Pembahasan Hasil Penelitian ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
semakin rendah jiwa kewirausahaan, maka semakin rendah pula efektivitas mengelola usaha.
Hasil penelitian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh negatif terhadap jiwa kewirausahaan dengan keefektifan
mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai
α 0,05.
Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon dikategorikan tinggi 35 pedagang47,3. Hasil
penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 67,42, median = 66,00, modus = 64, standar deviasi = 7,102. keefektifan mengelola usaha pedagang
bumbon tampak dalam semangat kerja, tegas dalam mengembil keputusan, berdedikasi, memiliki impian, tidak menggantungkan hidup pada nasib,
bekerja dengan rinci, memiliki sumber dana, memiliki etika moral, memiliki rencana bisnis, mengutamakan hasil yang terbaik, kerjasama dengan
karyawan, kemampuan belajar dan mendengarkan. Deskripsi jiwa kewirausahaan menunjukkan bahwa sebagian besar
pedagang bumbon di Pasar Beringharjo memiliki jiwa kewirausahaan yang dikategorikan cukup 31 pedagang41,9. Hasil penelitian ini didukung oleh
perhitungan nilai mean = 121,64, median = 119,50, modus = 119, standar deviasi = 10,615. Ciri-ciri seorang wirausaha yang berhasil adalah memiliki
rasa percaya diri yang tinggi, berorientasi pada tugas dan hasil, tidak ragu dalam mengambil resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, berpikir orosinil dan
memiliki visi yang jelas. Hasil penelitian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa pengaruh
negatif permodalan terhadap hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon adalah signifikan. Artinya
data penelitian mendukung diterimanya hipotesis H
3
. Karena hasil penelitian koefisien regresi sebesar -0,302, maka hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
dugaan awal penelitian. Ternyata besar kecilnya modal tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berwirausaha. Hal ini dapat ditunjukkan pada
dimensi jiwa kewirausahaan dalam mengelola usaha, para pedagang harus mempunyai rasa percaya diri. Untuk itu pedagang harus kreatif, berorientasi
ke depan, inovatif, dan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dengan begitu ia akan mampu mengelola usahanya dengan maksimal.
4. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Keefektifan Mengelola Usaha.
Nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,294. Nilai ini menunjukkan ada
hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,294. Hal ini berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pedagang bumbon akan semakin
efektif pula dalam mengelola usahanya. Sebaliknya apabila semakin rendah kecerdasan emosional, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola
usaha. Hasil ini sejalan dengan penelitian Margarita Suwarsi tahun 2007 bahwa ada hubungan antara variabel kecerdasan emosional dengan efektivitas
mengelola usaha fotokopi diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,653. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka
0,653, yang berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pengelola usaha fotokopi akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha fotokopi.
Sebaliknya apabila semakin rendah kecerdasan emosional, maka semakin rendah pula efektivitas mengelola usaha.
Hasil penelitian hipotesis keempat menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh negatif terhadap kecerdasan emosional dengan keefektifan
mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,006 lebih kecil dari nilai
α 0,05.
Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon dikategorikan tinggi 35 pedagang 47,3. Hasil
penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 67,42, median = 66,00, modus = 64, standar deviasi = 7,102. keefektifan mengelola usaha pedagang
bumbon tampak dalam semangat kerja, tagas dalam mengembil keputusan, berdedikasi, memiliki impian, tidak menggantungkan hidup pada nasib,
bekerja dengan rinci, memiliki sumber dana, memiliki etika moral, memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rencana bisnis, mengutamakan hasil yang terbaik, kerjasama dengan karyawan, kemampuan belajar dan mendengarkan.
Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon di Pasar Beringharjo memiliki kecerdasan emosional yang
dikategorikan tinggi 34 pedagang46. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 74,76, median = 73,00, modus = 72, standar deviasi
= 7,215. Ciri-ciri dapat mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, serta dapat membina hubungan dengan
orang lain. Hasil penelitian hipotesis keempat menunjukkan bahwa pengaruh
negatif permodalan terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon adalah signifikan. Artinya
data penelitian mendukung diterimanya hipotesis H
4
. Karena hasil penelitian koefisien regresi sebesar -0,647, maka hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
dugaan awal penelitian. Besar kecilnya modal disini ternyata tidak mempengaruhi kemampuan pedagang mengelola usaha.
Seorang entrepreneur yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, akan lebih berpeluang mencapai puncak keberhasilannya. Ia akan lebih
jeli dalam melihat sebuah peluang, lebih cekatan dalam bertindak dan lebih punya inisiatif. Ia juga akan lebih siap dalam melakukan negosiasi bisnis dan
lebih mampu melakukan langkah strategis bisnisnya, memiliki kepekaan, daya cipta, dan komitmen yang tinggi http:www.purdiecandra.comjmcontent
. Dalam mengelola usaha, seorang pedagang harus dapat memotivasi diri agar usaha yang dijalankan. Untuk itu pedagang harus lebih
cekatan dalam bertindak dan lebih punya inisiatif, selain itu juga harus mempunyai strategi bisnis. Sehingga berapapun jumlah modal yang dimiliki
tidak mempengaruhi kemampuan pedagang dalam mengelola usaha. 5. Pengaruh Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan
dengan Keefektifan Mengelola Usaha Nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan
mengelola usaha sebesar 0,399. Nilai ini menunjukkan ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,399. Hal ini berarti semakin
tinggi jiwa kewirausahaan pedagang bumbon akan semakin efektif pula dalam mengelola usahanya. Sebaliknya apabila semakin rendah jiwa kewirausahaan,
maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil ini sejalan dengan penelitian Margarita Suwarsi tahun 2007 bahwa ada hubungan antara
variabel jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha fotokopi yang diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,419. Hal ini menunjukkan ada
hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,419, yang berarti semakin tinggi jiwa kewirausahaan pengelola usaha fotokopi akan
semakin efektif pula dalam mengelola usaha fotokopi. Sebaliknya apabila semakin rendah jiwa kewirausahaan, maka semakin rendah pula efektivitas
mengelola usaha. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil penelitian hipotesis kelima menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh negatif terhadap jiwa kewirausahaan dengan keefektifan
mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai
α 0,05.
Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon dikategorikan tinggi 35 pedagang47,3. Hasil
penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 67,42, median = 66,00, modus = 64, standar deviasi = 7,102. keefektifan mengelola usaha pedagang
bumbon tampak dalam semangat kerja, tagas dalam mengembil keputusan, berdedikasi, memiliki impian, tidak menggantungkan hidup pada nasib,
bekerja dengan rinci, memiliki sumber dana, memiliki etika moral, memiliki rencana bisnis, mengutamakan hasil yang terbaik, kerjasama dengan
karyawan, kemampuan belajar dan mendengarkan. Deskripsi jiwa kewirausahaan menunjukkan bahwa sebagian besar
pedagang bumbon di Pasar Beringharjo memiliki jiwa kewirausahaan yang dikategorikan cukup 31 pedagang41,9. Hasil penelitian ini didukung oleh
perhitungan nilai mean = 121,64, median = 119,50, modus = 119, standar deviasi = 10,615. Ciri-ciri seorang wirausaha yang berhasil adalah memiliki
rasa percaya diri yang tinggi, berorientasi pada tugas dan hasil, tidak ragu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam mengambil resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, berpikir orosinil dan memiliki visi yang jelas.
Hasil penelitian hipotesis kelima menunjukkan bahwa pengaruh negatif pendidikan terhadap hubungan jiwa kewirausahaan dengan
keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon adalah signifikan. Artinya data penelitian mendukung diterimanya hipotesis H
5
. Karena hasil penelitian koefisien regresi sebesar -0,308, maka hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
dugaan awal penelitian. Tinggi rendahnya pendidikan seorang pedagang ternyata tidak mempengaruhi pembentukan jiwa kewirausahaan yang ia
miliki. Karena keluarga itu bukan satu-satunya sarana untuk balajar. Sebab belajar itu bisa dimana saja, antara lain dari pengalaman yang kita miliki
maupun dari orang lain. Selain itu ketekunan, rasa percaya diri, kerja kerasa juga diperlukan agar dapat mengelola usaha dengan baik.
6. Pengaruh Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Keefektifan Mengelola Usaha
Nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,294. Nilai ini menunjukkan ada
hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,294, yang berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pedagang bumbon akan semakin
efektif pula dalam mengelola usahanya. Sebaliknya apabila semakin rendah kecerdasab enosional, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola
usaha. Hasil ini sejalan dengan penelitian Margarita Suwarsi tahun 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahwa ada hubungan antara variabel kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha fotokopi diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,653. Hal ini
menunjukkan ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,653, yang berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pengelola usaha
fotokopi akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha fotokopi. Sebaliknya apabila semakin rendah kecerdasan emosional, maka semakin
rendah pula efektivitas mengelola usaha. Hasil penelitian hipotesis keenam menunjukkan bahwa etnis
berpengaruh negatif terhadap kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang
menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,006 lebih kecil dari nilai α
0,05. Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian
besar pedagang bumbon dikategorikan tinggi 35 pedagang 47,3. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 67,42, median = 66,00,
modus = 64, standar deviasi = 7,102. keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon tampak dalam semangat kerja, tagas dalam mengembil keputusan,
berdedikasi, memiliki impian, tidak menggantungkan hidup pada nasib, bekerja dengan rinci, memiliki sumber dana, memiliki etika moral, memiliki
rencana bisnis, mengutamakan hasil yang terbaik, kerjasama dengan karyawan, kemampuan belajar dan mendengarkan.
Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon di pasar Beringharjo memiliki kecerdasan emosional yang
dikategorikan tinggi 34 pedagang46. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 74,76, median = 73,00, modus = 72, standar deviasi
= 7,215. Ciri-ciri dapat mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, serta dapat membina hubungan dengan
orang lain. Hasil penelitian hipotesis keenam menunjukkan bahwa pengaruh
negatif pendidikan terhadap hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon adalah signifikan. Artinya
data penelitian mendukung diterimanya hipotesis H
6
. Karena hasil penelitian koefisien regresi sebesar -0,484, maka hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
dugaan awal penelitian. Tinggi rendahnya pendidikan pedagang ternyata tidak mempengaruhi pembentukan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional
terbentuk dari proses belajar. Belajar bukan hanya disektor formal lingkungan sekolah saja namun belajar bisa di lingkungan masyarakat dan
juga lingkungan keluarga. Kecerdasan yang dimiliki seseorang untuk mengelola usaha bukan hanya dari pendidikan formal saja. Tetapi ketekunan,
semangat yang tinggi, dan juga keberanian untuk berusaha itu juga merupakan salah satu kunci untuk mencapai suatu keberhasilan dalam berusaha.