e. Stratum basale, terdiri dari satu lapis sel silindris dengan sumbu panjang tegak lurus dan selalu membelah diri. Lapisan ini merupakan impermeable membran terhadap
bahan kimia yang larut dalam air. Lapisan ini mengandung sel - sel melanosit. Pada orang normal perjalanan sel dari stratum basale sampai ke stratum corneum lamanya
40 sampai 56 hari. 2. Cutis Dermis Corium
Cutis terletak di bawah epidermis, yang membuat kulit menjadi kuat dan elastis karena terdiri dari kumpulan jaringan fibrous dan elastis. Lapisan ini terdiri dari 2
lapisan yaitu : a. Stratum papilare yang menonjol masuk ke dalam lapisan bawah epidermis,
mengandung kapiler dan ujung- ujung syaraf sensoris. b. Stratum retikulare yang berhubungan dengan subkutis mengandung kelenjar keringat
dan sebasea. Kelenjar sebasea seluruhnya bermuara pada folikel rambut, tidak dijumpai pada telapak tangan dan kaki. Sedangkan pada hidung, areola mammae dan
scrotum kelenjar kelenjarnya berbentuk lebih besar dari ukuran normal. 3. Subcutis
Terdiri dari jaringan yang longgar dan mengandung banyak kelenjar dan sel sel lemak. Kelenjar keringat terbanyak dijumpai pada telapak tangan dan kaki, tidak
terdapat pada gland penis dan kaku sedangkan pada ketiak daerah genitalia kelenjar peluhnya besar.
2.3.1 Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
Universitas Sumatera Utara
infeksi, mengontrol suhu tubuh termoregulasi, sensasi, eskresi dan metabolisme Harahap,1998.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.
Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan
melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru - paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Apabila temperatur
meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang
dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas Arkans,
1987.
2.3.2 Penyakit Kulit Akibat Kerja
Menurut Harrianto 2009, penyakit kulit akibat kerja adalah penyakit kulit yang diakibatkan oleh pajanan substansi kimiawi di lingkungan tempat kerja. Misalnya,
dermatitis kontak yang seringkali terjadi pada operator mesin yang banyak menggunakan minyak pelumas, operator di industri elektronik yang terpajan oleh resin,
pekerja bangunan oleh semen, penyepuh logam oleh nikel dan krom. Minyak pelumas dapat menyumbat duktus kelenjar sebasea sehingga menimbulkan akne. Garam-garam
arsen, merkuri, dan krom memiliki kapasitas untuk mengikat protein kulit sehingga
Universitas Sumatera Utara
dapat menimbulkan terjadinya ulserasi pada kulit. Sedangkan petani dan tukang kebun mudah terjangkit infeksi kulit.
Menurut Harahap 1998, Penyakit kulit akibat kerja atau Occupational Dermatitis adalah segala kelainan pada kulit yang diakibatkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. Penyakit ini merupakan 50 - 60 dari seluruh penyakit akibat kerja, sebagian besar disebabkan karena pekerja kontak dengan bahan - bahan yang
dipergunakan, diolah atau dihasilkan oleh pekerjaan itu. Penyebabnya dapat digolongkan atas :
1. Faktor mekanik Gesekan, tekanan trauma, menyebabkan hilangnya barrier sehingga memudahkan terjadinya sekunder infeksi. Penekanan khronis menimbulkan
penebalan kulit seperti pada kuli - kuli bangunan dan pelabuhan 2. Faktor fisik
a. Suhu tinggi ditempat kerja dapat menimbulkan miliara, combustion b.
Suhu rendah menyebabkan chilblans, trench foot, frostbite. c. Kelembaban terlalu rendah menyebabkan kulit dan selaput lendir saluran pernafasan
menjadi kering dan pecah - pecah sehingga dapat terjadi pendarahan pada kulit dan selaput lendir.
d. Radiasi elektromagnetik non ionisasi seperti ultraviolet dan infra merah. e. Kelembaban yang menyebabkan kulit menjadi basah, hal ini dapat menyebabkan
malerasi, paronychia dan penyakit jamur. f. Penerangan yang kurang baik dapat menyebabkan terganggunya indra penglihatan
sehingga cenderung terjadi kecelakaan kerja.
Universitas Sumatera Utara
g. Kecepatan aliran udara yang lambat menyebabkan kemungkinan kontak dengan bahan kimia dalam bentuk gas, uap, asap, kabut menjadi lebih besar.
3. Faktor biologis seperti bakteri, virus, serangga, kutu, cacing menyebabkan penyakit pada karyawan perkebunan, rumah potong, pertambangan, peternakan, tukang cuci,
dan lain-lain. 4. Tanaman dan bahan - bahan yang berasal dari padanya dijumpai pada pekerja -
pekerja pengolahan karet, damar dan tembakau, pekerja perkayuan dan perusahaan meubel.
5. Mental psikologis seperti hubungan kerja yang kurang baik, pekerjaan - pekerjaan yang monoton dan faktor - faktor psikis lainnya.
6. Faktor kimia merupakan penyebab terbesar, hal ini terjadi apabila kulit terpapar dengan bahan kimia dapat terjadi kelainan kulit berupa dermatitis kontak iritasi, atau
dermatitis kontak alergik. Faktor penyebab terbanyak adalah agen kimia yang terdiri dari 4 kategori :
1. Iritan primer asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam - garam logam Merkuri, Arsen, dan lain - lain.
2. Sensitizer, logam dan garam - garamnya Kromium, Nikel, Cobalt, dan lain - lain. Bahan - bahan kimia karet, obat - obatan dan antibiotik, kosmetik, dan lain - lain.
3. Agen - agen aknegenik - naftalen dan bifenil khlor, minyak mineral dan lain - lain. 4. Photosensitizer - antrasen, pitch, derivate asam benzoat, hidrokarbon aromatik,
pewarna akridin dan lain - lain.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Merkuri