Analisis Hasil Sitotoksisitas fraksi protein daun mimba [Azadirachta indica A. Juss] FP30, FP40, FP50, Fp60 terhadap kultur sel SiHa.

berlangsung karena adanya perbedaan gradien konsentrasi yang besar di dalam dan di luar permukaan tubing dialysis sehingga memungkinkan terjadinya mekanisme difusi pasif. Konsentrasi amonium sulfat di dalam tubing dialysis yang lebih tinggi dibanding di luar tubing dialysis mengakibatkan amonium sulfat akan keluar dari dalam tubing dialysis dengan mekanisme difusi pasif. Selain karena adanya perbedaan gradien konsentrasi yang besar, tubing dialysis ini bersifat semipermeabel, yang memiliki pori yang hanya mengeluarkan partikel- partikel yang berukuran sekitar 15.000–20.000 Dalton sehingga partikel amonium sulfat yang berukuran lebih kecil daripada protein dapat keluar dari dalam tubing dialysis sedang protein yang merupakan makromolekul tetap tertinggal di dalam. Pengggantian dapar dilakukan dengan tujuan agar amonium sulfat yang keluar dari tubing dialysis dan berada dalam dapar tidak terlalu jenuh sehingga perbedaan gradien konsentrasi amonium sulfat yang di dalam dengan yang di luar permukaan tubing dialysis tetap besar dan dengan demikian mekanisme difusi pasif dapat terus berjalan. Endapan hasil dialisis dibuang dan supernatan diambil. Supernatan ini merupakan sampel fraksi protein daun mimba dengan konsentrasi amonium sulfat 30 jenuh. Pada preparasi sampel fraksi protein daun mimba konsentrasi amonium sulfat 40, 50 dan 60 jenuh langkah pengerjaannya sama seperti di atas, yaitu dengan menggunakan supernatan hasil pengendapan amonium sulfat. Jumlah gram amonium sulfat yang ditambahkan berturut- turut untuk sampel fraksi protein daun mimba dengan konsentrasi amonium sulfat 30, 40, 50 dan 60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI jenuh dari kadar jenuh adalah sebanyak 28,35 gram; 29,29 gram; 30,29 gram; 31,36 gram.

D. Pengukuran Kadar Protein dengan Spektrofotometri UV

Sampel fraksi-fraksi protein daun mimba yang diperoleh kemudian diukur kadarnya dengan menggunakan metode spektrofotometer UV dengan kuvet kuarsaglass. Panjang gelombang yang digunakan ialah 280 nm dan 260 nm. Digunakan panjang gelombang 280 nm karena protein dapat menyerap secara aktif dan memberi respon maksimal pada panjang gelombang tersebut. Umumnya protein mengandung residu asam amino seperti tirosin, triptofan dan fenilalanin di mana residu-residu asam amino tersebut mempunyai cincin aromatis yang mengandung kromofor atau juga auksokrom sehingga dapat menyerap sinar UV. Untuk mengoreksi adanya senyawa-senyawa yang juga dapat mengabsorbsi pada panjang gelombang tersebut maka pengukuran juga dilakukan pada panjang gelombang 260 nm. Metode ini kurang tepat karena terganggu oleh adanya asam nukleat serta senyawa yang mengandung cincin pirimidin dan purin yang mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang 260 nm. Oleh karena itu, dalam perhitungan kadar protein dengan metode ini perlu dilakukan koreksi yakni dengan mengalikan absorbansi pada panjang gelombang 280 nm dengan faktor koreksi dan faktor pengenceran. Hasil pengukuran konsentrasi protein FP 30 , FP 40 , FP 50 , FP 60 berturut-turut adalah 15,95 mgml; 9,25 mgml; 15,20 mgml; 35,30 mgml.