secara anaerob. Suhu pada awal fermentasi sekitar 38
°
C dapat mempercepat terjadinya proses fermentasi, sedangkan sesudah fermentasi suhunya menjadi
sekitar 36,5
°
C. Bakteri menguraikan urin sapi menjadi CO
2
, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai maka suhu akan berangsur-angsur
mengalami penurunan. pH pada awal fermentasi sekitar 6,3 sedangkan setelah fermentasi menjadi sekitar 6,77. Derajat keasaman pada awal proses
pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam
organik. Pada proses selanjutnya mengkonversikan asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan
mendekati netral. Hasil akhir proses fermentasi pupuk organik cair urin sapi dengan penambahan tetes tebu ditandai dengan adanya perubahan warna urin
sapi menjadi coklat kehitaman, bau khas urin berkurang, panas, uap air dan CO
2
.
B. Parameter Pertumbuhan
Hasil penelitian mengenai pengaruh penambahan tetes tebu molasses pada fermentasi urin sapi terhadap pertumbuhan bayam merah Amaranthus
tricolor L. dengan parameter pertumbuhan yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman bayam merah
adalah sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Penambahan Tinggi Tanaman Bayam Merah
Pengukuran tinggi tanaman bayam merah dilakukan saat bayam merah berumur 4 hari setelah aklimatisasi hingga panen. Data yang diukur adalah
tinggi tanaman akhir dikurangi tinggi tanaman awal. Berikut ini merupakan penambahan tinggi batang tanaman bayam merah:
Gambar.4.2 Penambahan Tinggi Bayam Merah Gambar 4.1 menunjukkan bahwa penambahan tinggi tanaman bayam
merah dari penambahan tetes tebu 0 ml lebih rendah dari penambahan tetes
16 16,5
17 17,5
18 18,5
19 19,5
20
kontrol 20 ml
40 ml 60 ml
P enam
bah an
T inggi
T anaman
cm
Penambahan Tetes Tebu
17.42 18.10
19.38
17.44
tebu 20 ml yaitu 17.42 cm 18.10 cm. Penambahan tinggi tanaman bayam merah dengan penambahan tetes tebu 40 ml lebih tinggi dari penambahan
tetes tebu 20 ml yaitu 19.38 cm 18.10 cm. Penambahan tinggi tanaman bayam merah pada penambahan tetes tebu 60 ml lebih rendah dari
penambahan tetes tebu 40 ml yaitu 17.44 cm 19.38 cm. Hal ini dapat dilihat dari bentuk Gambar 4.2 yang menunjukan rata
– rata penambahan tinggi tanaman semakin meningkat dan pada penambahan tetes tebu 60 ml
lebih rendah dari penambahan tetes tebu 40 ml. Penambahan tinggi tanaman bayam merah tertinggi pada penambahan tetes tebu 40 ml dengan
rata-rata 19.38 cm sedangkan penambahan tinggi tanaman bayam merah terendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu 17.42 cm.
Penambahan tetes tebu 20 ml menghasilkan penambahan tinggi tanaman bayam merah lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal ini
dikarenakan pada kontrol tidak ada penambahan tetes tebu yang berfungsi untuk meningkatkan unsur hara pada proses fermentasi urin sapi. Salah
satu unsur hara yang meningkat akibat penambahan tetes tebu adalah nitrogen. Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting
di dalam tanaman.Senyawa nitrogen adalah salah satu kandungan protoplasma. Senyawa nitrogen digunakan oleh tanaman untuk membentuk
asam amino yang akan diubah menjadi protein. Protein adalah salah satu substansi kimia penyusun hormon pertumbuhan.Salah satu hormon
pertumbuhan adalah auksin. Auksin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel di daerah kambium, pemanjangan sel pada daerah titik
tumbuh batang. Menurut Novizan 2005, nitrogen dibutuhkan untuk membentuk
senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim. Senyawa penting ini dibutuhkan dalam proses metabolisme dan merangsang proses
pertumbuhan. Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif,
seperti pembentukan tunas atau perkembangan batang dan daun. Tanpa suplai nitrogen yang cukup, pertambahan tinggi tanaman tidak maksimal.
Hal ini menyebabkan pembelahan sel, peningkatan jumlah sel dan pembesaran ukuran sel tidak berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan
proses metabolisme tidak berjalan dengan baik maka pertumbuhan tanaman juga tidak maksimal. yang membutuhkan energi dalam bentuk ATP tidak
berjalan dengan baik. Penambahan tetes tebu 40 ml menghasilkan penambahan tinggi
tanaman bayam merah lebih besar dibandingkan dengan panambahan tetes tebu 20 ml dan 60 ml. Akan tetapi kandungan nitrogen pada penambahan
tetes tebuh 40 ml lebih rendah daripada penambahan tetes tebu 20 ml dan 60 ml Gambar 4.1. Hal ini disebabkan kandungan unsur nitrogen
berlebihan yang akan mengurangi fotosintat. Fotosintat akan berkurang karena aktivitas daun bayam merah semakin berkurang untuk melakukan
proses fotosintesis. Hal ini disebabkan nitrogen yang tinggi yang mengakibatkan daun mengurangi kegunaan untuk menyimpan makanan
bagi tanaman. Menurut Harjadi 1993 bahwa produktivitas tanaman dipengaruhi
oleh fase pertumbuhan vegetatif karena pada waktu tanaman tumbuh sangat membutuhkan sumber karbohidrat, apabila karbohidrat berkurang
maka pembelahan sel menjadi lambat maka perkembangan organ tanaman menjadi lambat. Unsur Nitrogen berfungsi untuk pertumbuhan dan
pembentukan sel vegetatif, meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas
tanaman penghasil daun serta meningkatkan mikroorganisme dalam tanah. Ketersediaan unsur hara pada tanah mempengaruhi pertumbuhan
tanaman seperti tinggi tanaman dan jumlah daun.Hal ini disebabkan karena pembentukan sel-sel baru dalam suatu tanaman sangat erat hubungannya
dengan ketersediaan hara pada tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Foth 1998, penetapan konsentrasi dan dosis dalam pemupukan sangat penting
dilakukan karena akan berpengaruh pada pertumbuhan jika tidak sesuai kebutuhan tanaman. Unsur N dan P berperan dalam pembentukan sel-sel
baru dan komponen utama penyusun senyawa organik dalam tanaman seperti asam amino, asam nukleat, klorofil, ADP dan ATP Nyakpa dkk;
1988. Rendahnya
penambahan tinggi
tanaman bayam
merah dimungkinkan karena kekurangan unsur lain seperti unsur K. Apabila K
menurun maka karbohidrat juga menurun sehingga dapat menghambat pertumbuhan tinggi tanaman.
Anty 1987 menyatakan bahwa IAA adalah salah satu kandungan zat perangsang tumbuh dalam urin sapi yang dapat digunakan sebagai pengatur
tumbuh tetapi urin sapi juga masih ada kelemahan yaitu memiliki kandungan hara makro dan mikro rendah. Pada kontrol tidak terdapat
sumber karbon tambahan, akan tetapi saat diaplikasi, tanaman tersebut bisa tumbuh meskipun tidak sebaik pada penambahan tetes tebu 40 ml, karena
dalam urin masih memiliki kandungan tambahan yaitu IAA. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada uji Anova nilai probabilitas
F
observed
82.34 ≥ F
critical
3.00 dengan level signifikan 0.05, jadi hipotesis nol H0 ditolak Lampiran 5. Hal ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan rata-rata penambahan tinggi tanaman dalam kelompok perlakuan yang berbeda. Kontrol, tetes tebu 20 ml, 40 ml, 60 ml
mempunyai pengaruh terhadap tinggi tanaman bayam merah. Berikut adalah rata-rata penambahan tinggi tanaman bayam merah dengan uji
Duncan: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.1 Penambahan tinggi tanaman bayam merah Penambahan tetes tebu
Rata – rata penambahan
tinggi bayam merah cm 0 ml
17.42
a
20 ml 18.22
b
40 ml 19.38
c
60 ml 17.44
a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan berbedanyata pada taraf uji jarak Duncan dengan α = 0.05
Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada penambahan tetes tebu 0 ml dan 60 ml sama atau tidak ada beda nyata. Hal ini terlihat pada huruf sama
yang terdapat dibelakang angka rata – rata penambahan tinggi tanaman
bayam merah. Pada penambahan tetes tebu 20 ml dan 40 ml rata – rata
penambahan tinggi tanaman yang berbeda nyata.Hal ini terlihat pada huruf berbeda yang terdapat dibelakang angka rata
– rata berbeda penambahan tinggi tanaman. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penambahan tetes tebu 40
ml yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman bayam merah. Hal ini dikarenakan rata-rata penambahan jumlah daun bayam merah lebih tinggi
dari perlakuan lain dan ada beda nyata dengan perlakuan lain. Pemberian pupuk organik cair urin sapi hasil fermentasi dengan penambahan tetes
tebu berpengaruh nyata terhadap penambahan tinggi tanaman bayam merah.
2. Penambahan Jumlah Daun Bayam Merah
Perhitungan pada jumlah daun tanaman bayam merah dilakukan setiap 2 hari sekali. Perhitungan daun tanaman bayam merah dilakukan saat
bayam merah berumur 4 hari setelah aklimatisasi hingga panen. Berikut ini merupakan penambahan jumlah daun tanaman bayam merah :
Gambar 4.3 Jumlah daun tanaman bayam merah
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa penambahan jumlah daun tanaman bayam merah dari penambahan tetes tebu 0 ml lebih rendah dari
penambahan tetes tebu 20 ml yaitu 25.42 25.85. Penambahan tinggi tanaman bayam merah dengan penambahan tetes tebu 40 ml lebih tinggi
dari penambahan tetes tebu 20 ml yaitu 26.85 25.85. Penambahan jumlah daun tanaman bayam merah pada penambahan tetes tebu 60 ml lebih
24,5 25
25,5 26
26,5 27
kontro 20 ml
40 ml 60 ml
P en
am b
ah an
jum lah
Daun he
lai
Penambahan Tetes Tebu
25.42 25.85
25.57 26.85
rendah dari penambahan tetes tebu 40 ml yaitu 25.85 dan 26.85. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 4.3 yang menunjukan rata
– rata penambahan jumlah daun tanaman semakin meningkat dan pada penambahan tetes tebu
60 ml lebih rendah dari penambahan tetes tebu 40 ml. Penambahan jumlah daun tanaman bayam merah tertinggi pada penambahan tetes tebu 40 ml
dengan rata-rata 26.85 sedangkan penambahan jumlah daun tanaman bayam merah terendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu 25.42.
Penambahan jumlah daun tanaman bayam merah dari kontrol, penambahan tetes tebu 20 ml, dan 40 ml semakin meningkat Gambar 4.3.
Hal ini dipengaruhi penyerapan unsur nitrogen yang baik pada tanaman. Nitrogen berperan penting dalam pembentukan pigmen fotosintesis yang
sangat berguna dalam proses fotosintesis. Dalam kloroplas juga dijumpai pigmen fotosintesis. Daun merupakan tempat mensintesis makanan untuk
kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan. Pigmen fotosintesis pada daun bayam merah memiliki peranan dalam melakukan
fotosintesis. Bagian daun yang paling banyak mengandung pigmen fotosintesis adalah mesofil.
Selama proses fotosintesis, karbon dioksida dan air diubah menjadi glukosa dan oksigen. Oksigen yang terbentuk kemudian dilepaskan ke
atmosfer. Glukosa yang terbentuk, diubah menjadi senyawa-senyawa penyusun sel seperti karbohidrat, protein, asam nukleat, lemak dan
senyawa lainnya melalui proses metabolisme. Proses metabolisme PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karbohidrat yang dapat menghasilkan energi adalah proses Glikolisis. Pada proses ini glukosa akan dipecah menjadi Asam Piruvat sehinnga
menghasilkan sejumlah energi dalam bentuk ATP. Senyawa-senyawa tersebut digunakan untuk membentuk sel, jaringan dan organ tanaman
dengan baik. Fotosintesis dapat terjadi pada batang dan daun yang mengandung pigmen fotosintesis. Sebagian besar fotosintesis terjadi pada
daun karena di daun terdapat banyak kloroplas yang mengandung pigmen fotosintesis. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah daun, maka tempat
untuk melakukan proses fotosintesis lebih banyak. Nutrisi bagi tubuh tanaman juga semakin banyak. Nitrogen juga unsur penyusun klorofil
untuk pembentukan gula dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen melalui proses fotosintesis. Selanjutnya gula akan dikonversi untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman Havlin et al; 2005. Pendapat Gardner,dkk. 1991 bahwa ketersediaan nitrogen yang
tinggi menyebabkan pertambahan pucuk lebih dominan, sehingga dalam hal ini ketersediaan nitrogen bagi tanaman bayam merah tercukupi. Hal ini
terbukti bahwa secara visual pada penambahan tetes tebu 40 ml menghasilkan jumlah daun dan tunas lateral yang banyak. Akan tetapi pada
perlakuan kontrol kebanyakan daun kering. Apabila N meningkat maka karatenoid juga meningkat sehingga fotosintat yang dihasilkan dan
diakumulasikan ke pertumbuhan tanaman juga meningkat. Slamet 1991, bahwa kekurangan nitrogen dan posfor dapat mempengaruhi jumlah daun.
Jumlah dan luas daun merupakan salah satu indikator pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Rata –rata penambahan jumlah daun pada penambahan tetes tebu 40
ml lebih tinggi dari penambahan tetes tebu 60 ml. Hal ini dikarenakan ketersediaan unsur hara nitrogen bagi tanaman. Dalam hal ini dikarena
penyerapan unsur hara yang belum optimal. Menurut Sharma dan Bapat dalam Anas 2009 dan Novizan 2005 pemupukan yang berlebihan dapat
menyebabkan penyerapan unsur-unsur lain terhambat sehingga dapat menyebabkan kekurangan unsur contohnya kelebihan K pada larutan tanah
akan menekan penyerapan Mg. Hal ini menyebabkan pada penambahan tetes tebu 60 ml memiliki rata-rata penambahan jumlah daun rendah.
Ditambahkan oleh Slamet 1991, bahwa kekurangan nitrogen dan posfor dapat mempengaruhi jumlah daun. Jumlah dan luas daun merupakan
salah satu indikator pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan tanaman dimulai dengan terjadinya pembelahan sel hingga
bertambah besar protoplasma yang berakibat berkembangnya suatu jaringan, menyebabkan ukuran tanaman bertambah Hardjadi, 2009.
Meskipun kandungan nitrogen tinggi pada penambahan tetes tebu 60 ml , akan tetapi rata
– rata penambahan jumlah daun rendah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perbedaan jumlah daun tanaman bayam merah dengan perlakuan kontrol disebabkan karena unsur hara yang tersedia jumlahnya lebih
sedikit, bila dibandingkan dengan pupuk organik cair dengan penambahan tetes tebuh 40 ml, 20 ml, 60 ml. Tanaman bayam merah juga tidak
terserang hama, karena bau khas urin sapi dapat menghilangkan hama yang menyerang tanaman.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada uji Anova nilai probabilitas F
observed
13.56 ≥ F
critical
3.00 dengan level signifikan 0.05, jadi hipotesis nol H
ditolak Lampiran 6. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata penambahan jumlah daun tanaman dalam kelompok
yang berbeda. Kontrol, tetes tebu 20 ml, 40 ml, 60 ml mempunyai pengaruh terhadap jumlah daun tanaman bayam merah.
Tabel 4.2 Penambahan jumlah daun tanaman bayam merah : Penambahan tetes
tebuh Rerata penambahan
jumlah daun helai 0 ml
25.42
a
20 ml 25.85
a
40 ml 26.85
b
60 ml 25.57
a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji jarak Duncan dengan α = 0.05
Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada penambahan tetes tebu 0 ml, 20 ml dan 60 ml sama atau tidak ada beda nyata. Hal ini terlihat pada huruf
sama yang terdapat di belakang angka rata – rata penambahan jumlah daun
tanaman bayam merah. Pada penambahan tetes tebu 40 ml rata – rata
penambahan jumlah daun tanaman yang beda nyata. Hal ini terlihat pada huruf berbeda yang terdapat dibelakang angka rata
– rata berbeda penambahan jumlah daun tanaman. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa
penambahan tetes tebu 40 ml yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman bayam merah. Hal ini dikarenakan rata-rata penambahan jumlah daun
bayam merah lebih tinggi dari perlakuan lain dan ada beda nyata dengan perlakuan lain. Pemberian pupuk organik cair urin sapi hasil fermentasi
dengan penambahan tetes tebu berpengaruh nyata terhadap penambahan jumlah daun tanaman bayam merah.
3. Berat Basah Tanaman Bayam Merah
Pengukuran berat basah tanaman bayam merah dilakukan saat bayam merah sudah dipanen. Pengukuran berat basah dilakukan segera setelah
panen, karena jika dibiarkan terlalu lama maka bayam merah akan kehilangan banyak air. Berikut ini merupakan hasil pengukuran berat basah
tanaman bayam merah : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.4 Berat basah bayam merah
Berdasarkan Gambar 4.4, dapat dilihat bahwa rata - rata berat basah pada penambahan tetes tebu 20 ml lebih tinggi dibandingkan dengan
kontrol yaitu 63.14 gr 61.14 gr. Berat basah penambahan tetes tebu 40 lebih tinggi daripada penambahan tetes tebu 20 ml dengan rata- rata yaitu
79.28 gr 63.14 gr. Akan tetapi berat basah pada penambahan tetes tebu 60 ml lebih rendah daripada penambahan tetes tebu 40 ml dengan rata
– rata yaitu 63.14 gr 79.28 gr. Hal ini seperti yang terlihat pada Gambar 4.4
bahawa perlakuan yang memiliki berat basah paling tinggi yaitu pada penambahan tetes tebu 40 ml 79.28 gr sedangkan berat basah yang paling
rendah terdapat pada kontrol yaitu 61.14 gr.
10 20
30 40
50 60
70 80
90
kontrol 20 ml
40 ml 60 ml
B erat
B asah
B aya
mn Merah
gr
Penambahan Tetes Tebu
61.14 63.14
79.28 59.00
Berat basah pada kontrol, penambahan tetes tebu 20 ml dan 40 ml semakin meningkat Gambar 4.4. Hal ini terjadi karena asupan air pada
tanaman bayam merah sangat baik sehingga mempengaruhi berat basah tanaman. Berat basah tanaman bayam merah juga sangat dipengaruhi
dengan penambahan tinggi dan penambahan jumlah daun tanaman bayam merah. Semakin tinggi penambahan tinggi dan jumlah daun tanaman maka
akan semakin tinggi juga berat basah tanaman tersebut. Berat basah berhubungan dengan kemampuan tanaman menyerap air dari media tanam.
Jika tanaman mengalami kekurangan air, hal ini dapat mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman.
Pada saat kekurangan air, sebagian stomata daun menutup sehingga terjadi hambatan masuknya CO
2
dan menurunkan aktivitas fotosintesis. Selain menghambat aktivitas fotosintesis, kekurangan air juga menghambat
sintesis protein dan dinding sel Salisbury dan Ross, 2005. Hal inilah yang mempengaruhi berat basah tanaman bayam merah. Semakin tinggi
tanaman, semakin banyak jumlah daun, jumlah tunas lateral dan semakin subur tanaman maka berat basah tanaman juga akan semakin tinggi. Berat
basah juga dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan yaitu hormon auksin. Jika hormon auksin berjalan dengan baik, maka untuk merangsang
perpanjangan sel, pembentukan akar lateral dan proses terjadinya diferensiasi semakin baik.
Berat basah pada penambahan tetes tebu 20 ml lebih kecil daripada penambahan tetes tebu 40 ml, hal ini terjadi karena penyerapan kandungan
unsur hara dari pupuk berakibat pada peningkatan berat basah tanaman. Hal ini dikarenakan pada penambahan tetes tebu 40 ml memiliki
penambahan tinggi dan penambahan jumlah daun tertinggi.Berat basah tanaman bayam merah dipengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun dan
tingkat kesuburan tanaman. Semakin tinggi tanaman, semakin banyak jumlah daun dan semakin subur tanaman maka berat basah tanaman juga
akan semakin tinggi. hal ini dikarenakan pada tanaman bayam merah dengan penambahan tetes tebu 40 ml, banyak terdapat tunas baru sehingga
dapat meningkatkan berat basah tanaman bayam merah. Selain itu luas daun dan diameter batang juga turut mempengaruhi
berat basah tanaman bayam merah. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran mengenai luas daun dan diameter batang. Tetapi secara visual,
diameter batang yang paling besar dan luas daun paling lebar terdapat pada tanaman bayam merah dengan penambahan tetes tebu 40 ml. Oleh sebab
itu, unsur hara yang jumlahnya berlebihan berpengaruh terhadap pertambahan jumlah berat basah tanaman bayam merah pada penambahan
tetes tebu 40 ml karena jaringan yang memiliki kandungan air yang tinggi. Berat basah pada penambahan tetes tebu 60 ml lebih kecil
dibandingkan pada penambahan tetes tebu 40 ml. Hal ini dimungkinkan kelebihan unsur hara, sehingga tanaman menjadi kerdil, karena berat basah
tanaman sangat dipengaruhi oleh keseluruhan organ tanaman akar, batang, daun seperti menurut Salisbury dan Ross 2005, berat basah merupakan
total berat tanaman yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman. Berat basah tanaman bayam merah terdiri dari akar, batang, daun, dan tangkai
daun. Menurut Rahardi 2007, komposisi dan kadar unsur hara makro ataupun mikro sangat berpengaruh terhadap tanaman, oleh karena itu
pemberian pupuk harus seimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Rendahnya berat basah pada penambahan tetes tebu 0 ml, 20 ml dan 60 ml
disebabkan oleh komposisi hara pada media tanam yang terlalu berlebihan. Menurut Pracaya 2010 jika unsur hara yang ada dalam tanah hanya
sedikit maka timbul tanda-tanda kekurangan unsur-unsur hara. Kelebihan unsur hara juga tidak baik untuk pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman
membutuhkan nutrien sesuai kebutuhannya saja. Dalam keadaan yang demikian, tanaman tidak tumbuh dengan baik dan hasil produksinya
rendah. Hal ini terbukti pada perlakuan kontrol terjadi kekurangan unsur hara. Kelebihan unsur-unsur hara seringkali ditandai dengan adanya air
yang berlebih, akibatnya yaitu bertambahnya pertumbuhan vegetatif, bertambahnya warna hijau melebihi normal, jaringan lebih berair dan
tertundanya proses pembungaan dan pembuahan. Tanaman yang berlebihan unsur hara sering kali lebih sensitif pada faktor-faktor iklim yang tidak baik
dan mudah terserang penyakit. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Proses pengamatan dilakukan pada musim kemarau dimana curah hujan rendah dengan suhu udara yang tinggi dengan rata-rata 20-32
°
C Lampiran 5, sedangkan menurut Sutanto 2005, 20-90 berat basah
berasal dari kandungan air. Meskipun penyiraman sudah dilakukan secara teratur namun tingginya intensitas sinar matahari menyebabkan proses
transpirasi tanaman menjadi lebih cepat sehingga kandungan air menjadi menurun.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada uji Anova nilai probabilitas F
observed
17.85 ≥ F
critical
3.00 dengan level signifikan 0.05, jadi hipotesis nol H
ditolak Lampiran 7. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata penambahan tinggi tanaman dalam kelompok yang berbeda.
Kontrol, tetes tebu 20 ml, 40 ml, 60 ml mempunyai pengaruh terhadap tinggi tanaman bayam merah.
Tabel 4.3 Berat basah tanaman bayam merah Penambahan tetes tebu Rerata berat basah tanaman
bayam merah gr 0 ml
61.14
a
20 ml 63.14
a
40 ml 79.28
b
60 ml 59.00
a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji jarak Duncan dengan α = 0.05
Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada penambahan tetes tebu 0 ml, 20 ml dan 60 ml sama atau tidak ada beda nyata. Hal ini terlihat pada huruf
sama yang terdapat di belakang angka rata – rata berat basah tanaman
bayam merah. Pada penambahan tetes tebu 40 ml rata – rata berat basah
tanaman yang berbeda nyata. Hal ini terlihat pada huruf berbeda yang terdapat di belakang angka rata
– rata berbeda berat basah tanaman. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa penambahan tetes tebu 40 ml yang paling baik
untuk berat basah tanaman bayam merah. Hal ini dikarenakan rata-rata penambahan jumlah daun bayam merah lebih tinggi dari perlakuan lain dan
ada beda nyata dengan perlakuan lain. Pemberian pupuk organik cair urin sapi hasil fermentasi dengan penambahan tetes tebu berpengaruh nyata
terhadap berat basah tanaman bayam merah. 4.
Berat Kering Tanaman Bayam Merah Setelah dilakukan penimbangan berat basah pada tanaman bayam yang
telah dipanen tersebut kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama ± 2 minggu hingga kering, kemudian dilakukan pengovenan dalam suhu 40
°
C selama 24 jam atau 1 hari. Setelah pengovenan selesai maka dilakukan
penimbangan berat kering bayam merah menggunakan timbangan analitik Acis yang dilakukan sebanyak 2 kali dan kemudian dihitung rata-rata
berat keringnya. Berikut ini merupakan hasil pengukuran berat basah tanaman bayam merah :
Gambar 4.5 Berat kering bayam merah
Berdasarkan Gambar 4.5 bahwa rata – rata berat kering tanaman
bayam merah pada penambahan tetes tebu 20 ml 13 gram lebih tinggi daripada kontrol 12.85 gram. Pada penambahan tetes tebuh 20 ml lebih
kecil daripada penambahan tetes tebu 40 ml yaitu 13 gr 16.71 gr . Akan tetapi berat kering pada penambahan tetes tebu 60 ml lebih rendah dengan
penambahan tetes tebu 40 ml yaitu 12.28 gr 16.71 gr. Berat kering pada kontrol 12.85 gr, penambahan tetes tebu 20 ml 13
gr, 40 ml 16,71 gr semakin meningkat. Hal ini dimungkinkan karena serapan unsur hara pada tanaman cukup baik. Tinggi rendahnya berat
kering suatu tanaman, tergantung dari banyak atau sedikitnya serapan unsur hara oleh akar yang berlangsung selama proses pertumbuhan. Hal ini
2 4
6 8
10 12
14 16
18
kontrol 20 ml
40 ml 60 ml
B er
at K
er in
g B
ayam M
er ah
gr
Penambahan Tetes Tebu
12.85 13
16.71
12.28
terbukti bahwa pada berat basah tanaman bayam merah yaitu kontrol, penambahan tetes tebu 20 ml, 40 ml semakin meningkat. Demikian pula
pada berat kering tanaman bayam merah. Berat kering juga bisa dilihat melalui pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu akar, batang, daun. Sel pada
akar dan batang akan selalu membelah. Hal ini terjadi karena daun melakukan proses fotosintesis yang bisa bermanfaat bagi tanaman. Hasil
dari fotosintesis tersebut akan digunakan tanaman dalam proses pembelah sel pada akar dan batang. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugeng 2005
jika fotosintesis berlangsung dengan baik maka tanaman akan tumbuh dengan baik dan akar akan berkembang dengan baik pula serta diikuti
dengan peningkatan berat kering tanaman. Pada penambahan tetes tebu 20 ml menunjukkan rata
– rata berat kering lebih kecil daripada penambahan tetes tebu 40 ml. Hal ini
dimungkinkan penyerapan unsur hara pada tanaman bayam merah, karena menurut Sahari 2007, tanaman dengan kandungan N yang lebih tinggi
memiliki daun yang lebar dengan memiliki pigmen fotosintesis sehingga fotosintesis berjalan lebih baik. Hasil dari fotosintesis digunakan untuk
perkembangan dan pertumbuhan tanaman, antara lain pertambahan ukuran dan tinggi tanaman, pembentukan cabang dan daun baru, yang
diekspresikan dalam bobot kering tanaman. Semakin tinggi fotosintat yang ditranslokasikan sehingga bobot kering tanaman akan meningkat. Produksi
tanaman biasanya lebih akurat bila dinyatakan dalam ukuran berat kering PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
daripada berat basah, karena berat basah sangat dipengaruhi oleh kelembaban Lestari dkk; 2008. Berat kering tanaman dipengaruhi oleh
jumlah daun, luas daun, tinggi tanaman, jumlah anakan dan diameter batang. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran mengenai luas
daun dan diameter batang. Tetapi kenampakan visual, diameter batang dan luas daun yang paling besar terdapat pada tanaman bayam merah yang
ditambah tetes tebu 40 ml. Hal ini disebabkan karena unsur hara yang terkandung di dalam pupuk organik cair urin sapi dengan penambahan tetes
tebu 40 ml merupakan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman sehingga dapat mempengaruhi luas daun dan diameter batang
tanaman bayam merah. Oleh sebab itu semakin luas daunnya dan semakin besar diameter batangnya maka berat kering suatu tanaman akan
meningkat. Pada penambahan tetes tebuh 60 ml menunjukkan rata
– rata berat kering lebih kecil daripada penambahan tetes tebu 40 ml. Hal ini
dimungkinkan karena tanaman kekurangan unsur hara, karena menurut Pracaya 2010 jika unsur hara yang ada dalam tanah hanya sedikit maka
timbul tanda-tanda kekurangan unsur-unsur hara defisiensi. Dalam keadaan yang demikian, tanaman tidak tumbuh dengan baik dan hasilnya
produksi rendah. Sementara, kelebihan unsur-unsur hara seringkali ditandai dengan adanya air yang berlebih, akibatnya yaitu bertambahnya
perkembangan vegetatif, bertambahnya warna hijau melebihi normal, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jaringan lebih berair dan tertundanya fungsi reproduksi.Tanaman yang berlebihan unsur hara sering kali lebih sensitif pada faktor-faktor iklim
yang tidak baik dan mudah terserang penyakit. Umumnya kelebihan unsur hara menyebabkan penimbunan yang berlebihan zat-zat dalam tanaman
yang dapat merubah morfologi. Oleh sebab itu, unsur hara yang jumlahnya berlebihan berpengaruh terhadap pertambahan jumlah berat basah tanaman
bayam merah pada penambahan tetes tebu 40 ml karena jaringan yang memiliki kandungan air yang tinggi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada uji Anova nilai probabilitas F
observed
12.62 ≥ F
critical
3.00 dengan level signifikan 0.05, jadi hipotesis nol H
ditolak dan H
I
diterima Lampiran 8. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata penambahan tinggi tanaman
dalam kelompok yang berbeda. Kontrol, tetes tebu 20 ml, 40 ml, 60 ml mempunyai pengaruh terhadap tinggi tanaman bayam merah.
Tabel 4.4 Berat kering tanaman bayam merah Penambahan tetes
tebuh Rerata berat kering gr
0 ml 12.85
a
20 ml 13.00
a
40 ml 16.28
b
60 ml 12.28
a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji jarak Duncan dengan α = 0.05
Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada penambahan tetes tebu 0 ml, 20 ml dan 60 ml sama atau tidak ada beda nyata. Hal ini terlihat pada huruf
sama yang terdapat di belakang angka rata – rata berat kering tanaman
bayam merah. Pada penambahan tetes tebu 20 ml dan 40 ml rata – rata
berat kering tanaman yang berbeda nyata. Hal ini terlihat pada huruf berbeda yang terdapat di belakang angka rata
– rata berbeda berta kering tanaman. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penambahan tetes tebu 40 ml yang
paling baik untuk berat kering tanaman bayam merah. Hal ini dikarenakan rata-rata pengukuran berat kering bayam merah lebih tinggi dari perlakuan
lain dan ada beda nyata dengan perlakuan lain. Pemberian pupuk organik cair urin sapi hasil fermentasi dengan penambahan tetes tebu berpengaruh
nyata terhadap berat kering tanaman bayam merah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN