Pengujian Normalitas Deskripsi Data

Jika nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,650 lampiran 7, hal.140. Maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha dikategorikan kuat. Sedangkan jika nilai koefisien korelasi setelah memasukan variabel permodalan pada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,616 lampiran 8, hal.143. Maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha dikategorikan kuat. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa interaksi permodalan dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan hubungan antara jiwa kewirusahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai koefisien regresi X 1 X 2 dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dan permodalan terhadap keefektifan mengelola usaha adalah -0,302. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel melemahkan hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. 4 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307, dan diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = -61,709 + 51,758 X 1 + 1,646 X 2 – 0,647X 1 X 2 Keterangan : Y = Variabel keefektivitas mengelola usaha X 1 = Variabel kecerdasan emosional X 2 = Variabel permodalan X 1 X 2 = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan permodalan Jika nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,678 lampiran 7, hal.140. Maka dapat dikatakan bahwa hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha dikategorikan kuat. Sedangkan jika nilai koefisien korelasi setelah memasukan variabel permodalan pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,653 lampiran 8, hal.144. Maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha dikategorikan kuat. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa interaksi permodalan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kecerdasan emosional semakin menguatkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai koefisien regresi X 1 X 2 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dan permodalan terhadap keefektifan mengelola usaha adalah -0,647. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel melemahkan hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. 5 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307, dan diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = -40,56 + 41,735 X 1 + 0,826 X 2 – 0,308X 1 X 2 Keterangan : Y = Variabel keefektivitas mengelola usaha X 1 = Variabel jiwa kewirausahaan X 2 = Variabel pendidikan X 1 X 2 = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan pendidikan Jika nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,620 lampiran 7, hal.140. Maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha dikategorikan kuat. Sedangkan jika nilai koefisien korelasi setelah memasukan variabel pendidikan pada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,609 lampiran 8, hal.145. Maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha dikategorikan kuat. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa interaksi pendidikan dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan hubungan antara jiwa kewirusahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai koefisien regresi X 1 X 2 dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dan pendidikan terhadap keefektifan mengelola usaha adalah -0,308. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel melemahkan hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. 6 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307, dan diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = -26,684 + 40,208 X 1 + 1,167 X 2 – 0,484X 1 X 2 Keterangan : Y = Variabel keefektivitas mengelola usaha X 1 = Variabel kecerdasan emosional X 2 = Variabel pendidikan X 1 X 2 = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan pendidikan Jika nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,654 lampiran 7, hal.140. Maka dapat dikatakan bahwa hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha dikategorikan kuat. Sedangkan jika nilai koefisien korelasi setelah memasukan variabel pendidikan pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,591 lampiran 8, hal.146. Maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha dikategorikan sedang. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa interaksi pendidikan dengan kecerdasan emosional semakin menguatkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai koefisien regresi X 1 X 2 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dan pendidikan terhadap keefektifan mengelola usaha adalah -0,484. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel melemahkan hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. Berikut disajika tabel koefisien regresi sebagai berikut: Tabel 5.9 Hasil Koefisien Regresi Unstandardizid Coeficients Standardizaed Coeficients Hipotesis B Std. Error Beta t Sig. I -0,686 0,142 -4,875 -4,816 0,000 II -1,026 0,193 -4,512 -5,322 0,000 III -0,302 0,089 -3,904 -3,392 0,001 IV -0,647 0,124 -5,306 -5,30 0,000 V -0,308 0,092 -3,964 -3,345 0,001 VI -0,484 0,123 -3,925 -3,930 0,000

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh etnis terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha Nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,399. Nilai ini menunjukkan ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,399. Hal ini berarti semakin tinggi jiwa kewirausahaan pedagang bumbon akan semakin efektif pula dalam mengelola usahanya. Sebaliknya apabila semakin rendah jiwa kewirausahaan, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil ini sejalan dengan penelitian Margarita Suwarsi tahun 2007 bahwa ada hubungan antara variabel jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha fotokopi yang diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,419. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,419, yang berarti semakin tinggi jiwa kewirausahaan pengelola usaha fotokopi akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha fotokopi. Sebaliknya apabila semakin rendah jiwa kewirausahaan, maka semakin rendah pula efektivitas mengelola usaha. Hasil penelitian hipotesis pertama secara umum menunjukkan bahwa etnis berpengaruh negatif terhadap jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,05. Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon dikategorikan tinggi 35 pedagang 47,3. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 67,42, median = 66,00, modus = 64, standar deviasi = 7,102. Keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon tampak dalam semangat kerja, tegas dalam mengambil keputusan, berdedikasi, memiliki impian, tidak menggantungkan hidup pada nasib, bekerja dengan rinci, memiliki sumber dana, memiliki etika moral, memiliki rencana bisnis, mengutamakan hasil yang terbaik, kerjasama dengan karyawan, kemampuan belajar dan mendengarkan. Deskripsi jiwa kewirausahaan menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon di Pasar Beringharjo memiliki jiwa kewirausahaan yang dikategorikan cukup 31 pedagang41,9. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 121,64, median = 119,50, modus = 119, standar deviasi = 10,615. Ciri-ciri seorang wirausaha yang berhasil adalah memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berorientasi pada tugas dan hasil, tidak ragu dalam mengambil resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, berpikir orisinil dan memiliki visi yang jelas. Hasil penelitian hipotesis pertama menunjukkan bahwa pengaruh negatif etnis terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon adalah signifikan. Artinya data penelitian mendukung diterimanya hipotesis H 1 . Karena hasil penelitian koefisien regresi sebesar -0,686, maka hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan awal penelitian. Hal ini terjadi karena pedagang kurang tekun dan kurang berani mengambil resiko untuk mengembangkan usaha yang dijalankan. Pada dimensi jiwa kewirausahaan seharusnya dalam mengelola usaha para pedagang harus mempunyai rasa percaya diri, namun kenyataannya para pedagang seringkali kurang yakin dengan kemampuan yang ia miliki dan sering bergantung pada orang lain. Seharusnya untuk mencapai entrepreneur yang ideal, seorang pedagang harus mau meningkatkan lagi kemampuan yang ada dalam dirinya upaya-upaya yang dilakukan adalah dengan kerja keras, disiplin, belajar, memanfaatkan waktu, dan juga memperbaiki sikap mental. Sikap mental seseorang terbentuk tidak hanya dari pola pendidikan sedari kecil dalam lingkungan keluarga tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan lainnya seperti lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. 2. Pengaruh Etnis Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Keefektifan Mengelola Usaha Nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,294. Nilai ini menunjukkan ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,294. Hal ini berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pedagang bumbon akan semakin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI efektif pula dalam mengelola usahanya. Sebaliknya apabila semakin rendah kecerdasan emosional, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil ini sejalan dengan penelitian Margarita Suwarsi tahun 2007 bahwa ada hubungan antara variabel kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha fotokopi diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,653. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,653, yang berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pengelola usaha fotokopi akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha fotokopi. Sebaliknya apabila semakin rendah kecerdasan emosional, maka semakin rendah pula efektivitas mengelola usaha. Hasil penelitian hipotesi kedua menunjukkan bahwa etnis berpengaruh negatif terhadap kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,006 lebih kecil dari nilai α 0,05. Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon dikategorikan tinggi 35 pedagang 47,3. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 67,42, median = 66,00, modus = 64, standar deviasi = 7,102. Keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon tampak dalam semangat kerja, tagas dalam mengambil keputusan, berdedikasi, memiliki impian, tidak menggantungkan hidup pada nasib, bekerja dengan rinci, memiliki sumber dana, memiliki etika moral, memiliki rencana bisnis, mengutamakan hasil yang terbaik, kerjasama dengan karyawan, kemampuan belajar dan mendengarkan. Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon di Pasar Beringharjo memiliki kecerdasan emosional yang dikategorikan tinggi 34 pedagang46. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 74,76, median = 73,00, modus = 72, standar deviasi = 7,215. Ciri-ciri dapat mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, serta dapat membina hubungan dengan orang lain. Hasil penelitian hipotesis kedua menunjukkan bahwa pengaruh negatif etnis terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon adalah signifikan. Artinya data penelitian mendukung diterimanya hipotesis H 2 . Karena hasil penelitian koefisien regresi sebesar -1,026, maka hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan awal penelitian. Hal ini terjadi karena pedagang kurang peka terhadap peluang-peluang yang ada, kurangnya sikap untuk memotivasi diri untuk mengembangkan usaha. Untuk itu pedagang perlu adanya rasa keyakinan ingin tahu, niat atau kemauan, pengendalian diri, kecakapan berkomunikasi dan mampu bekerja sama dengan orang lain agar dapat mengelola usaha dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal. Pola pendidikan dalam keluarga sangat menentukan pembentukan kecerdasan emosional seseorang. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada lingkungan lain yang dapat berpengaruh seperti lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Dalam kasus pedagang bumbon ini kemungkinan pembentukan kecerdasan emosional banyak dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Dalam kedua lingkungan ini seseorang banyak berinteraksi dengan berbagai macam jenis karakter orang lain. Sehingga seseorang dapat mampu untuk mengatur dirinya sendiri dan hubungannya dengan orang lain secara efektif. 3. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Keefektifan Mengelola Usaha. Nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,399. Nilai ini menunjukkan ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,399. Hal ini berarti semakin tinggi jiwa kewirausahaan pedagang bumbon akan semakin efektif pula dalam mengelola usahanya. Sebaliknya apabila semakin rendah jiwa kewirausahaan, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil ini sejalan dengan penelitian Margarita Suwarsi tahun 2007 bahwa ada hubungan antara variabel jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha fotokopi yang diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,419. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang positif tidak ada tanda negatif pada angka 0,419, yang berarti semakin tinggi jiwa kewirausahaan pengelola usaha fotokopi akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha fotokopi. Sebaliknya apabila PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI semakin rendah jiwa kewirausahaan, maka semakin rendah pula efektivitas mengelola usaha. Hasil penelitian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh negatif terhadap jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,05. Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon dikategorikan tinggi 35 pedagang47,3. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 67,42, median = 66,00, modus = 64, standar deviasi = 7,102. keefektifan mengelola usaha pedagang bumbon tampak dalam semangat kerja, tegas dalam mengembil keputusan, berdedikasi, memiliki impian, tidak menggantungkan hidup pada nasib, bekerja dengan rinci, memiliki sumber dana, memiliki etika moral, memiliki rencana bisnis, mengutamakan hasil yang terbaik, kerjasama dengan karyawan, kemampuan belajar dan mendengarkan. Deskripsi jiwa kewirausahaan menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang bumbon di Pasar Beringharjo memiliki jiwa kewirausahaan yang dikategorikan cukup 31 pedagang41,9. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 121,64, median = 119,50, modus = 119, standar deviasi = 10,615. Ciri-ciri seorang wirausaha yang berhasil adalah memiliki