Angkutan Barang TINJAUAN PUSTAKA

Ketiga sub sistem transportasi tersebut dalam implementasinya perlu diatur oleh pemerintah agar dapat berjalan dengan baik dan diterima oleh setiap pelaku dalam segala aspeknya. Pemerintah daerah dapat mengeluarkan kebijakan manajemen transportasi yang menjadi landasan pelaksanaan dan tindakan pemecahan masalah di bidang transportasi dalam suatu Sistem Kelembagaan.

2.7. Angkutan Barang

Karakteristik angkutan barang sangat berbeda dengan angkutan penumpang orang. Angkutan barang mempunyai jarak tempuh yang lebih jauh, volume dan berat yang sangat beragam. Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia, pelayanan angkutan barang harus mampu menjangkau lokasi tempat tinggal manusia. Dengan perbedaan karakteristik tersebut timbul tuntutan untuk menyediakan sistem angkutan yang berbeda dengan angkutan manusia. Angkutan barang untuk keperluan industri dituntut untuk mampu menjaga kelangsungan unit-unit produksi. Kebanyakan industri manufaktur berusaha merancang moda transportasi khusus sesuai kebutuhan masing-masing. Menurut Warpani 1990: 180, secara umum barang yang diangkut dikelompokkan menjadi barang kering dry bulk goods, barang cairan dan barang umum general goods. Setiap jenis barang sangat mempengaruhi pilihan moda transportasi yang akan dipakai. Dengan pilihan yang tepat pengangkutan barang dapat dilaksanakan serta mendapat penanganan yang tepat. Universitas Sumatera Utara Barang kering adalah bahan mentah atau bahan baku, pada umumnya tidak dikemas sehingga dapat langsung dibongkar atau dimuat ke kendaraan atau tempat barang. Pengangkutan jenis barang kering biasanya dalam volume besar sehingga diperlukan kendaraan angkutan barang yang besar pula. Barang cairan memerlukan penanganan yang lebih khusus dibanding jenis barang lainnya. untuk menghindari bocor atau tumpah bisa dilakukan dalam kemasan khusus. Namun apabila pengemasan tidak mungkin dilakukan, maka pengiriman dilakukan dengan tangki khusus misalnya bahan bakar minyak. Barang umum adalah barang-barang setengah jadi dan barang jadi atau konsumsi. Moda transportasi yang tersedia sangat beragam baik secara unitisasi maupun muatan biasa. Setijowarno dan Frazila 2003: 5-6, menambahkan bahwa terdapat angkutan barang berbahaya, angkutan peti kemas dan angkutan alat berat. Pada angkutan berbahaya dilakukan dengan kendaraan yang memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta sesuai dengan peruntukkannya. Barang berbahaya yang dimaksud adalah yang karena sifat, ciri dan keadaannya merupakan bahaya terhadap keselamatan dan ketertiban umum serta jiwa manusia dan lingkungan. Angkutan peti kemas menggunakan peti kemas yang berbentuk kotak persegi panjang dengan struktur yang kokoh dan tahan air. Jenis angkutan ini tidak boleh melewati setiap ruas jalan. Penetapan jaringan jalan yang dapat dilewati oleh angkutan peti kemas dilakukan oleh menteri perhubungan melalui keputusan menteri. Angkutan alat berat dipergunakan untuk mengangkut peralatan berat proyek dari luar kota. Universitas Sumatera Utara Menurut Ortuzar 1997: 390, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan barang: a Faktor lokasi, angkutan barang merupakan sebuah permintaan turunan yang menjadi bagian dari proses industri. Lokasi sumber bahan mentah pada suatu proses industri dan lokasi pemasaran produk akan menentukan tingkat pergerakan barang antara daerah asal dan tujuannya. b Faktor fisik, karakteristik dari komoditi bahan mentah dan produk sangat mempengaruhi cara pengangkutan dan kendaraan yang dipilih. c Faktor operasional, ukuran perusahaan menentukan saluran distribusi, sebaran geografis dan pilihan penggunaan moda transportasinya. d Faktor geografis, pada awalnya transportasi hanya merupakan upaya mengatasi keadaan alam namun kemudian berkembang untuk mendekatkan kepadatan penduduk dengan distribusi produk industri. e Faktor dinamik, perubahan permintaan dan selera konsumen memainkan peran penting pola pergerakan barang. f Faktor harga, angkutan barang memiliki kecenderungan lebih fleksibel dan masih memiliki kekuatan tawar menawar dalam penentuan harga angkutan.

2.8. Jaringan Jalan