2. Kepemimpinan Transformasional
a. Pengertian Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional menurut para ahli didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan
yang mendorong semua unsur atau elemen sekolah guru, siswa, pegawaistaf, orangtua siswa, masyarakat sekitar dan lainnya untuk bekerja
atas dasar sistem nilai values system yang luhur, sehingga semua unsur yang ada di sekolah tersebut bersedia untuk berpartisipatif secara optimal
dalam mencapai visi sekolah Firman:2008. Kepemimpinan transformasional merupakan upaya memotivasi
pegawai untuk bekerja demi tercapai sasaran organisasi dan memuaskan kebutuhan mereka pada tingkat yanglebih tinggi. Adalah suatu hal yang
manusiawi, jika seseorang yang telah bekerja pada bidang dan periode waktu kerja tertentu mendapatkan keuntungan dan atau pendapatan yang
layak. Menurut Danim 2005:56 dengan melalui model kepemimpinan transformasional,
segala potensi
organisasi pembelajaran
dapat ditransformasikan menjadi aktual dalam rangka mencapai tujuan lembaga.
Di sisi lain hal ini akan menjadi berbahaya, jika ia bekerja semata-mata karena keinginan untuk memperoleh keuntungan atau setiappekerjaan yang
akan maupun yang sedang dilakukan dilihat dari aspek untung ruginya saja. Pemimpin transformasional cenderung memanusiakan manusia melalui
berbagai cara seperti memotivasi dan memberdayakan fungsi dan peran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karyawan untuk mengembangkan organisasi dan pengembangan diri menuju aktualisasi diri yang nyata Wutun,2001: 351.
Jadi dari berbagai pengertian kepemimipinan transformasional di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimipinan transformasional adalah
membangun kesadaran bawahannya akan pentingnya nilai kerja, memperluas dan meningkatkan kebutuhan melampaui minat pribadi serta
mendorong perubahan tersebut ke arah kepentingan bermasa termasuk kepentingan pribadi. Pemimipin transformasional berupaya melakukan
transforming of visionary menjadi isi bersama sehingga mereka bawahan dan pemimpin bekerja agar isi menjadi kenyataan. Kepemimpinan
transformasional dapat digunakan bila pemimpin perlu meningkatkan kinerja seseorang secara drastis. Kepemimpinan transformasional dapat
menjadi gaya kepemimpinan yang melelahkan. Pemimpin bertanggung jawab untuk visi dan cara-cara mencapai visi tersebut. Pemimpin
transformasional hingga tingkat tertentu bagaikan seorang penjudi yang mempertaruhkan visinya sebagai visi yang benar.
b. Dimensi-Dimensi Kepemimpinan Transformasional
Bass Murnianita, 2012 mengatakan ada 4 dimensi kepemimpinan transformasional sebagai berikut:
1 Pengaruh
Idealis Iidealized
influence atau
dikenal dengan
kepemimpinan Kharismatik, seorang pemimpin transformasional berperilaku sebagai seorang panutan, dihormati, dikagumi dan dipercaya.
Pemimpin tersebut mau mengambil resiko, dapat di andalkan, serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bermoral dan beretika baik. Pengaruh idealis juga dapat diartikan pemimpinan yang dapat memberikan visi dan misi, menanamkan
kebanggaan, saling menghormati dan saling percaya Robbin Judge, 2007. Pada dimensi ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a Idealized influence attributed Antonakis, et al., 2003 dalam McCann,
2008, merupakan karisma sosial seorang pemimpin yang dipersepsikan sebagai seorang pemimpin yang berkuasa dan percaya
diri, serta fokus pada tujuan. Pemimpin ini seperti menunjukan kebanggaan, rasa hormat dan kepercayaan bagi bawahannya
Mehmoood Arif, 2011. b
Idealized influence behavior Antonakis, et al., 2003 dalam McCann, 2008 merupakan tindakan karismatik dari seorang pemimpin yang
mengacu pada misi, nilai-nilai dan keyakinan. Pemimpin memiliki prinsip-prinsip etika dan moral, mendorong dan menuntut
keterikatakan yang tinggi, serta mengkomunikasikan nilai dan tujuan organisasi secara menyakinkan Mehmoood Arif, 2011.
2 Inspirasi motivasi inspirational motivation, pemimpin seperti ini
menunjukkan antusiasme dan optimisme, serta menciptakan suasana kerja yang berkomitmen mencapai tujuan dan visi organisasi. Selain itu
pemimpin yang memiliki karakteristik inspirasi motivasi adalah pemimpin yang mampu mengkomunikasikan harapan-harapan tinggi,
fokus terhadap usahaupaya dan mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang sederhana Robbin Judge, 2007.
3 Stimulasi
intelektual intellectual
stimulation, pemimpin
transformasional mendorong kreativitas pengikutnya dan mendorong adanya terobosan terbaru dalam penyelesaian masalah.
4 Pertimbangan individual individualized consideration maksudnya
adalah pemimpin transformasional berperan sebagai pelatih sekaligus mentor, serta menghargai kebutuhan dan keinginan individu. Pemimpin
seperti ini adalah pendengar dan memiliki interaksi yang baik dengan individu lain. Umumnya para pengikutnya berkembang menjadi invidu
berpotensi tinggi. b.
Prinsip-prinsip Kepemimpinan Transformasional Ress
2001 menyatakan
paradigma baru
kepemimpinan transformasional
mengangkat tujuh
pronsip untuk
menciptakan kepemimpinan transformasional yang sinergis yang terdiri dari simplifikasi,
motivasi, fasilitasi, inovasi, mobilitas, siap siaga dan tekad. Penjelasan
tujuh prinsip
untuk menciptakan
kepemimpinan transformasional yang sinergis adalah sebagai berikut:
1 Simplifikasi
Keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama. Kemampuan serta ketrampilan
dalam mengungkapkan visi secara jelas dan praktis dan tentu saja transformasional yang dapat menjawab,
“Ke mana kita akan melangkah?” menjadi hal pertama yang penting untuk implementasi.
2 Motivasi
Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu
kita lakukan. Pada saat pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu sinergisitas di dalam organisasi, berarti seharusnya dia dapat
mengoptimalkan, memotivasi, dan memberi energi kepada setiap pengikutnya. Praktisnya, dapat saja berupa tugas atau pekerjaan yang
betul-betul menatang serta memberikan peluang bagi mereka pula untuk terlibat dalam suatu proses kreatif, baik dalam hal yang memberikan
usulan ataupun mengambil keputusan dalam pemecahan masalah sehingga hal ini pula akan memberikan nilai tambah bagi mereka.
3 Fasilitasi
Dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi pembelajaran yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan,
kelompok, ataupun individual. Hal ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari setiap orang yang terlibat di dalam.
4 Inovasi
Kemampuan untuk secara berani dan bertanggungjawab melakukan suatu perubahan bilamana diperlakukan dan menjadi suatu tuntutan dengan
perubahan yang terjadi. Dalam suatu organisasi yang efektif dan efisien, setiap orang yang terlibat perlu mengantasipasi perubahan dan
seharusnya pula mereka tidak takut akan perubahan tersebut. Dalam kasus tertentu, pemimpin transformasional harus siap untuk merespon
perubahan tanpa mengorbankan rasa percaya dan tim kerja yang sudah dibangun.
5 Mobilitas
Pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi
dan tujaun. Pemimpin transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang penuh dengan tanggungjawab.
6 Siap siaga
Kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif.
7 Tekad
Tekad yang bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk itu tentu perlu pula
didukung oleh pengembangan displin spiritualitas, emosi dan fisik serta komitmen.
Pemimpin dalam mendorong bawahannya untuk dapat melakukan perubahan memerlukan berbagai model yang sesuai dengan perkembangan
dunia pendidikan. Implementasi model kepemimpinan transformasional dalam instansi pendidikan perlu memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut: a
Mengacu pada nilai-nilai agama yang terkandung dalam sistem organisasi atau instansi sekolah
b Disesuaikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem organisasi
atau instansi sekolah c
Menggali budaya yang ada dalam organisasi d
Karena sistem pendidikan merupakan suatu sistem maka harus memperhatikan sistem yang lebih besar yang ada di atasnya seperti
sistem negara. c.
Dampak dari Kepemimpinan Transformasional Menurut Martani 2011 gaya kepemimpinan transformasional dapat
berdampak pada OCB Organizational citizenship behavior. Martani secara khusus membahas Hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dengan Organizational Citizenship Behavior OCB. Organizational Citizenship Behavior OCB merupakan
perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang bersifat spontan, sukarela, dan berada diluar deskripsi peran dan tugasnya serta tidak mendapat kompensasi
secara formal dalam sistem reward yang memiliki kontribusi dalam efektivitas organisasi. Peneliti menemukan bahwa terdapat pengaruh positif
signifikan persepsi gaya kepemimpinan transformasional terhadap OCB, dalam
hal ini
semakin baik
persepsi terhadap
kepemimpinan transformasional kepala sekolah, maka karyawan guru itu akan
mempunyai tingkat OCB yang tinggi, sehingga akan memberikan manfaat bagi para guru untuk lebih dapat mengembangkan kemampuan yang
dimiliki. Penelitian yang dilakukan oleh Nguni, Sleegers, dan Denessen Given, 2008 mendapatkan hasil bahwa pemimpinan transformasional
memberikan dampak pada organisasi seperti Organizational Citizenship Behavior, komitmen kerja, kepuasan kerja dan kinerja.
Yukl 1999 menambahkan bahwa kepemimpinn transformasional dapat menghasilkan efek atau dampak yang negatif bagi pengikut dan
organisasi. Jika anggota organisasi dipengaruhi oleh pemimpin-pemimpin dengan visi yang berbeda, hasilnya akan meningkatkan ambiguitas peran
dan konflik peran. Selain itu adanya persaingan diantara subunit dapat mengakibatkan penurunan efektivitas organisasi.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dapat memberikan dampak positif pada
perilaku seseorang, organisasi, kepuasan kerja, kepercayaan pimpinan, dan motivasi kerja. Selain berdampak positif, gaya kepemimpinan juga
membawa dampak negatif pada bawahannya dan organisasi yaitu guru dapat mengalami stres dan efektivitas organisasi menurun.
3. Motivasi Kerja