BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai banyak kekayaan alam baik yang dapat diperbaharui renewable maupun yang tidak dapat
diperbaharui unrenewable. Jenis kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui contohnya adalah sumber daya alam berupa tambang. Banyak sekali jenis bahan
tambang yang ada di Indonesia, antara lain emas. Tidak semua daerah mempunyai potensi tambang emas. Salah satu yang mempunyai tambang emas adalah pertambangan
secara tradisional yang berada di Desa Tamiang Natal Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal. Tambang emas yang terdapat di kecamatan ini tidak saja terdapat di
daerah daratan tetapi juga di Daerah aliran Sungai Batang gadis. Ditinjau dari segi administrasi ternyata para penambang emas tersebut tidak
memiliki izin dari pemerintah setempat. Padahal dalam ketentuan pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2001, tentang perubahan kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Pokok Pertambangan telah ditentukan tentang izin usaha
Pertambangan Daerah ditentukan bahwa setiap kegiatan Pertambangan Daerah dapat dilaksanakan setelah mendapat izin usaha Pertambangan.
Pada umumnya di Indonesia, para pengusaha pertambangan rakyat masih menggunakan cara penambangan dan pengelolaan secara tradisional, namun perhatian
dalam melestarikan lingkungan serta penanganan limbahnya masih sangat rendah.
Universitas Sumatera Utara
Pertambangan secara tradisional memainkan peranan ekonomi yang penting di banyak negara berkembang. Tambang skala kecil dapat membahayakan lingkungan dan
seringkali menghasilkan dampak kesehatan dan resiko keselamatan yang serius bagi pekerja dan masyarakat di sekitarnya. Pada kegiatan usaha pertambangan emas skala
kecil, pengolahan biji emas dilakukan dengan proses amalgamasi dimana merkuri Hg digunakan sebagai media untuk mengikat emas.
Hasil penelitian Petasule 2012, tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian keracunan merkuri pada pekerja penambang emas di Desa Hulawa Kecamatan
Sumalata Timur Kabupaten Gorontalo Utara, berdasarkan hasil pemeriksaan darah pekerja penambang emas dari 29 orang terdapat 24 orang 82,8 keracunan merkuri,
dimana pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri APD pada saat pekerja melakukan penambangan emas.
Menurut Fregert 1988, bahwa bahan kimia merkuri dapat menyebabkan alergi. Air raksa atau merkuri bisa menimbulkan dermatitis alergika pada industri yang
menggunakan merkuri seperti pembuatan amalgam untuk bahan penambal gigi. Logam air merkuri atau air raksa yang menembus kulit bisa menyebabkan granuloma.
Menurut Suma’mur 1995, bahan kimia dapat menyebabkan dermatitis dengan jalan perangsangan atau iritasi serta jalan sensitisasi, dengan mengambil air dari lapisan
kulit, secara oksidasi atau reduksi, sehingga keseimbangan kulit terganggu dan timbullah dermatitis.
Menurut Harahap 1998, Dermatitis kontak adalah suatu peradangan kulit yang disertai dengan adanya spongiosisedema interseluler pada epidermis karena kulit
berinteraksi dengan bahan - bahan kimia yang berkontak atau terpajan pada kulit.
Universitas Sumatera Utara
Bahan–bahan tersebut dapat bersifat toksik atau alergik. Pembagian dermatitis kontak yaitu : Dermatitis kontak iritan akut dan kronik atau kumulatif, Dermatitis kontak
alergik, Dermatitis fotokontak fotokontak toksik dan fotokontak alergik. Dermatitis kontak iritan merupakan 80 dari seluruh dermatitis kontak.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Rusli 2005, bahwa Sungai Batang Gadis yang terletak di Desa Muara Botung Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing
Natal, sudah tercemar limbah logam berat dengan kandungan merkuri di antara 0,0001 mgl sampai dengan 0,1176 mgl.
Pada penelitian Hartini 2007, ditemukan 44,4 pekerja tambang emas Di Desa Rengas Tujuh Kecamatan Tumbang titi Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat terdapat
kadar merkuri dalam urinenya rata-rata 7,6 gl . Umur pekerja tambang emas 19-43 tahun, jam kerja seluruh pekerja 40 jam perminggu, masa kerja 1 - 15 tahun. Untuk
penggunaan APD, 3 orang selalu menggunakan APD, 3 orang tidak pernah menggunakan APD, dan 12 orang kadang - kadang menggunakan APD.
Berdasarkan survey awal yang penulis lakukan bulan Maret 2013, Sungai Batang Gadis merupakan sumber penghasilan emas. Di sepanjang sungai batang gadis tersebut
pekerja melakukan penambangan secara tradisional, mulai dari hulu hingga hilir. Pekerja penambang menggunakan alat yang sangat sederhana seperti: dulang. Di mana dulang
ini adalah berupa piringan yang terbuat dari kayu yang digunakan untuk memisahkan pasir, batuan,dengan emas. Tetapi seiring dengan perkembangan tekhnologi sekarang
mereka sudah menggunakan alat berupa penyedotan ke dalam dasar sungai dengan cara memasukkan pipa ke dalam dasar sungai dengan kedalaman tertentu. Kemudian, pasir
yang di dalam sungai di sedot ke atas dan di saring dengan ijuk. Alat tersebut di
Universitas Sumatera Utara
namakan Dompeng. Pekerja penambang emas kemudian melakukan pemisahan antara pasir, batuan dengan emas yaitu dengan cara menambahkan merkuri ke dalam dulang
dengan memegang langsung merkuri dengan tangan sambil menggesekkan telapak tangan dan jari agar merkuri mengikat emas, merkuri yang digunakan adalah merkuri
yang pekat dengan konsentrasi 99,9 . Setelah memakai merkuri dalam bekerja, selanjutnya merkuri tersebut dibuang ke sungai.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, dari sampel air sungai yang penulis ambil di tiga titik maka diketahui bahwa di hulu sungai terdapat 0,215 mgl, tengah
sungai terdapat 0,072 mgl, di hilir sungai terdapat 0,008 mgl. Hal tersebut telah melampaui ambang batas yang telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan PP No. 82
Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yaitu 0,001 mgl untuk parameter air raksa.
Saat menggunakan merkuri sebagian penambang tidak menggunakan APD sehingga tangan pekerja kontak langsung dengan merkuri. Adapun kontak langsung
antara penambang emas dengan merkuri dalam melakukan pekerjaan dikhawatirkan terjadinya dermatitis kontak. Berdasarkan survey pendahuluan, para pekerja penambang
emas mengalami keluhan seperti adanya gatal-gatal, kemerahan pada kulit tangan dan kaki, perih, kulit menipis. Data yang penulis ambil dari puskesmas kecamatan
Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal, bahwa dari 10 penyakit terbesar dermatitis kontak merupakan urutan ke empat di daerah tersebut.
Oleh karena itu, penulis ingin meneliti tentang pengaruh karakteristik dan penggunaan APD pada pekerja penambang emas terhadap kejadian dermatitis kontak di
desa Tamiang kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah