dapat mempengaruhi toksisitas zat kimia. Ada tiga jalur pokok pemaparan : penetrasi melalui kulit absorbsi kulitdermal, absorbsi melalui paru-paru inhalasi, absorbsi
melalui saluran pencernaan ingesti. Bentuk pemaparan yang paling lazim adalah melalui inhalasi dan dermal, sementara keracunan yang disengaja maupun tidak, paling
sering terjadi melalui pemaparan oral Widyastuti, 2002.
2.2.1 Jalur Pemaparan Dermal
Kulit merupakan jalur pemaparan yang paling umum dari suatu zat, tetapi untungnya, kulit merupakan barier yang efektif terhadap berbagai jenis zat kimia. Jika
zat kimia tidak dapat menembus kulit, toksisitasnya akan bergantung pada derajat absorbsi yang berlangsung. Semakin besar absorbsinya, semakin besar kemungkinan zat
tersebut untuk mengeluarkan efek toksiknya. Zat kimia lebih banyak diabsorbsi melalui kulit yang rusak atau tergores daripada melalui kulit yang utuh. Begitu menembus kulit,
zat tersebut akan memasuki aliran darah dan terbawa ke seluruh bagian tubuh. Kemampuan suatu zat untuk menembus kulit bergantung pada dapat larut atau tidaknya
zat tersebut dalam lemak fat soluble. Zat kimia yang dapat larut dalam lemak, kemungkinannya untuk menembus kulit
lebih besar daripada zat yang dapat larut dalam air. Iritasi kulit dan alergi kulit merupakan kondisi yang paling lazim ditemui akibat paparan terhadap kulit yang terjadi
di tempat kerja dalam indus tri kimia. Iritasi adalah suatu kondisi pada kulit yang muncul akibat kontak
berkepanjangan dengan zat kimia tertentu. Setelah beberapa waktu, kulit akan mengering, terasa nyeri, mengalami pendarahan, dan pecah-pecah. Kondisi ini
diakibatkan oleh alkali basa, asam, solven, deterjen dan lain lain. Begitu kontak
Universitas Sumatera Utara
dengan zat kimia yang menyebabkan kondisi tersebut dihentikan, kulit akan pulih seperti sedia kala. Umumnya proses penyembuhan akan memakan waktu sampai beberapa
bulan. Selama waktu pemulihan itu, kulit menjadi lebih rentan terhadap kerusakan daripada yang biasanya sehingga harus dilindungi.
Dermatitis kontak alergi merupakan satu tipe tunda penyakit kulit akibat sensitivitas yang tinggi terhadap suatu zat kimia. Zat kimia dalam kadar yang rendah
yang biasanya tidak menyebabkan iritasi kulit, akan menimbulkan kerusakan pada kulit akibat meningkatnya sensitivitas. Gejalanya antara lain ruam kulit, bengkak, gatal-gatal,
dan melepuh. Gejala tersebut biasanya akan lenyap begitu kontak penyebab akan dihentikan, tetapi akan muncul lagi jika kulit akan kembali terpapar. Dermatitis alergik
terjadi akibat kontak berulang dengan substansi seperti kromium terkandung dalam semen, kulit, agens pembuat atapgenteng, dan sebagainya, kobalt terkandung dalam
deterjen, pigmen pewarna dan nikel benda berlapis nikel seperti anting, kunci, koin, peralatan. Karet dan beberapa jenis plastik serta zat adhesif juga dapat menimbulkan
efek tersebut. Kontak zat kimia dengan mata dapat menyebabkan kerusakan kulit mulai dari
tipe ketidaknyamanan ringan dan sementara sampai kerusakan permanen. Contoh substansi penyebab kerusakan pada mata antara lain asam, alkali, dan solven.
Walaupun iritasi kulit umumnya terjadi setelah pemaparan dermal terhadap suatu zat kimia, efek yang paling dikhawatirkan adalah efek sistemik. Setelah terabsorbsi
melalui kulit dan memasuki sirkulasi sistemik, zat kimia dapat menjalar kemana saja di dalam tubuh dan merusak organ serta sistem tubuh Widyastuti, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Anatomi Kulit