam 10.30.


(68)

Gambar 4.6 Site Plan SD Percobaan Negeri Medan (Sumber : Data Primer di olah)

4.3 Sekolah Dasar Harapan 1 Medan

Sekolah Dasar (SD) Harapan 1 merupakan salah satu SD swasta dari Yayasan Pendidikan Harapan (Yaspendar) Medan yang berada di Jl. Imam Bonjol


(69)

berbatasan dengan Gedung Keuskupan Agung Medan, bagian timur berbatasan dengan Jl. Samanhudi yang merupakan pintu belakang gedung Yaspendar, bagian barat berbatasan dengan TK Bhayangkari Medan, dan bagian barat berbatasan dengan Jl. Imam Bonjol yang merupakan pintu masuk utama ke gedung Yaspendar (Gambar 4.7). Luas lahan Yaspendar mencapai lebih kurang 1 ha.

Gambar 4.7 Lokasi Sekolah Yaspendar Medan (Sumber : Data Primer di olah)

Pendidikan di Yaspendar sendiri terdiri dari TK, SD, SMP, SMA, Sekolah Tinggi, dan Akademi di dalam satu gedung yang terdiri dari 3 sampai 4 lantai dan aula yang merupakan bangunan 2 lantai pada bagian tengah area. Ada 2 SD di Yaspendhar, yaitu SD Harapan 1 dan SD Harapan 2. Lokasi SD Harapan 1 yang menjadi kawasan penelitian berada di bagian utara dan barat gedung Yaspendar yang berada di lantai 1 dan lantai 2 (Gambar 4.8). Bagian timur gedung


(70)

Yaspendar adalah area SD Harapan 2 dan Kantin dan bagian selatan gedung Yaspendar merupakan area SMP, SMA, Sekolah Tinggi, Akademi dan Kantor Yayasan. SD Harapan 1 dapat di akses melalui pintu utama gedung Yaspendar yang ada di bagian barat gedung dan pintu samping yang ada di bagian utara gedung di dekat pos satpam.

Gambar 4.8 Lokasi SD Harapan 1 Medan (Sumber : Data Primer di olah)

Bentuk fisik sekolah ini berbentuk letter “L” yang berorientasi ke arah selatan (Gambar 4.9). Pembagian ruang di SD Harapan 1 lantai 1 terdiri dari kelas 1-A, kelas 1-B, kelas 1-C, kelas 2-A, kelas 2-B, kelas 2-C, kelas 3-A, kelas 3-B dan Kantor Pengurus Administrasi. Lantai 2 terdiri dari kelas 3-C, kelas 4-A, kelas 4-B, kelas 4-C, kelas 5-A, kelas 5-B, Kelas 5-C, kelas 6-A, kelas 6-B, kelas 6-C, Kantor Kepala Sekolah, Kantor Guru, KM Pria, KM Wanita dan Gudang.


(71)

Gambar 4.9 Bentuk Fisik SD Harapan 1 Medan (Sumber : Data Primer di olah dan Dokumentasi Pribadi)

Halaman sekolah di sekeliling gedung aula yang berada di tengah-tengah gedung Yaspendar memiliki luas lebih kurang 900 m2. Halaman menggunakan perkerasan semen dan berfungsi sebagai lapangan upacara SD Harapan dan tempat siswa beraktifitas saat berada di luar kelas. Hanya ada beberapa jenis pohon yang di tanam di sekeliling halaman dan beberapa pot bunga yang di letakkan di halaman dan di selasar. Tangga yang membedakan level halaman dan gedung di jadikan sebagai tempat duduk oleh siswa dan orang tua murid yang ada di situ.

Gedung Aula yang berada di tengah-tengah halaman merupakan gedung 2 lantai dan dihubungkan oleh sebuah jembatan koridor yang berada di bagian SD Harapan 2. Ada sebuah tempat pada bagian selatan gedung dimana terdapat beberapa pot bunga milik SMA Harapan 1. Pada bagian utara halaman terdapat

2 Lantai

12m 16m


(72)

tiang bendera. Kantin sekolah ini berada di bagian timur (belakang) sekolah. (Gambar 4.10)

Jadwal kegiatan belajar-mengajar di sekolah ini dari kelas 1 sampai kelas 6 di mulai pada jam 07.30, istirahat pertama pada jam 09.30 selama 30 menit hingga 10.00, istirahat kedua pada jam 11.30 juga selama 30 menit sampai jam 12.00. Pada hari senin sampai kamis, dan sabtu, seluruh siswa pulang pada jam 14.00 dan pada hari jumat siswa pulang pada jam 12.00.


(73)

Gambar 4.10 Suasana di Halaman SD Harapan 1 Medan

Area Kantin Area Kantin Area Kantin Area Sirkulasi Bagian Selatan Halaman

Area Halaman Upacara SD Harapan 1

Gedung Aula

Jembatan ke Aula


(74)

4.4 Sekolah Dasar Al-Fityan Medan

Sekolah Dasar (SD) Fityan berada di dalam komplek Yayasan Al-Fityan Schools Medan (Al-Al-Fityan) di Jl. Keluarga, Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang, Medan. Bagian utara berbatasan dengan rumah penduduk, bagian timur berbatasan dengan Komplek Kavlerei Kodam, bagian selatan berbatasan dengan Jl. Komplek Kavleri dan bagian barat berbatasan dengan Jl. Keluarga yang merupakan pintu masuk utama ke Al-Fityan (Gambar 4.11). Luas lahan Al-fityan lebih kurang 12.000m2.

Gambar 4.11 Lokasi Sekolah Al-Fityan Medan (Sumber : Data Primer di olah)

SD Al-Fityan yang menjadi kawasan penelitian terletak di tengah komplek Al-Fityan dengan bentuk fisik berupa gedung tunggal yang terdiri dari 3 lantai dan berorientasi ke arah utara (Gambar 4.12). Bagian utara dan selatan SD Al-Fityan


(75)

berbatasan dengan lapangan, bagian timur berbatasan dengan Gedung Asrama dan bagian barat berbatasan dengan Gedung Administrasi Yayasan (Gambar 4.13).

Pembagian ruang di gedung SD Al-Fityan di lantai 1 terdiri dari kelas 1-A, kelas 1-B, kelas 2-A, kelas 2-B, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Tata Usaha dan Ruang Bimbingan Konseling. Ruangan di lantai 2 terdiri dari kelas A, kelas 3-B, kelas 3-C, kelas 4-A, kelas 4-3-B, Ruang Guru, Laboratorium dan Perpustakaan. Pada lantai 3 pembagian ruang terdiri dari kelas 4-C, kelas 5-A, kelas 5-C, kelas 6-A, kelas 6-B, kelas 6-C, Ruang Guru, dan Gudang.

Gambar 4.12 Bentuk Fisik Gedung SD Al-Fityan Medan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

3 Lantai

12m SD

Lap. Kecil

TK Lap. Besar

SMP SMA 16m


(76)

Halaman atau lapangan yang ada di sekolah Al-Fityan adalah Lapangan Besar dan Lapangan Kecil (Gambar 4.14). Lapangan yang ada di depan gedung SD merupakan lapangan kecil yang memiliki luas lebih kurang 315 m2. Halaman tersebut berfungsi sebagai tempat upacara SD Al-Fityan dan tempat aktifitas siswa

Gambar 4.13 Site Plan Sekolah Al-Fityan Medan (Sumber : Data Primer di olah)


(77)

lapangan kecil. Halaman yang ada di belakang SD Al-Fityan merupakan lapangan yang lebih besar yang memiliki luas lebih kurang 1.688 m2. Lapangan besar ini berfungsi sebagai tempat upacara SMP dan SMA Fityan atau seluruh siswa Al-Fityan saat hari-hari tertentu seperti upacara kemerdekaan sehingga terdapat podium dan tiang bendera di bagian selatan halaman.

Gambar 4.14 Lapangan Kecil (Kiri) dan Lapangan Besar (Kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Lapangan kecil dan lapangan besar menggunakan perkerasan semen karena berfungsi juga sebagai lapangan olah raga, seperti futsal. Di sekeliling lapangan kecil dilapisi oleh perkerasan dari paving blok beberapa bagian di beri rumput dan pohon kecil. Saat pulang sekolah lapangan ini di jadikan tempat parkir mobil orang tua siswa yang datang menjemput. Pada lapangan besar terdapat bangku dan beberapa jenis pohon yang di tanam di sekelilingnya. Bagian pinggir lapangan ini juga di jadikan tempat parkir mobil guru atau pegawai sekolah (Gambar 4.15). Selain lapangan, fasilitas yang ada di sekolah ini antara lain Mesjid, Pendopo, Gedung Hall (Aula) dan Kantin (Gambar 4.16).


(78)

Gambar 4.15 Parkir di Lapangan Kecil (Kiri) dan Lapangan Besar (Kanan) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.16 Fasilitas yang Ada di Sekolah Al-Fityan Medan (Sumber : Data Primer di olah dan Dokumentasi Pribadi)


(79)

Jadwal kegiatan belajar-mengajar di sekolah ini dari kelas 1 sampai kelas 6 di mulai pada jam 07.30 dari hari senin sampai dengan hari jumat. Istirahat pertama pada jam 10.00 selama 30 menit hingga 10.30, istirahat kedua pada jam 11.45 siswa makan siang dan melaksanakan sholat dzuhur secara berjama’ah sehingga waktu istirahat lebih lama yaitu sampai jam 13.00. Pada hari senin sampai jumat siswa kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 pulang pada jam 13.30, sedangkan siswa kelas 4, kelas 5, kelas 6 hari senin sampai hari kamis pulang pada jam 15.30 dan hari jumat pulang pada jam 14.00. Hari sabtu siswa kelas 4, kelas 5 dan kelas 6 melakukan kegiatan ekstrakurikuler, sedangkan siswa kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 libur.


(80)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kualitas Elemen Lanskap

Setiap sekolah memiliki bentuk dan ukuran ruang luar atau halaman yang berbeda-beda. Begitu pula dengan jumlah dan jenis elemen lanskap yang ada di halaman tersebut. Dari hasil observasi data fisik, yang di peroleh mengenai lanskap di empat sekolah dasar di kota Medan, dapat dilihat ukuran halaman dan jenis elemen lanskap yang ada di halaman sekolah tersebut.

5.1.1 Sekolah Dasar Negeri 060901 Medan

Halaman Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060901 Medan memiliki luas lebih kurang 700 m2. Dari hasil observasi terdapat beberapa jenis elemen keras dan elemen lunak di halaman tersebut. Jenis elemen keras yang terdapat di halaman sekolah ini ialah paving blok, pot tanaman dan tempat sampah (Gambar 5.1).

Elemen keras yang pertama ialah paving blok. Paving blok di gunakan sebagai penutup seluruh halaman dengan bentuk segi enam. Elemen keras yang kedua ialah pot atau pelindung tanaman yang terbuat dari beton. Tempat tanaman ini berbentuk bulat dengan diameter sekitar 80 cm dan persegi dengan diameter sekitar 50 cm. Selain dari beton, ada beberapa tempat tanaman yang berbentuk ban mobil bekas dengan diameter 80 cm. Elemen keras yang terakhir ialah tempat sampah yang terbuat dari pas bata.


(1)

Rekomendasi desain di SD Harapan 1 Medan ialah menjadikan area di samping gedung aula menjadi area bermain anak. Area yang sebelumnya hanya berupa perkerasan semen saja dan beberapa pohon, di tambahkan beberapa jenis permainan yang mendukung tumbuh kembang anak serta penutup lantai berupa rumput. Sebuah playset dan bak pasir di letakkan di bagian utara area tersebut dengan beberapa pohon serta bangku setengah melingkar. Pada bagian dinding aula di letakkan beberapa gambar yang dapat menjadi penanda dan memberi pengetahuan bagi anak-anak.

Pada bagian selatan area terdapa beberapa alat permainan seperti papan keseimbangan dan papan untuk memanjat serta beberapa ban berwarna-warni yang dapat di jadikan permainan oleh anak-anak itu sendiri. Di bagian selatan ujung terdapat area berkebun yang pada awalnya memang merupakan tempat berbagai jenis bunga milik SMA Harapan 1, area tersebut dapat dimanfaatkan sebagai tempat anak mendapatkan pengetahuan mengenai tumbuhan dan tanaman secara langsung.

Lapangan upacara terletak di area yang sama seperti sebelumnya dengan jenis elemen lanskap perkerasan dan ditamba dengan lapangan futsal mini dan lapangan badminton agar dapat mendukung permainan olahraga anak saat beraktifitas di lapangan tersebut. Beberapa pohon peneduh di letakkan di pinggir halaman. Bagian pinggir halaman yang menjadi tempat favorit anak berupa tangga diberi atap fiber dengan tanaman merambat agar tidak basah saat hari hujan dan beberapa tempat sampah di sekitarnya di beri warna sehingga dapat menjadi elemen “penanda”.


(2)

6.2.4 SD Al-Fityan Medan

 Eksisting :

− Lapangan besar dan kecil digunakan sebagai tempat beraktifitas anak, seperti bermain, dan upacara.

− Terdapat bangku dan pohon di pinggir halaman besar dan di samping gedung yayasan

− Bagian samping gedung yayasan menjadi tempat duduk dan bermain anak-anak

 Masalah :

− Bentuk dan letak bangku di lapangan besar kurang mendukung untuk interaksi sosial anak

− Kurangnya elemen yang mengakomodasi tumbuh Gambar 6.7 Denah Eksisting Halaman SD Al-Fityan

Medan

Gambar 6.8 Rekomendasi Desain Halaman SD Al-Fityan Medan Area berkebun di depan gedung aula

menambah keanekaragaman lanskap dan pengetahuan anak mengenai pertanian

sehingga area tersebut diberi pagar

Terdapat jenis-jenis permainan yang memberikan tantangan, pengalaman ruang dan aspek lanskap pendukung tumbuh kembang lainnya, seperti

jalur yang mendukung aksesibilitas di lapangan tersebut.

Bagian samping gedung aula yang diberi tempat duduk melingkar dan di tambah

berbagai jenis tanaman di bahu jalan.

Tempat duduk di pinggir lapangan besar berbentuk setengah lingkaran untuk mendukung interaksi sosial

anak. Area duduk di samping gedung yayasan

menggunakan perabot bangku dan meja.

Lapangan besar di gunakan sebagai tempat upacara dan kegiatan


(3)

Rekomendasi desain untuk beberapa tempat favorit di SD Al-Fityan Medan ialah menambahkan beberapa permainan dan mengganti bentuk perabot lanskap yang ada di sekolah tersebut. Pada area di samping gedung yayasan di letakkan beberapa bangku melingkar di bawah pohon mangga yang telah ada sebelumnya dan menambahkan beberapa jenis tanaman semak berbunga di bahu jalan. Di bagian tempat duduk-duduk sebelumnya, bentuk tempat duduk diganti dengan tempat duduk beserta meja, karena area tersebut dekat dengan kantin sehingga anak-anak dapat duduk sambil makan di situ.

Bentuk tempat duduk di pinggir area lapangan besar di ganti dengan bentuk yang melingkar agar mendukung interaksi sosial anak, selain itu juga dapat menjadi tempat belajar berkelompok di luar kelas yang nyaman dengan alas rumput dan keteduhan dari pohon mangga yang sudah ada sebelumnya. Bagian depan gedung aula yang sebelumnya hanya terdapat beberapa pot bunga dan di beri pagar di jadikan area berkebun untuk anak-anak sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai lingkungan dan alam.

Lapangan kecil di desain menjadi area bermain untuk anak dengan meletakkan beberapa alat permainan seperti playset, bak pasir, papan keseimbangan, ayunan, dan ban yang berwarna-warni. Dengan menciptakan jalur yang menghubungkan antara satu permainan dengan permainan yang lain dapat menberikan pengalaman ruang bagi anak. Adanya beberapa pohon peneduh seperti pohon mangga, pohon pucuk merah dan bunga tanjung, serta bangku yang ada di sekeliling pohon tersebut dapat memberi keteduhan dan kenyamanan bagi anak-anak yang ingin duduk-duduk setelah bermain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

21st Century School Fund (2011) Developing Great Schoolyards: A Handbook for

Elementary School 1st Edition,

Maret 2014, 08.50 WIB)

Acar, Habibie (2013) Landscape Design for Children and Their Environments in Urban Context, InTech : Advance in Landscape Architecture, Chapter 12,

Turkey.

Arifin, H. S. (2006) Evaluasi Lanskap Perkotaan, IPB Press, Bogor.

Boston Schoolyard Initiative (2013) Schoolyard Design Guide, http://www.schoolyards.org (di akses : 18 Maret 2014, 22.45 WIB)

Dessing, Dirk et al (2013) Schoolyard Physical Activity of 6-11 Year Old Children Assessed by GPS and Accelerometry, International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 10, pp. 1 – 9.

Gay, L.R. & Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and. Management, MacMillan Publishing Company, New York

Hakim, Rustam (1993) Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara, Jakarta.

Hakim, Rustam & Utomo, Hardi (2003) Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap : Prinsip, Unsur dan Aplikasi Desain, Bumi Aksara, Jakarta

Hanurawan, F (2007) Karakteristik Psikologi Siswa dan Pengembangan Metode Pengajaran, UM Press, Malang

Haryadi & Setiawan, B. (2010) Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Hurlock, Elizabeth. B. (1999) Perkembangan Anak Jilid 2, Erlangga, Jakarta. Kier, Rob (1979) Urban Space, Academy Editions, London.

Klink HJ, (2002) Landscape ecology: From roots to the present. In: Bastian O and Steinhardt U (eds) Development and perspectives of landscape ecology, Kluwer Academic Publisher, Boston.

Let The Children Play (2011)


(5)

Moleong, Lexy J. (2005) Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosda, Bandung. Naveh, Zev (1984) Landscape Ecology: Theory And Application, Springer Verlag,

New York.

New Jersey School Outdoor Area Working Group (2007) Schoolyard Planning and Design in New Jersey, The Center for Architecture and Building Science Research, New Jersey Institute of Technology, New Jersey.

Physical Education (2009) Learning Outside the Classroom,

Poedjawijatna (2003) Etika Filsafat Tingkah Laku, Rineka Cipta, Jakarta. Sinulingga, Sukaria (2011) Metode Penelitian, USU Press, Medan

Sulistyantara, Bambang (2002) Taman Rumah Tinggal, Penebar Swadaya, Jakarta.

Sumantri, Mulyani & Sukmadinata, Nana Syaodih (2006) Perkembangan Peserta Didik, UT, Jakarta.

Sunarto (2008) Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta, Jakarta.

Susanti, Elisabeth Tri (2000) Pemanfaatan Elemen Alam sebagai Faktor Penunjang Religiusitas dan Fasilitas Peribadatan Studi Kasus : Tempat Peziarahan Sendangsono, Seminar Arsitektur Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.

Taguchi, Mayuko & Kishimoto, Tatsuya (2012) A Study on Space Configuration of Elementary Schools And Children Activity in Free Time, Proceedings : Eighth International Space Syntax Symposium, pp. 8093:1 - 8093:17.

Wardani, Dwi (2012) Makalah Perkembangan Peserta Didik,

http://pulungdwiwardani.wordpress.com, (diakses Maret 2014)

Weaver, Lisa L. (2000) Learning Landscapes: Theoretical Issues and Design Considerations for the Development of Children’s Educational Landscapes,

Thesis Program Pascasarjana Universitas Virginia Program Studi Master Arsitektur Lansekap, Blacksburg.

Whalley, Lucille F. & Wong, Dona L. (2000) Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, EGC-Arcan, Jakarta.


(6)

Angket Siswa

Tanggal : Nama : Umur :

Kelas : Sekolah : Alamat :

1) Apa saja aktifitas yang di lakukan saat di luar kelas ? Dimana saja ?

2) Kapan biasanya aktifitas di luar kelas ?

3) Dengan siapa saja saat melakukan aktifitas ?