51 b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan penyajian sekumpulan informasi tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data berupa teks
naratif dari hasil wawancara. c. Menarik kesimpulan verifikasi data yang sudah teruji.
52
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini memaparkan deskripsi data, pelaksanaan terapi dah hasil, pembahasan.
A. Deskripsi Data 1. Kongregasi Frater CMM
a. Sejarah Berdirinya Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelaskasih Frater CMM.
Congregatio Fratrum
Beatae Mariae
Virginis, Matris
Misericordiae atau Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang
Berbelaskasih, didirikan oleh Mgr. Joannes Zwijsen pada tanggal 25
Agustus 1844 di negeri Belanda. Kongregasi frater CMM, merupakan komunitas religius non imam.
Kongregasi frater CMM memulai karya kerasulannya di negeri Belanda pada tahun 1844 dandi Belgia pada tahun 1851. Dalam perjalanan waktu,
Kongregasi mulai kegiatannya di negara-negara jajahan Belanda antara lain; Antila Belanda tahun 1866, Suriname 1902, Indonesia 1923, dan
sekitar tahun 1960 menyusul penyebaran karya ke negara-negara lain, seperti, Zaire pada tahun1959, Brasilia 1960, dan Kalifornia-A.S tahun
1963. Jenderalat sejak berdirinya kongregasi frater CMM hingga
sekarang, berada di Tilburg, negeri Belanda. Kongregasi juga dibagi dalam 3 provinsi antara lain; Provinsi Belanda, Provinsi Belgia dan
Provinsi Indonesia serta 6 Regio, antara lain; Regio Antila Belanda, Regio
53 Suriname, Regio Kenya, Regio Namibia, Regio Brasilia dan Regio
Kalifornia A.S. Dengan demikian maka kongregasi frater CMM terdaftar di Tahta
Suci sebagai ‘’Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae’’Kongregasi Frater Santa Maria Bunda Berbelaskasih.
Konstitusi Frater CMM
b. Sejarah Awal Masuknya Kongregasi Frater CMM Di Indonesia.
Pada tahun 1923 kongregasi frater CMM mulai berkarya di Indonesia tepatnya di pulau Sumatera Barat kota Padang, kemudian mulai
berkembang dan pada tahun 1924 melanjutkan karya di Manado dan Tomohon Sulawesi Utara. Maka sejak itu berkembang menjadi dua
wilayah yakni wilayah Sumatera dan wilayah Sulawesi yang masing- masing wilayah dipimpin oleh seorang frater misionaris pimpinan atau
dikenal dengan sebutan Overste. Namun dalam perjalanan waktu, perang dunia ke II merupakan
suatu musibah untuk frater CMM di Indonesia. Musibah tersebut mengakibatkan lebih dari 10 frater CMM meninggal dunia di camp
Jepang, sebagaian besar di camp yang paling kejam yakni di Manado. Pada tahun 1945, masa kemerdekaan Indonesia membawa semangat baru
kepada frater CMM di Indonesia untuk mengembangkan karya khususnya dibidang pendidikan. Pada waktu itu para frater mulai mengelolah
beberapa sekolah yang cukup tersohor antara lain; Don Bosco Manado, Don Bosco Padang, Santo Thomas Medan, SMP Frater Makasar, dan
54 persekolahan Katolik di Soposurung Balige. Disinilah para frater berperan
baik dalam bidang pendidikan guru SD di Manado, Tomohon dan Balige. Pada tahun 50-an kongregasi frater CMM membantu inisiatif dari
Vikariat Ma nado untuk mendirikan suatu tareka frater pribumi; ‘’Tarekat
Murid- Murid Kristus’’. Para anggota frater tersebut masuk frater CMM
pada tahun 1962.Sejak tahun inilah kongregasi frater CMM menerima calon-calon orang Indonesi untuk menjadi frater CMM.Pada tahun 1968
masing-masing daerah kongregasional menjadi regio, dipimpin oleh seorang frater pemimpin regio, dibantu oleh dewan regio. Kedua regio
tersebut antara lain; Regio Sulawesi, Maluku dan sumatera. Masa tersebut ditandai oleh beberapa perkembangan antara lain;
a. Jumlah komunitas bertambah dari 6 komunitas menjadi 12
komunitas. b. Jumlah frater asal luar negeri menurun drastis, sedangkan jumlah
frater asal Indonesia bertambah diatas 100 jiwa c. Kongregasi frater CMM meninggalkan komunitas karya di
Padang dan Makasar, dan membuka komunitas-komunitas baru di pulau Nias, Maluku, Maluku tenggara, Tanah Toraja, Timor-timur
Sekarang Negara Timor Leste, dan Yogyakarta. d. Bidang-bidang pelayanan frater
CMM diperluas menjadi pendidikan formal, non formal, kesehatan, pastoral, sosial,
ekonomi, asrama-asrama, pelayanan percetakan dan toko rohani.