Kromatografi Lapis Tipis Landasan Teori

Metode ini dilakukan dengan menempatkan agen antibakteri pada media padat yang telah diinokulasikan biakan bakteri Pratiwi, 2008. Ada beberapa metode difusi, yaitu : a. Cara sumuran. Cara ini dilakukan dengan mengiinokulasikan bakteri ke media kemudian setelah memadat dibuat sumuran dengan diameter tertentu tegak lurus dengan permukaan media. Agen antibakteri kemudian dimasukkan ke dalam sumuran tersebut. Daya antibakteri yang diukur adalah diameter zona jernih yang dihasilkan di sekitar sumuran Pratiwi, 2008. b. Cara paper disc. Cara ini dilakukan dengan menginokulasikan bakteri dalam media lalu setelah memadat, paper disc diletakkan di atas media dan ditetesi dengan agen antibakteri, sehingga agen antibakteri akan meresap ke dalam paper disc. Daya antibakteri yang diukur adalah diameter zona jernih yang dihasilkan di sekitar paper disc Pratiwi, 2008.

E. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis KLT merupakan metode kromatografi cair paling sederhana untuk memisahkan komponen kimia. Prinsip KLT, yaitu terjadinya pemisahan komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam terhadap fase gerak. Terdapat dua fase dalam KLT, yaitu fase diam lapisan dan fase gerak campuran pelarut pengembang. Fase diam berfungsi sebagai penyerap yang berupa serbuk halus. Penyerap yang sering digunakan dalam KLT adalah silika gel, alumina, dan selulosa Mulja dan Suharman, 1995. Fase gerak berfungsi untuk pengelusi yang terbuat dari berbagai macam campuran pelarut Gritter, 1991. Kromatogram pada KLT berupa noda-noda yang terpisah. Untuk mengetahui noda-noda yang terpisah dapat digunakan dua cara, yaitu dengan pereaksi warna secara kimia dan diletakkan di bawah sinar UV 254 nm dan 365 nm secara fisika Mulja dan Suharman, 1995. Pada kromatogram KLT terdapat faktor retardasi dinyatakan dengan : Rf = jarak titik pusat bercak dari awal jarak yang ditempuh fase gerak Angka Rf memiliki rentang dari 0,00 – 1,00. Nilai Rf adalah angka Rf dikalikan faktor 100h, menghasilkan nilai dengan rentang antara 0 hingga 100 Stahl, 1985. Keuntungan dari KLT yaitu pemisahan senyawa dapat dilakukan dalam waktu singkat dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal, pelarut dan cuplikan yang digunakan jumlahnya relatif sedikit Gritter, 1991.

F. Landasan Teori

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans yang menempel pada permukaan gigi karena kemampuan membuat polisakarida yang lengket dari karbohidrat dan dapat difermentasikan sehingga akan terbentuk asam dan menurunkan pH di bawah pH kritis. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu menyebabkan demineralisasi permukaan gigi dan proses karies pun dimulai. Streptococcus mutans memiliki suatu enzim, yaitu glukosiltransferase GTF yang akan mengubah glukosa menjadi glukan ekstraseluler yang tidak larut air dan sangat lengket sehingga akan terbentuk plak gigi. Akumulasi plak gigi memegang peranan yang sangat penting dalam proses terjadinya karies gigi. Oleh karena itu, untuk mencegah karies gigi dilakukan dengan meminimalisasi pertumbuhan Streptococcus mutans dengan menggunakan agen antibakteri. Daun salam memiliki kandungan tanin dan flavonoid yang bersifat sebagai antibakteri sehingga memiliki potensi untuk dilakukan penelitian mengenai daya antibakteri terhadap Streptococcus mutans penyebab karies gigi. Daya antibakteri ekstrak etanolik daun salam ditunjukkan dengan metode difusi sumuran berdasarkan diameter zona hambat yang dihasilkan dan metode dilusi untuk menentukan nilai KHM dan KBM. Prinsip metode difusi, yaitu pengukuran daya antibakteri berdasarkan pengamatan luas zona hambat pertumbuhan bakteri karena berdifusinya obat dari tempat awal pemberian ke daerah difusi.

G. Hipotesis