ditutup kain hitam. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang ada dalam simplisia dan dihentikan jika daun saat diremas mudah remuk.
Pengurangan kadar air ini bertujuan untuk menghindari tumbuhnya jamur, kapang, atau bakteri yang dapat merusak simplisia, selain itu dapat menekan
terjadinya peruraian senyawa kimia akibat adanya reaksi enzimatis yang bisa menimbulkan perubahan senyawa aktif.
Setelah dikeringkan, daun salam lalu diserbuk dengan menggunakan blender hingga halus. Serbuk daun selanjutnya diayak menggunakan pengayak
No.40. Penyerbukan dan pengayakan dilakukan untuk memperkecil ukuran partikel bahan karena dengan ukuran partikel yang kecil maka akan memperluas
permukaan partikel yang kontak dengan cairan penyari, sehingga diharapkan selama proses penyarian kandungan kimia yang dapat terlarut lebih banyak. Daun
salam yang sudah diserbuk disimpan di dalam wadah yang kering dan tertutup rapat Lampiran 3.
C. Pembuatan Ekstrak Etanolik Daun Salam
Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etanol 96. Ekstraksi serbuk daun salam dilakukan untuk menarik senyawa yang
terkandung dalam bahan. Selama proses maserasi, sel daun salam mengalami kondisi jenuh sehingga sel-selnya akan mengeluarkan senyawa-senyawa aktif.
Pelarut etanol akan mengikat berbagai senyawa aktif seperti polifenol, flavonoid, terpenoid, sterol dan alkaloid. Selain itu, pelarut metanol diketahui lebih bersifat
toksik bila dibandingkan dengan etanol. Beberapa keuntungan metode maserasi
adalah caranya yang sederhana, peralatan yang digunakan sederhana, dan juga mudah dilakukan. Prinsip maserasi adalah perbedaan konsentrasi antara larutan
senyawa aktif di dalam sel dengan pelarut ekstraksi, yang menyebabkan terjadinya difusi sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel. Semakin lama waktu ekstraksi, maka kesempatan untuk kontak antara serbuk daun salam dengan pelarut akan semakin besar sehingga hasil ekstraksi
semakin bertambah banyak. Tidak digunakan metode soxhlet pada proses ekstraksi karena dikhawatirkan senyawa aktif yang terkandung di dalam ekstrak
tidak tahan panas selain itu, senyawa flavonoid mudah teroksidasi pada suhu yang tinggi.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 96 sebanyak 500 mL untuk setiap 50 gram serbuk. Sejumlah simplisia kering beserta pelarut
dimasukkan ke dalam erlenmeyer bertutup dan dilakukan di atas shaker dengan kecepatan 120 rpm selama 5 hari. Penggunaan shaker bertujuan untuk meratakan
konsentrasi senyawa aktif dalam pelarut ekstraksi, sehingga perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel tetap terjaga.
Hasil ekstraksi kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring yang diletakkan di atas corong Buchner dengan bantuan pompa vacuum, lalu
dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator untuk mempermudah proses penguapan pelarut dan dihentikan sampai terbentuk cairan kental. Ekstrak
selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan penangas air pada suhu antara 50 -
60 C sampai pelarut penyari hilang yang ditandai dengan ekstrak menjadi kering
Lampiran 6.
D. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanolik Daun Salam