biskuit A2 25 kurang disukai karena penilaian terletak pada kategori kurang suka dan memiliki nilai rata-rata yaitu 2,17.
Menurut Winarno 1997, tekstur dan konsistensi suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan bahan tersebut karena dapat mempengaruhi
kecepatan timbulnya rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori dan kelenjar air liur. Semakin kental suatu bahan, penerimaan terhadap intensitas rasa, bau, dan cita rasa
semakin berkurang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gracia dkk 2009, proses penambahan tepung jagung lebih dari 50 yang digunakan dalam formulasi biskuit
jagung sangat mempengaruhi tekstur biskuit yang dihasilkan. Biskuit dengan penambahan tepung jagung lebih dari 50 menghasilkan biskuit yang kurang renyah
dan sedikit keras.
5.7. Pengaruh Penambahan Berbagai Variasi Tepung Wortel
Terhadap Kadar Vitamin A pada Biskuit
Dari hasil analisis kandungan vitamin A pada biskuit dengan penambahan tepung wortel 5, 15 dan 25 dalam tiap 100 gram ± 10 keping biskuit
memberikan sumbangan vitamin A masing-masing 909,2 RE, 925,9 R dan 942,7 RE.
Untuk jumlah konsumsi vitamin A per hari yang dianjurkan pada bayi dan anak di bawah usia tiga tahun adalah 350 RE, sedangkan untuk pria dan wanita dewasa
masing-masing 700 RE dan 500 RE. Dalam kondisi hamil dan menyusui, masing- masing diperlukan tambahan vitamin A sebesar 200 RE dan 350 RE per hari. Biskuit
Universitas Sumatera Utara
dengan penambahan tepung wortel memberikan peningkatan kadar vitamin A pada biskuit. Dengan peningkatan kadar vitamin A tersebut biskuit dapat disebut sebagai
makanan yang akan vitamin A. Mengingat tingkat penyerapan vitamin A yang sangat tergantung pada kecukupan konsumsi lemak, dalam makanan sebaiknya tidak
melebihi 30 dari total kebutuhan energi per hari. sehingga biskuit dapat di jadikan sebagai salah satu makanan selingan atau cemilan untuk mencukupi konsumsi
vitamin A perhari. Selain vitamin A, biskuit juga menggandung berbagai zat gizi lainnya seperti energi, karbohidrat, protein, lemak dan serat. Kandungan zat gizi
lainnnya yang terkandung dalam biskuit dapat di lihat pada lampiran 6.
Adanya peningkatan kandungan vitamin A pada biskuit yang dihasilkan, itu disebabkan karena kadar vitamin A yang terdapat dalam tepung wortel jauh lebih
besar daripada tepung terigu. Kandungan vitamin A yang tinggi dalam tepung wortel memiliki peluang untuk dimanfaatkan sebagai produk makanan yang mengandung
vitamin A.
Pada penelitian Rochimiwati, dkk 2011 perbandingan hasil analisis nilai gizi jajanan pasar antara jajanan pasar yang tidak disubstitusi dan yang dipenambahan
tepung wortel tidak jauh berbeda. Konsentrasi penambahan tepung wortel 10 dan 25 tidak memberikan peningkatan nilai protein dan energy tetapi menurunkan nilai
energy dan karbohidrat. Hal ini disebabkan kandungan nilai karbohidrat dan energy yang rendah pada tepung wortel dibanding nilai energy dan karbohidrat tepung terigu.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ardiansyah yang menyetir pendapat Broek 1993, pangan fungsional didefinisikan sebagai bahan makanan yang diharapkan mempunyai manfaat
kesehatan tertentu berdasarkan pengetahuan tentang hubungan antara makanan dan komponen makanan juga kesehatan. Menurut ilmuan jepang, makanan fungsional
memiliki tiga fungsi dasar, yaitu warna dan penampilan yang menarik serta cita rasa yang enak, nutritional bernilai gizi tinggi, dan physiological memberikan
pengaruh fisiologis yang menguntungkan bagi tubuh Liem,2007.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN