Kandungan Unsur Nitrogen pada Fermentasi Urin Sapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kandungan Unsur Nitrogen pada Fermentasi Urin Sapi

Dalam pupuk umumnya terkandung 3 unsur hara paling utama bagi pertumbuhan yaitu N nitrogen, P posfor, K kalium. Unsur hara tersebut, khususnya nitrogen akan diuji terlebih dahulu sebelum diaplikasi ke tanaman bayam merah. Kandungan yang terdapat di dalam pupuk merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman dalam pertumbuhan. Hasil uji N nitrogen pada fermentasi urin sapi dengan penambahan tetes tebu melalui proses fermentasi selama 14 hari adalah: Gambar. 4.1 Uji kandungan nitrogen pada fermentasi urin sapi 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 kontrol 20 ml 40 ml 60 ml K a n d u n g a n N it ro g e n Penambahan Tetes Tebu 0.73 0.97 0.91 0.96 Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata kandungan nitrogen pada fermentasi urin sapi setiap penambahan tetes tebu 20 ml, 40 ml, 60 ml lebih tinggi daripada kontrol. Hal ini terlihat dari Gambar 4.1 yang menunjukkan bahwa kandungan nitrogen tertinggi terdapat pada perlakuan 20 ml yaitu 0.97 dan kandungan paling rendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu 0.73. Kandungan nitrogen pada pupuk organik cair fermentasi urin sapi belum memenuhi standar teknis Permentan No.70PermentanSR.140102011 karena syarat pupuk secara umum khususnya unsur hara nitrogen adalah 3 – 6 . Kandungan nitrogen masih cukup rendah walaupun masa fermentasi sudah dilakukan selama 14 hari. Menurut Lingga 2004, urin sapi memiliki potensi yaitu jenis kandungan haranya yaitu N = 1.00, P = 0.50 dan K = 1.50. Walaupun unsur nitrogen 1 tetapi pada Gambar 4.1 kandungan unsur nitrogen rendah hanya 0.73. Komponen yang terpenting dan berperan meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah urea. Karena N yang sangat tinggi banyak terdapat dalam air kencing sangat mudah dan cepat dirubah oleh bakteri-bakteri menjadi amonium karbonat. Pada akhir fermentasi, sebagian nitrogen dalam urin akan terlepas ke udara saat proses pengadukan amoniak dan amonium akan mudah larut dalam air. Oleh karena itu nitrogen yang dihasilkan setelah fermentasi pada kontrol menurun. Hal ini juga dapat dipengaruhi saat proses fermentasi dari urin sapi tidak berjalan dengan baik karena ketersediaan karbon bagi bakteri Sacharomyces cereviceae tidak tersedia sehingga kandungan nitrogen yang dihasilkan rendah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pada penambahan tetes tebu 20 ml menunjukkan rata-rata kandungan nitrogen lebih tinggi dari penambahan tetes tebu 40 ml. Dilihat dari jumlah sumber energinya bahwa 40 ml lebih besar akan tetapi kandungan nitrogennya rendah hanya 0.91. Hal ini dimungkinkan terjadi karena pada saat proses fermentasi urin sapi memiliki beberapa kelemahan, diantaranya tidak semua N diubah menjadi bentuk yang mudah diserap, akan tetapi dipergunakan oleh bakteri-bakteri itu sendiri untuk keperluan hidupnya. Dampak lain yang terjadi adalah perubahan-perubahan yang merugikan yaitu dalam N terdapat sebagai amonium NH 4 , yang mempunyai sifat labil. Pada penambahan tetes tebu 60 ml lebih tinggi kandungan nitrogen dari pada 40 ml, Hal ini dikarenakan proses fermentasi urin sapi berjalan dengan baik. Tetes tebu merupakan sumber karbon bagi bakteri S. cereviceae selama fermentasi berlangsung. Prinsip fermentasi adalah proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikrorganisme. Fungsi tetes tebu dalam pembuatan pupuk organik cair adalah sebagai komponen tambahan, selain urin sapi. Selama proses fermentasi, tetes tebu berfungsi untuk mendukung pertumbuhan mikroba, karena dalam tetes tebu molasse terdapat sukrosa bagi bakteri S. cereviceae. Selain itu, berdasarkan kenyataan bahwa tetes tebu tersebut mengandung karbohidrat dalam bentuk gula yang jumlahnya cukup tinggi 64. Nutrisi yang diperlukan bakteri juga dapat meningkatkan kecepatan proses fermentasi urin sapi menjadi pupuk dalam waktu yang relatif singkat Wijaya, 2008. Adanya kesamaan persentase kandungan nitrogen pada penambahan tetes tebu 20 ml dan 60 ml dimungkinkan unsur nitrogen yang terdapat pada molasse banyak sehingga mencukupi dalam menyuplai nitrogen yang digunakan untuk sintesis protein. Kandungan unsur nitrogen yang tidak mencukupi, tidak memberikan pengaruh dalam meningkatkan kandungan nitrogen dalam fermentasi urin. Unsur C-Organik dalam pembuatan pupuk organik cair digunakan mikroorganisme sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangannya dalam mendegradasi urin sapi selama proses fermentasi berlangsung. Penambahan karbohidrat yang tersedia seperti molasse dalam pembuatan pupuk organik cair dimaksudkan untuk mempercepat terbentuknya alkohol serta menyediakan sumber energi yang cepat bagi bakteri dan melalui proses fermentasi mampu merombak senyawa kompleks menjadi senyawa yang sederhana. Sintesis protein membutuhkan unsur nitrogen yang seimbang. Unsur nitrogen yang rendah menyebabkan proses fermentasi berlangsung lebih lambat karena nitrogen menjadi faktor penghambat. Aktivitas mikroorganisme akan meningkat jika jumlah nitrogen mencukupi sehingga proses penguraian bahan organik berlangsung lebih cepat dan efektif, dikarenakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikrorganisme berjalan dengan baik. Menurut penelitian Jeris dan Regan dalam Yulianto 2010, suhu dan pH merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya fermentasi secara anaerob. Suhu pada awal fermentasi sekitar 38 ° C dapat mempercepat terjadinya proses fermentasi, sedangkan sesudah fermentasi suhunya menjadi sekitar 36,5 ° C. Bakteri menguraikan urin sapi menjadi CO 2 , uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. pH pada awal fermentasi sekitar 6,3 sedangkan setelah fermentasi menjadi sekitar 6,77. Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik. Pada proses selanjutnya mengkonversikan asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral. Hasil akhir proses fermentasi pupuk organik cair urin sapi dengan penambahan tetes tebu ditandai dengan adanya perubahan warna urin sapi menjadi coklat kehitaman, bau khas urin berkurang, panas, uap air dan CO 2 .

B. Parameter Pertumbuhan