diri dalam mengelola usaha, kreatif, ketekunan, keuletan, berorientasi ke depan dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Jiwa
kewirausahaan sendiri dapat dikembangkan dengan cara kerja keras, disiplin, belajar, memanfaatkan waktu, dan memperbaiki sikap mental
Media Akuntansi, 1999:16-17. Sekolah merupakan salah satu sarana belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional cara berpikirnya. Hal ini berpengaruh pada keputusan-keputusan
usaha yang diambil. Dari penjelasan tersebut, penulis menduga bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat. Pengetahuan inilah yang nantinya akan berpengaruh pada perkembangan jiwa kewirausahaan seseorang yang akan
semakin tinggi dan berdampak pada kemampuan mengelola usaha 6. Pengaruh Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional
dengan Keefektifan Mengelola Usaha John Mayer dalam Harmoko http:www.binuscareer.comArticle.
aspx?id=hLO3fqu87k6312FWL86qSqg3D3D mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk memahami emosi orang lain
dan cara mengendalikan emosi sendiri. Kecerdasan emosional sendiri bukan merupakan bawaan dari lahir, melainkan terbentuk dari pola
pendidikan seseorang baik dari keluarga, masyarakat, maupun lembaga formal yaitu sekolah. Keluarga memiliki peran yang paling besar karena
dalam lingkungan kelurgalah seseorang untuk pertama kalinya mengalami PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendidikan. Setelah itu lingkungan masyarakat dan yang terakhir adalah sekolah. Dalam lingkungan sekolah, seseorang mendapatkan pengetahuan
baru yang mungkin tidak ia dapatkan dalam keluarga maupun masayarakat. Selain itu dalam lingkungan sekolah memungkinkan
seseorang berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dengan berbagi karakteristik yang berbeda dari setiap individu. Keadaan semacam
ini secara tidak langsung melatih seseorang untuk mengenali karakteristik dari setiap individu. Karakteristik diri selanjutnya menentukan setiap
individu bersikap dalam relasinya dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Mayer http:www.binuscareer.
comArticle.aspx?id=hLO3fqu87k6312FWL86qSqg3D3D bahwa kecerdasan emosional diartikan sebagai kemampuan untuk memahami
emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi sendiri. Kecerdasan emosional mutlak diperlukan oleh seorang pengusaha
agar dapat menjalankan usahanya secara efektif. Dengan memiliki kecerdasan emosional seorang pengusaha akan tetap menganggap bahwa
krisis itu adalah sebuah peluang, peka akan adanya peluang dalam situasi apapun dan mampu mengatasi berbagai konflik. Berdasar uraian di atas,
penulis menduga bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin seseorang dapat mengelola emosinya dengan baik, dan berdampak pada
kemampuan mengelola usahanya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
H. PERUMUSAN HIPOTESIS
1. Ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
2. Ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.
3. Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
4. Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.
5. Ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
6. Ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus yaitu penelitian terhadap objek tertentu sehingga kesimpulan yang diambil terbatas pada objek
yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada para pedagang bumboncraken di Pasar Beringharjo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Februari tahun 2007.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subyek Penelitian ini adalah pengusaha bumboncraken di Pasar Beringharjo.
2. Obyek Penelitian ini adalah etnis, permodalan, pendidikan, jiwa kewirausahaan, kecerdasan emosional, dan keefektifitas mengelola usaha.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil perhitungan ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik
tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat–sifatnya Sudjana,1996:6. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua pedagang bumbon yang berlokasi di Pasar Beringharjo yang berjumlah 100 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan wakil atau sebagian populasi yang diambil untuk diteliti. Pengambilan sampel dilakukan karena keterbatasan peneliti untuk
melaksanakan penelitian pada seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 100 pedagang, berdasarkan table Krejcie dengan taraf
kesalahan 5 diambil sampel sebanyak 78 pedagang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampel, dimana sampel diambil
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Etnis
Etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma, bahasa, agama, sejarah, grografis, dan
hubungan kekerabatan. Etnis dalam penelitian ini dibatasi hanya pada etnis Jawa dan etnis Cina. Karena kedua etnis ini banyak ditemui di lokasi
penelitian. Pengukuran variabel ini didasarkan pada skala nominal sebagai berikut :
Tabel 3.1 Klasifikasi Variabel Etnis
No Etnis Simbol
1 Cina 1
2 Jawa
2. Variabel Permodalan
Modal adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menjalankan usaha. Permodalan dalam penelitian ini berupa uang atau barang.
Pengukuran variabel permodalan ini didasarkan pada skala ordinal sebagai berikut :
Tabel 3.2 Klasifikasi Variabel Permodalan
Jumlah Modal Kategori
Simbol lebih dari Rp. 10.000.000
Besar 3
Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000 Menengah
2 kurang dari Rp. 5.000.000
Kecil 1
3. Variabel Pendidikan
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan–kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama
manusia. Dalam penelitian ini pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh responden. Pengukuran
variabel pendidikan dalam penelitian ini didasarkan pada skala ordinal sebagai berikut :
Tabel 3.3 Klasifikasi Variabel Pendidikan
Tingkat Pendidikan Kategori
Simbol SD, SMP, dan Sederajat
Dasar 1
SMA dan Sederajat Menengah
2 S1, S2, dan Seterusnya
Tinggi 3
4. Variabel Jiwa Kewirausahaan Jiwa kewirausahaan merupakan rasa percaya diri dalam mengelola
usaha, kreatif, ketekunan, keuletan, berorientasi kedepan dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Pengukuran variabel jiwa
kewirausahaan didasarkan pada indikator-indikator yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam skala sikap.
Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel jiwa kewirausahaan.
Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan
Pernyataan No Dimensi Indikator
Positif Negatif Percaya Diri
kepercayaanketeguhan tidak tergantung pada orang lain
kepribadian mantap optimisme
1,2 5,6,7,8
10 3,4
9 Berorientasi
Pada Tugas dan hasil
kebutuhan akan berprestasi berorientasi laba
tekun dan tabah tekat, kerja keras, motivasi tinggi
berinisiatif 11
13,14 15
16,17 18
12
Pengambil Resiko
mampu mengambil resiko suka pada tantangan
19,20 21,22,23
24 Kepemimpin-
an mampu memimpin
dapat bergaul dengan orang lain menanggapi kritik dan saran dengan
tepat 25,26
27,28,29 30,31
Orisinalitas inovatif
kreatif 32
34 33
fleksibel serba bisa
mengetahui banyak 35
36 37,38
Berorientasi Kemasa
Depan pandangan ke depan
39,40
Masing-masing pernyataan dibuat dengan pilihan empat jawaban dan
masing-masing diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut:
Skor Pernyataan No
Keterangan Positif Negatif
1 Sangat setuju
4 1
2 Setuju 3
2 3 Tidak
setuju 2
3 4
Sangat tidak setuju 1
4
5. Variabel Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional adalah kesanggupan manusia dalam
menjangkaui lima “kawasan” yang paling menentukan keberhasilan hidup seorang individu. Pengukuran variabel kecerdasan emosional didasarkan
pada indikator-indikator yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam skala sikap. Berikut ini disajikan tabel
operasionalisasi variabel kecerdasan emosional.
Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional
Dimensi Indikator Pernyataan No
Mengenal emosi diri
kesadaran diri emosional penilaian diri
kepercayaan diri 1,2,3
4 5
Mengelola emosi
kontrol diri kesungguhan
kemampuan beradaptasi 6
7 8,9
Memotivasi diri sendiri
inisiatif 10,11
Mengenali kesadaran berorganisasi
12,13
emosi orang lain
orientasi jasa 14
Membina Hubungan
kepemimpinan bervisi pengaruh
mengembangkan orang lain komunikasi
perubahan katalisator kerja tim dan kolaborasi
15 16,17
18,19 20,21
22 23,24
Masing-masing pernyataan dibuat dengan pilihan empat jawaban dan masing-masing diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut:
No Keterangan Positif
1 Sangat setuju
4 2 Setuju
3 3 Tidak
setuju 2
4 Sangat tidak setuju
1
6. Variabel Keefektifan Mengelola Usaha Keefektifan mengelola usaha dikatakan baik jika suatu usaha
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh usaha itu sendiri. Sebaliknya keefektivitas mengelola usaha dikatakan kurang baik jika suatu
usaha tidak berhasil dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut diperlukan perencanan pengorganisasian,
pemasaran, dan pengelolaan keuangan yang baik. Pengukuran variabel keefektivitas mengelola usaha didasarkan pada indikator-indikator yang
selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam skala sikap. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel
keefektifan mengelola usaha. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI