Pembahasan Hasil Penelitian ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

semakin rendah jiwa kewirausahaan, maka semakin rendah pula efektivitas mengelola usaha. Hasil penelitian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh negatif terhadap jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,05. Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon dikategorikan tinggi 35 pedagang47,3. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 67,42, median = 66,00, modus = 64, standar deviasi = 7,102. keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon tampak dalam semangat kerja, tegas dalam mengembil keputusan, berdedikasi, memiliki impian, tidak menggantungkan hidup pada nasib, bekerja dengan rinci, memiliki sumber dana, memiliki etika moral, memiliki rencana bisnis, mengutamakan hasil yang terbaik, kerjasama dengan karyawan, kemampuan belajar dan mendengarkan. Deskripsi jiwa kewirausahaan menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon di Pasar Beringharjo memiliki jiwa kewirausahaan yang dikategorikan cukup 31 pedagang41,9. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 121,64, median = 119,50, modus = 119, standar deviasi = 10,615. Ciri-ciri seorang wirausaha yang berhasil adalah memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berorientasi pada tugas dan hasil, tidak ragu dalam mengambil resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, berpikir orosinil dan memiliki visi yang jelas. Hasil penelitian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa pengaruh negatif permodalan terhadap hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon adalah signifikan. Artinya data penelitian mendukung diterimanya hipotesis H 3 . Karena hasil penelitian koefisien regresi sebesar -0,302, maka hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan awal penelitian. Ternyata besar kecilnya modal tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berwirausaha. Hal ini dapat ditunjukkan pada dimensi jiwa kewirausahaan dalam mengelola usaha, para pedagang harus mempunyai rasa percaya diri. Untuk itu pedagang harus kreatif, berorientasi ke depan, inovatif, dan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dengan begitu ia akan mampu mengelola usahanya dengan maksimal. 4. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Keefektifan Mengelola Usaha. Nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,294. Nilai ini menunjukkan ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,294. Hal ini berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pedagang bumbon akan semakin efektif pula dalam mengelola usahanya. Sebaliknya apabila semakin rendah kecerdasan emosional, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil ini sejalan dengan penelitian Margarita Suwarsi tahun 2007 bahwa ada hubungan antara variabel kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha fotokopi diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,653. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,653, yang berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pengelola usaha fotokopi akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha fotokopi. Sebaliknya apabila semakin rendah kecerdasan emosional, maka semakin rendah pula efektivitas mengelola usaha. Hasil penelitian hipotesis keempat menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh negatif terhadap kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,006 lebih kecil dari nilai α 0,05. Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon dikategorikan tinggi 35 pedagang 47,3. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 67,42, median = 66,00, modus = 64, standar deviasi = 7,102. keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon tampak dalam semangat kerja, tagas dalam mengembil keputusan, berdedikasi, memiliki impian, tidak menggantungkan hidup pada nasib, bekerja dengan rinci, memiliki sumber dana, memiliki etika moral, memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI rencana bisnis, mengutamakan hasil yang terbaik, kerjasama dengan karyawan, kemampuan belajar dan mendengarkan. Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon di Pasar Beringharjo memiliki kecerdasan emosional yang dikategorikan tinggi 34 pedagang46. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 74,76, median = 73,00, modus = 72, standar deviasi = 7,215. Ciri-ciri dapat mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, serta dapat membina hubungan dengan orang lain. Hasil penelitian hipotesis keempat menunjukkan bahwa pengaruh negatif permodalan terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon adalah signifikan. Artinya data penelitian mendukung diterimanya hipotesis H 4 . Karena hasil penelitian koefisien regresi sebesar -0,647, maka hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan awal penelitian. Besar kecilnya modal disini ternyata tidak mempengaruhi kemampuan pedagang mengelola usaha. Seorang entrepreneur yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, akan lebih berpeluang mencapai puncak keberhasilannya. Ia akan lebih jeli dalam melihat sebuah peluang, lebih cekatan dalam bertindak dan lebih punya inisiatif. Ia juga akan lebih siap dalam melakukan negosiasi bisnis dan lebih mampu melakukan langkah strategis bisnisnya, memiliki kepekaan, daya cipta, dan komitmen yang tinggi http:www.purdiecandra.comjmcontent . Dalam mengelola usaha, seorang pedagang harus dapat memotivasi diri agar usaha yang dijalankan. Untuk itu pedagang harus lebih cekatan dalam bertindak dan lebih punya inisiatif, selain itu juga harus mempunyai strategi bisnis. Sehingga berapapun jumlah modal yang dimiliki tidak mempengaruhi kemampuan pedagang dalam mengelola usaha. 5. Pengaruh Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Keefektifan Mengelola Usaha Nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,399. Nilai ini menunjukkan ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,399. Hal ini berarti semakin tinggi jiwa kewirausahaan pedagang bumbon akan semakin efektif pula dalam mengelola usahanya. Sebaliknya apabila semakin rendah jiwa kewirausahaan, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil ini sejalan dengan penelitian Margarita Suwarsi tahun 2007 bahwa ada hubungan antara variabel jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha fotokopi yang diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,419. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,419, yang berarti semakin tinggi jiwa kewirausahaan pengelola usaha fotokopi akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha fotokopi. Sebaliknya apabila semakin rendah jiwa kewirausahaan, maka semakin rendah pula efektivitas mengelola usaha. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hasil penelitian hipotesis kelima menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh negatif terhadap jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,05. Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon dikategorikan tinggi 35 pedagang47,3. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 67,42, median = 66,00, modus = 64, standar deviasi = 7,102. keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon tampak dalam semangat kerja, tagas dalam mengembil keputusan, berdedikasi, memiliki impian, tidak menggantungkan hidup pada nasib, bekerja dengan rinci, memiliki sumber dana, memiliki etika moral, memiliki rencana bisnis, mengutamakan hasil yang terbaik, kerjasama dengan karyawan, kemampuan belajar dan mendengarkan. Deskripsi jiwa kewirausahaan menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon di Pasar Beringharjo memiliki jiwa kewirausahaan yang dikategorikan cukup 31 pedagang41,9. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 121,64, median = 119,50, modus = 119, standar deviasi = 10,615. Ciri-ciri seorang wirausaha yang berhasil adalah memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berorientasi pada tugas dan hasil, tidak ragu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dalam mengambil resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, berpikir orosinil dan memiliki visi yang jelas. Hasil penelitian hipotesis kelima menunjukkan bahwa pengaruh negatif pendidikan terhadap hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon adalah signifikan. Artinya data penelitian mendukung diterimanya hipotesis H 5 . Karena hasil penelitian koefisien regresi sebesar -0,308, maka hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan awal penelitian. Tinggi rendahnya pendidikan seorang pedagang ternyata tidak mempengaruhi pembentukan jiwa kewirausahaan yang ia miliki. Karena keluarga itu bukan satu-satunya sarana untuk balajar. Sebab belajar itu bisa dimana saja, antara lain dari pengalaman yang kita miliki maupun dari orang lain. Selain itu ketekunan, rasa percaya diri, kerja kerasa juga diperlukan agar dapat mengelola usaha dengan baik. 6. Pengaruh Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Keefektifan Mengelola Usaha Nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,294. Nilai ini menunjukkan ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,294, yang berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pedagang bumbon akan semakin efektif pula dalam mengelola usahanya. Sebaliknya apabila semakin rendah kecerdasab enosional, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil ini sejalan dengan penelitian Margarita Suwarsi tahun 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bahwa ada hubungan antara variabel kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha fotokopi diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,653. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,653, yang berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pengelola usaha fotokopi akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha fotokopi. Sebaliknya apabila semakin rendah kecerdasan emosional, maka semakin rendah pula efektivitas mengelola usaha. Hasil penelitian hipotesis keenam menunjukkan bahwa etnis berpengaruh negatif terhadap kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,006 lebih kecil dari nilai α 0,05. Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon dikategorikan tinggi 35 pedagang 47,3. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 67,42, median = 66,00, modus = 64, standar deviasi = 7,102. keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon tampak dalam semangat kerja, tagas dalam mengembil keputusan, berdedikasi, memiliki impian, tidak menggantungkan hidup pada nasib, bekerja dengan rinci, memiliki sumber dana, memiliki etika moral, memiliki rencana bisnis, mengutamakan hasil yang terbaik, kerjasama dengan karyawan, kemampuan belajar dan mendengarkan. Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon di pasar Beringharjo memiliki kecerdasan emosional yang dikategorikan tinggi 34 pedagang46. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 74,76, median = 73,00, modus = 72, standar deviasi = 7,215. Ciri-ciri dapat mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, serta dapat membina hubungan dengan orang lain. Hasil penelitian hipotesis keenam menunjukkan bahwa pengaruh negatif pendidikan terhadap hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon adalah signifikan. Artinya data penelitian mendukung diterimanya hipotesis H 6 . Karena hasil penelitian koefisien regresi sebesar -0,484, maka hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan awal penelitian. Tinggi rendahnya pendidikan pedagang ternyata tidak mempengaruhi pembentukan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional terbentuk dari proses belajar. Belajar bukan hanya disektor formal lingkungan sekolah saja namun belajar bisa di lingkungan masyarakat dan juga lingkungan keluarga. Kecerdasan yang dimiliki seseorang untuk mengelola usaha bukan hanya dari pendidikan formal saja. Tetapi ketekunan, semangat yang tinggi, dan juga keberanian untuk berusaha itu juga merupakan salah satu kunci untuk mencapai suatu keberhasilan dalam berusaha.

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa etnis berpengaruh negatif terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan angka–angka yang menguatkan pernyataan di atas. Diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa etnis berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha dan koefisien regresi menunjukan nilai sebesar – 0,686. 2. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa etnis berpengaruh negatif terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan angka–angka yang menguatkan pernyataan di atas. Diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa etnis berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara keceradan emosional dengan keefektifan mengelola usaha dan koefisien regresi sebesar -1,026. 3. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa permodalan berpengaruh negatif terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan angka–angka yang menguatkan pernyataan di atas. Diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa etnis berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Koefisien regresi sebesar -0,302. 4. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa permodalan berpengaruh negatif terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan angka–angka yang menguatkan pernyataan di atas. Diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara kecerasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Koefisien regresi sebesar -0,647. 5. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa pendidikan berpengaruh nrgatif terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan angka–angka yang menguatkan pernyataan di atas. Diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Koefisien regresi sebesar -0,308. 6. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa pendidikasn berpengaruh nrgatif terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan angka–angka yang menguatkan pernyataan di atas. Diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara kecerasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Koefisien regresi sebesar -0,484.

B. Keterbatasan

Pada saat penulis melaksanakan penelitian ini, penulis merasakan masih banyak menemui hambatan, kekurangan, dan kelemahan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain : adanya keterbatasan waktu, dana dan hambatan dalam pengumpulan data yang diperlukan. Penulis tidak dapat melakukan penelitian pada semua anggota populasi dan hanya mengambil sampel yang mewakili populasi karena keterbatasan waktu dan dana. Penulis tidak bisa melacak kebenaran data yang diperoleh dari responden. Apabila responden dalam menjawab pertanyaan dalam kuisioner tidak jujur, maka hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentu tidak menunjukkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI hasil yang sebenarnya. Ketidaksempurnaan kuesioner yang dibuat oleh penulis menyebabkan masih banyak responden yang kurang memahami butir-butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Sehingga penulis memerlukan waktu yang cukup banyak untuk menjelaskan isi kuesioner kepada responden.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian hipotesis pertama, bahwa maju mundurnya pengelolaan usaha tidak tergantung pada golongan etnis. Etnis apapun dapat mengelola usaha dengan baik. Untuk mengelola usaha dengan baik pedagang perlu meningkatkan kemampuan yang ada pada dirinya. Upaya yang dilakukan dengan kerja keras, disiplin, belajar, memanfaatkan waktu, dan memperbaiki sikap mental. Perbaikan sikap mental dapat dilakukan dengan cara, pedagang terbuka terhadap masyarakat sekitar tidak hanya dari lingkungan keluarga saja. Tetapi masukan-masukan, pengalaman dari diri sendiri dan orang lain dalam bersosialisasi dengan masyarakat merupakan salah satu modal dalam mengelola usaha. Misalnya dengan mengadakan pertemuan antar etnis guna menambah keakraban. 2. Berdasarkan hasil penelitian hipotesis kedua, bahwa maju mundurnya pengelolaan usaha tidak tergantung pada golongan etnis. Etnis apa saja dapat mengelola usaha dengan baik. Untuk dapat mengelola usaha dengan baik maka setiap etnis perlu mengenali emosi dan mampu membina hubungan dengan orang lain. Hal ini dilakukan dengan membina kerjasama antar pedagang, menghargai orang lain dan saling tukar menukar pengalaman. 3. Berdasarkan hasil penelitian hipotesis ketiga, bahwa besar kecilmya modal tidak terlalu mempengaruhi pedagang untuk mengembangkan usahanya. Sebab modal bisa dikumpulkan dari keuntungan yang didapat. Selain dari keuntungan, modal juga dapat diperoleh dari kerjasama dengan koperasi. Koperasi yang dimaksud adalah koperasi yang mengembangkan pola bantuan uang maupun non-uang. Koperasi yang mengembangkan pola bantuan non- uang seperti tenaga, ide, pemanfaatan potensi lingkungan, penampungan produk, dan semacamnya. Hal tersebut jika dibarangi dengan rasa percaya diri yang tinngi, kreatif, inovatif, berorientasi pada tugas dan hasil, tidak ragu dalam mengambil resiko, dan memiliki jiwa kepemimpinan maka pedagang akan dapat mengelola usahanya dengan baik. 4. Berdasarkan hasil penelitian hipotesis keempat, besar kecilnya modal yang dimiliki pedagang tidak terlalu mempengaruhi kemampuannya untuk mengelola usaha. Sebab modal dapat diperoleh salah satunya dari BPR. BPR disini sebagai bank pelaksana penyaluran bantuan kredit usaha kecil. Untuk dapat mengelola usaha dengan baik maka pedagang disarankan untuk lebih cekatan dalam bertindak, peka terhadap peluang yang ada, mempunyai inisiatif dan juga mempunyai strategi bisnis serta bertanggung jawab terhadap modal yang dipinjam. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Berdasarkan hasil penelitian hipotesis kelima, tinggi rendahnya pendidikan seorang pedagang tidak terlalu mempengaruhi pembentukan jiwa kewirausahaan yang dimilikinya. Sebab pedagang dapat belajar di mana saja, misalnya di lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan juga lingkungan sekolah. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain, surat kabar, majalah, diskusi dengan teman, dan juga penyuluhan-penyuluhan itu semua diperlukan sebagai sarana pembelajaran kita untuk dapat mengelola usaha. Untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan adanya ketekunan dan keterbukaan terhadap ide-ide dari orang lain. 6. Berdasarkan hasil penelitian hipotesis keenam, tinggi rendahnya pendidikan yang dimiliki pedagang ternyata tidak terlalu mempengaruhi pembentukan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional terbentuk dari proses belajar. Belajar bukan hanya di sektor formal saja, namun pedagang disarankan agar dapat belajar di sektor informal. Belajar di sektor informal dapat dilakukan melalui diskusi dengan teman, mengikuti organisasi, dan membaca buku-buku yang berhubungan dengan kemajuan usahanya kiat-kiat usaha kecil. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Alatas. 1988. Mitos Pribumi Malas. Jakarta: LP3ES Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta “Cara Efektif Mendapatkan Modal”. Media Akuntansi, No. 34Th. VIApril 1999 Cooper, Robert K. dan Ayman Sawaf. 1998. Executive Eq : Kecerdasan Emosional Dalam Kepemimpinan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Darmawan, Daidumi, dkk. 1984. Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta: Pusat Pengembangan Pembinaan Bahasa Departemen pendidikan dan kebudayaan David, Cl. 1995. Sukses Bisnis Cina Perantauan: Latar Belakang, Praktek Bisnis, dan Jaringan Internasional. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti “Emosi Dalam Bisnis”. http:www.purdiecandra.comjmcontent view 9346 Goleman, Daniel. 1999. Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 2003. Kepemimpinan Yang Mendatangkan Hasil. Yogyakarta: Amara Book Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Ekonometrics. New York: McGraw-Gill Companies Hariyono. 1993. Kultur Cina dan Jawa: Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Harmoko, Agung R. “Kecerdasan Emosional”. http:www.Binuscareer.com Article.aspx?id=hLO3fqu87k6312FWL86qSqg3D3D Idris, Zahara. 1984. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Angkasa “Kecerdasan Emosional Enterpreneur”. http:www.purdiecandra.comjmcontent view 9346 Koda, Siprianus. “Membedah Dinamika Emosi Sebagai Struktur Logis-Ilmiah”. Seri Buku Vox, Vol 443-42000 Koentjaraningrat. 1985. Javanese Culture. New York: Oxford University Prees