2. Kanker leher rahim Penyebab dari terjadinya kanker leher rahim cervix disebut–sebut karena
adanya infeksi dari HPV Human Papiloma Virus. Human Papiloma Virus HPV merupakan virus DNA yang sangat kecil namun infektif serta dapat
menimbulkan lesi pada kulit maupun sel epitel pipih. Ada lebih dari 100 tipe HPV, tipe yang umum adalah tipe 16 dan 18. Kedua tipe ini dapat menimbulkan
perubahan abnormal sel–sel cervix CIN dan selanjutnya menyebabkan terjasinya kanker cervix atau kanker leher rahim Widyani, 2005.
Faktor seluler dari HPV yang bertanggung jawab atas munculnya kanker leher rahim adalah viral E6 dan E7. DNA E6 dan E7 dari virus ini mampu
menyebabkan kekacauan pada siklus dan proliferasi sel akibat tidak aktifnya gen penekan tumor p53 dan pRb pada sel normal. Viral DNA E6 akan mengikat kuat
p53 sedangkan DNA E7 akan mengikat pRb King, 2000.
D. Kultur Sel
Penggunaan kultur sel sebagai subyek uji dikarenakan selain banyaknya tekanan publik untuk mengurangi bahkan tidak menggunakan hewan sebagai
subyek uji dalam percobaan mengingat segi moral. Alasan lain tidak menggunakan hewan percobaan ialah untuk menghemat biaya yang besar apabila
menggunakan hewan percobaan dan juga rendahnya nilai korelasi antara hasil yang diperoleh dengan penelitian menggunakan hewan jika dikorelasikan dengan
manusia. Dengan menggunakan kultur sel sebagai alternatif subyek dalam pengujian toksikologi, maka mekanisme toksisitas biokimia dapat dikerjakan
dengan lebih efektif. Hal ini dikarenakan kondisi dari sel dapat dikontrol dan dimodifikasi Wallin, 1998.
Sel SiHa adalah salah satu kanker cervix yang menyebabkan kematian yang tinggi pada wanita. Sel SiHa diperoleh dari fragmen sampel jaringan primer
dari suatu karsinoma cervix dan merupakan squamosa yang tidak terdiferensiasi. Sel ini ditemukan pada manusia sekitar tahun 1995. Morfologi sel SiHa mirip
dengan sel epitelial dan tipe inti selnya tidak diketahui. Sel ini mengandung
Human Papilloma Virus 16 HPV-16 Anonim, 2006d. E. Sel Vero
Sel Vero ditemukan pertama pada tahun 1962 oleh Y. Yasumura dan Y.
Kawakita di Universitas Chiba di Chiba, Jepang. Sel Vero diambil dari ginjal kera dewasa jenis African Green Monkey yang sehat. Selain sering digunakan dalam
produksi vaksin, sel Vero juga sering digunakan untuk mendeteksi Verotoksin. Saat ini, sel Vero telah banyak digunakan untuk mengembangkan pengobatan
berbagai macam penyakit, salah satu diantaranya yaitu diabetes Anonim, 2006c. Sel Vero digunakan secara luas pada studi replikasi virus dan uji penyakit
pes. Selain itu juga digunakan untuk uji berbagai penyakit yang diakibatkan oleh virus Anonim, 1983.
F. Uji Sitotoksisitas
Uji sitotoksisitas ialah suatu uji yang secara in vitro menggunakan kultur sel dalam mengevaluasi keamanan obat, makanan, kosmetik maupun bahan-bahan
kimia lainnya Freshney, 1986. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji sitotoksisitas ini merupakan suatu uji yang cepat, terstandarisasi, sensitif dan tidak terlalu mahal, dengan kepentingan untuk menentukan apakah
suatu material mengandung bahan yang berbahaya toksis secara biologik dalam jumlah yang signifikan. Sensitifitas yang tinggi dari uji ini karena adanya sel uji
yang terisolasi dalam kultur dan tidak adanya mekanisme protektif tubuh yang mempengaruhi sel uji Wallin, 1998.
Ada beberapa metode untuk mengetahui hasil uji sitotoksisitas, yaitu metode Trypan Blue Staining, Tritium-labeled Thymidine dan MTT. Trypan Blue
Staining adalah cara sederhana untuk mengevaluasi integritas dari membran sel, yang kemudian dari hasilnya dapat menunjukkan kematian atau proliferasi sel.
Namun metode ini kurang sensitif. Metode kedua yaitu Tritium-labeled Thymidine adalah metode yang menggunakan senyawa radioaktif tritium yang dilabelkan
pada timidin. Pengukuran jumlah bahan radioaktif yang terambil oleh sel ini sangat akurat namun metode ini memerlukan waktu yang lebih lama. Sedangkan
metode MTT adalah metode kolorimetrik yang mengukur hasil reduksi dengan garam tetrazolium menjadi kristal formazan yang berwarna ungu oleh
mitokondria sel hidup melalui metabolismenya. Kemudian warna ungu yang dibentuk diukur dengan pembacaan ELISA plate reader. Jumlah warna yang
dibentuk proporsional dengan jumlah sel yang hidup. Metode MTT bersifat kuantitatif dan lebih sensitif bila dibandingkan dengan metode Trypan Blue
Staining karena adanya hubungan yang linear antara keaktifan sel dan absorbansi, jumlah sel yang tumbuh maupun mati dapat diukur. Sedangkan Trypan Blue
Staining bersifat kualitatif dan hanya mengindikasikan sel yang masih hidup Anonim, 2006b.
G. Mekanisme Senyawa Antikanker
Senyawa yang digunakan sebagai bahan obat kanker memiliki salah satu kemampuan untuk menghambat terjadinya kanker dengan mekanisme
menghambat sintesis asam nukleat atau dengan menghambat proses pembelahan sel pada saat mitosis dengan cara mengikat protein tubulin dalam spindle mitosis
dan menghalangi polymerase ke dalam mikrotubulus. Mekanisme lain yaitu menghambat sintesis DNA dan replikasinya melalui enzim topoisomerase
Dewick, 1986.
H. Landasan Teori
Kanker merupakan penyakit berbahaya yang merusak bagian- bagian tubuh, ditandai pertumbuhan yang cepat dan tidak terkendali. Apabila proses
tersebut tidak ditahan pertumbuhannya akan menyebabkan kematian sel organisme. Banyak penelitian menggunakan fraksi protein dari berbagai jenis
tanaman. Daun mimba diteliti sebagai antikanker dalam penelitian yang berjudul “Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Mimba Azadirachta indica A. Juss Hasil
Pengendapan dengan Ammonium Sulfat 30, 60, dan 100 Jenuh terhadap Kultur Sel SiHa Candra, 200”.