Keefektifan Mengelola Usaha KAJIAN PUSTAKA

keefektifan. Efisiensi berarti melakukan sesuatu secara benar do thing right, sedangkan keefektifan adalah melakukan sesuatu yang benar do the right thing. Efisiensi ditekankan pada penghematan dalam penggunaan input untuk menghasilkan suatu output tertentu. Upaya ini diwujudkan melalui beberapa penerapan konsep dan teori manajemen yang tepat. Sedangkan keefektifan ditekankan pada tingkat pencapaian atas tujuan yang diwujudkan melalui penerapan leadership dan pemilihan strategi yang tepat http:www.tazkiaonline.comarticle.php?sid=416. Jadi keefektifan mengelola usaha dikatakan baik jika suatu usaha berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh usaha itu sendiri. Sebaliknya keefektifan mengelola usaha dikatakan kurang baik jika suatu usaha tidak berhasil dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 2. Dimensi Mengelola Usaha Siti Adiprigandari A Suprapto mengungkapkan www.republika. com, seorang pengusaha harus memiliki dasar yang kuat agar dapat mengelola usahanya dengan baik. Dasar-dasar tersebut antara lain: a. Semangat kerja. Mencintai apa yang harus dikerjakan sehingga membuatnya terus berkarya menghasilkan prestasi-prestasi baru tiada henti. Ketika menghadapi halangan atau kegagalan, tidak putus asa dan justru belajar dari kegagalan. b. Seorang pengusaha harus memiliki impian. Impian merupakan wujud dari visi dan misi seseorang dalam berkarya. Dengan mimpi pikiran akan terfokus dan memudahkan mencapai apa yang diinginkan. c. Tegas dalam mengambil keputusan. Menunda pekerjaan merupakan kerugian bagi pengusaha. Kecepatan dalam mengambil keputusan yang tepat merupakan kunci keberhasilan dan keputusan harus diterapkan secara konsisten agar hasil yang diharapkan akan segera terwujud. d. Dedikasikan seluruh tenaga, waktu, dan pikiran untuk pekerjaan. Kadangkala seseorang harus bekerja sedikitnya 13 jam sehari dan tujuh hari seminggu agar impiannya segera terwujud. e. Rinci. Pengusaha harus bisa memperhatikan hal yang detail dari proses produksi usahanya dan tidak bersikap masa bodoh. Dengan demikian, ia bisa mengetahui kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya. Ia juga tidak mudah dibohongi bawahannya. f. Tidak menggantungkan hidup pada nasib. Yang menentukan apa yang ingin Anda kerjakan dan hidup Anda tidak ditentukan oleh atasan melainkan diri sendiri adalah Anda sendiri. g. Dana. Menjadi kaya bukan tujuan utama seorang wirausahawan. Uang hanya ukuran keberhasilan. Bila sukses uang akan datang dengan sendirinya. h. Bagi-bagi. Kepemilikan usaha dibagikan kepada karyawan-karyawan karena tanpa mereka bisnis tidak akan berjalan. Karena itu, karyawan harus diperhatikan agar ada rasa memiliki terhadap perusahaan. i. Memiliki etika moral. Pengusaha sukses selalu memiliki moralitas yang baik dalam menjalankan bisnisnya. Moralitas ini menjadi penting karena berfungsi sebagai kendali diri agar tidak terjebak kepada praktik bisnis yang menghalalkan segala cara. j. Mampu belajar dan mendengarkan. Pengusaha harus terus belajar dan mendengarkan masukan dari orang lain, tidak tergantung pada bakat alam. Berbagi ajang diskusi seminar, sekolah, konferensi menjadi tempat baginya untuk terus mengasah pengetahuan di bidangnya. k. Rencana bisnis. Seorang pengusaha selalu memiliki rencana bisnis yang akan dikembangkan. Penyusunan rencana bisnis ini penting sebagai arahan dalam mencapai tujuan perusahaan. Ketika menyusun rencana bisnis biasanya seseorang pengusaha melibatkan konsultan bisnis professional. l. Hasil terbaik. Pengusaha sukses selalu ingin mencapai prestasi terbaiknya. Prestasi itu akan menjadi kepuasan tersendiri yang sulit diganti apapun.

B. Jiwa Kewirausahaan

1. Pengertian Jiwa Kewirausahaan Jiwa kewirausahaan adalah rasa percaya diri yakin, optimis, dan penuh komitmen, berinisiatif energik dan percaya diri, memiliki motif berprestasi berorientasi hasil dan berwawasan ke depan, memiliki kepemimpinan berani tampil beda, dan berani mengambil resiko dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penuh perhitungan karena itu suka akan tantangan Suryana, 2003:2. Jiwa kewirausahaan didefinisikan sebagai rasa tanggung jawab, kreativitas dan mampu mengambil keputusan http:www.pikiran-rakyat.com. Sementara itu Eri Sudewo Media Akuntansi, 1999:16-17 dalam ceramah lokakarya yang diadakan di kantor IAI mengatakan bahwa enterpreneurship mempunyai arti keberanian dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri untuk berkarya dan berusaha. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jiwa kewirausahaan merupakan rasa percaya diri dalam mengelola usaha, kreatif, ketekunan, keuletan, berorientasi ke depan dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Untuk mencapai entrepreneur yang ideal, seseorang harus mau meningkatkan lagi kemampuan yang ada dalam dirinya. Di antara upaya- upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan enterpreneurship adalah dengan: a. Kerja keras. Kerja keras adalah kunci untuk mencapai sesuatu agar mendapat hasil yang maksimal. Menjalani pekerjaan dengan tekun, tidak mudah menyerah tetapi selalu kreatif menemukan pemecahan masalah yang dihadapi, tidak takut bersaing untuk kemajuan agar dapat menciptakan kreasi-kreasi baru yang berguna bagi kemajuan diri. b. Disiplin. Memenuhi komitmen yang telah dibuat, misalnya dengan selalu tepat waktu dalam segala hal, bertanggung jawab dalam setiap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI masalah yang dihadapi, berusaha untuk selalu jujur dalam bertindak, dan berani bertangung jawab pada setiap tindakan yang telah dilakukan. c. Belajar. Ilmu selalu berkembang, maka untuk mengimbanginya kita dituntut untuk belajar terus-menerus guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kita. d. Memanfaatkan waktu. Dalam menggunakan waktu kita dituntut untuk seefisien mungkin, jangan membuang-buang waktu untuk pekerjaan yang tidak bermanfaat. Gunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat dan dapat meningkatkan kemampuan diri. e. Memperbaiki sikap mental. Tumbuhkan sikap mental maju dan buang jauh-jauh sikap mental yang menghambat. Sikap mental maju yang dapat meningkatkan enterprenership adalah sigap, cekatan, tak menunda, tanggap, aktif, rajin, telaten, tekun, jujur dan bertangung jawab, disiplin, teliti, kerja baik, berjiwa besar, dan mempunyai sikap wira. Sementara sikap mental yang dapat menghambat adalah malas, enggan, menunda, diam, pasif, masa bodoh, apatis, tak peduli, culas dan curang, seenaknya, ceroboh, asal jadi, iri, dengki, dan sangat personal. 2. Dimensi Jiwa Kewirausahaan Menurut Eri Sudewo Media Akuntansi, 1999:16-17 untuk dapat menjadi seorang wirausaha yang berhasil maka seseorang harus memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Percaya diri yang tinggi . Seorang enterpreneur mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri dan tidak bergantung para orang lain serta memandang masalah dengan kaca mata optimisme. Selalu berorientasi pada tugas dan hasil. Seorang enterpreneur selalu haus dengan prestasi dan dalam bekerja mengorientasikan seluruhnya kepada pencapaian laba yang sebesar-besarnya. Dia melaksanakan pekerjaannya dengan tekun dan jika mengahadapi kendala dia akan tabah, selalu menguatkan tekadnya untuk terus maju dari dalam dirinya terus dikobarkan dorongan yang kuat, dia selalu bersemangat dalam bekerja dan selalu penuh dengan pemikiran-pemikiran yang mengarah kepada kemajuan. Tidak ragu dalam mengambil resiko. Seorang enterpreneur menyukai tantangan yang ada dihadapannya. Tantangan itu membuatnya semakin bersemangat untuk dapat menaklukkannya. Dia selalu berpikir sematang mungkin sebelum bertindak. Jiwa kepemimpinan. Seorang enterpreneur dapat menjadi jembatan bagi terciptanya hubungan yang baik dalam lembaga maupun lingkungan tempat tinggalnya. Dia tidak kaku atau mau menang sendiri tapi mau bermusyawarah dalam memutuskan suatu masalah, mempunyai jiwa yang arief bijaksana, mau mendengarkan keluhan orang lain, bisa menerima kritik orang lain yang sifatnya membangun dirinya kearah yang lebih baik, dan mampu memotivasi orang lain untuk bersama-sama mencapai tujuan. Berpikir orisinil . Seorang entrepreneur mempunyai pemikiran yang inovatif, kreatif, banyak ilham dalam menyelesaikan pekerjaannya untuk hasil yang lebih baik. Suka bereksperimen mencari yang baru untuk mendapatkan produk yang lebih kompetitip dan dengan mudah diterima ditengah masyarakat. Visi yang jelas . Seorang entrepreneur dalam setiap tindakan yang dibuatnya selalu berorientasi masa depan.

C. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional Josh Hammond menyatakan bahwa emosi adalah sesuatu yang mempunyai makna penting bagi perusahaan. Menurutnya, emosi adalah pengorganisasian yang hebat dalam bidang pikiran dan perbuatan. Meskipun demikian emosi tidak dapat dipisahkan dari penalaran dan rasionalitas. Dalam bahasa Latin emosi dikatakan sebagai motus anima, yang artinya “jiwa yang menggerakkan kita” http:www.purdiecandra. comjmcontentview9446. Lebih lanjut dalam kamus bahasa inggris Oxford mendefinisikan emosi sebagai suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, suatu keadaan biologis dan psokologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Bentuk emosi yang muncul kerap dirasakan atas sikap yang ditampilkan atas dasar suasana perasaan saat itu. Beberapa contoh emosi yang sering kita rasakan menurut Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Kecerdasan Emosional, terbagi menjadi: amarah, seperti mengamuk, bengis, benci, jengkel, kesal hati, rasa terganggu, seperti rasa pahit, tersinggung, merasa hebat. Kesedihan, seperti pedih, sedih, putus asa, kalau depresi berat. Rasa takut, seperti cemas, takut, gugup, khawatir, waspada, tidak senang, was was, fobia,dan panik. Kenikmatan, seperti bahagia, gembira, riangan, puas, terhibur, bangga, takjub, senang sekali. Cinta, seperti penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasih. Terkejut, seperti terpana, jengkel, hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah. Malu seperti rasa salah, malu hati, kesal hati hina, aib, hancur lebur http:www.binuscareer.comArticle.aspx?id=hLO3fqu87k6312FWL86 qSqg3D3D. Menurut Goleman 2003:14 kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengatur diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain secara efektif yang terdiri dari empat kemampuan mendasar: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial dan kemampuan sosial. Kecerdasan emosional menurut Cooper 1998:XV adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Sedangkan John Mayer, psikolog dari University of New Hampshire dalam Harmoko http:www.binuscareer.comArticle.aspx?id= hLO3fqu87k6312FWL86qSqg3D3D mendefinisikan kecerdasan emosi yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi sendiri. Goleman mengungkapkan perbedaan antara kecerdasan emosional dengan kecerdasan intelektual IQ. Kecerdasan intelektual sesungguhnya merupakan keturunan seseorang yang tidak dapat dirubah, karena pembawaan sejak lahir. Sedangkan kecerdasan emosional tidak demikian. Kecerdasan emosional dapat dipelajari, dilatih, dan bisa dikembangkan. Tetapi perlu diingat bahwa semuanya itu merupakan proses yang memerlukan waktu, ketekunan, semangat tinggi dan keberanian untuk mencoba. Kecerdasan emosional merupakan jembatan antara apa yang kita ketahui, dengan apa yang kita lakukan. Dengan semakin tinggi kecerdasan emosional, kita akan semakin terampil melakukan apapun yang kita ketahui benar. Entrepreneur yang memiliki kecerdaan emosional yang optimal, akan lebih berpeluang mencapai puncak keberhasilannya. Mereka akan tetap menganggap bahwa krisis itu adalah sebuah peluang, peka akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI adanya peluang dalam situasi apapun dan mampu mengatasi berbagai konflik. Orang-orang yang benar-benar mengoptimalakan EQ, akan lebih jeli dalam melihat sebuah peluang. Ia lebih cekatan dalam bertindak dan lebih punya inisiatif. Atau ia akan lebih siap dalam melakukan negosiasi bisnis. Lebih mampu melakukan langkah strategis bisnisnya, memiliki kepekaan, daya cipta, dan komitmen yang tinggi. http:www. purdiecandra.comjmcontent view9346. Unsur-unsur yang berkaitan dengan kecerdasan emosional menurut Goleman 1999:274 meliputi: a. Keyakinan Perasaan kendali dan penguasaan seseorang terhadap tubuh, perilaku, dan dunia. b. Rasa Ingin Tahu Perasaan bahwa menyelidiki segala sesuatu itu bersifat positif dan menimbulkan kesenangan. c. Niat Hasrat dan kemampuan untuk berhasil dan untuk bertindak berdasarkan niat itu dengan tekun, Ini berkaitan dengan perasaan terampil, perasaan efektif. d. Kendali Diri Kemampuan untuk menyesuaikan dan mengendalikan tindakan dengan pola yang sesuai dengan usia, suatu rasa, kendali batiniah. e. Keterkaitan Kemampuan untuk melibatkan diri dengan orang lain berdasarkan pada perasaan saling memahami. f. Kecakapan Berkomunikasi Keyakinan dan kemampuan verbal untuk bertukar gagasan, perasaan, dan konsep dengan orang lain. g. Koperatif Kemampuan menyeimbangkan kebutuhan sendiri dengan kebutuhan orang lain. 2. Dimensi Kecerdasan Emosional Siprianus Koda dalam “Membedah Dinamika Emosi Sebagai Struktur Logis-Ilmiah” Seri Buku Vox, 2000:90 menyatakan bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI