Pola Asuh LANDASAN TEORI

asuh ini biasanya menunjukkan sikap merasa bahagia, kontrol diri dan rasa percaya diri terpupuk, bisa mengatasi stres, punya keinginan untuk berprestasi dan bisa berkomunikasi baik dengan orang lain. A.1.3 Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif ini memiliki 2 bentuk, yaitu pola asuh permisif memanjakan dan pola asuh permisif-tidak peduli. A.1.3.1 Pola Asuh Permisif Memanjakan Pola asuh permisif memanjakan adalah suatu pola dimana orang tua sangat terlibat dengan anak tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan mereka. Pola ini membuat orang tua selalu mengikuti keinginan anak apapun keinginan tersebut. Akibat dari pola asuh ini yang biasanya muncul adalah sikap anak yang selalu menuntut orang lain menuruti keinginannya, tapi tidak bisa menghormati dan cenderung mendominasi orang lain. Akibatnya, anak- anak ini memiliki kesulitan dalam berteman. A.1.3.2 Pola Asuh Permisif Tidak Peduli Pola asuh permisif tidak peduli adalah suatu pola dimana orang tua tidak ikut campur dalam kehidupan anak. Pola ini menunjukkan sikap orang tua yang tidak mau pusing memedulikan kehidupan anaknya. Walau tinggal satu rumah, bisa jadi orang tua tidak begitu tahu perkembangan anaknya. Akibat dari pola asuh ini, anak akan menunjukan sikap memiliki harga diri yang rendah, tidak punya kontrol diri yang baik, kemampuan sosialnya buruk, dan merasa bukan bagian penting untuk orang tuanya. 10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI A.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh Pola asuh yang banyak diterapkan oleh orang tua untuk mendidik anak di dalam keluarga sedikit banyak dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal Amal, 2005. Dengan demikian, kemampuan seorang anak untuk mengembangkan dirinya tidak terlepas dari bentuk pengasuhan orang tua atau pendidik. Beberapa faktor yang memiliki peran dalam pembentukan pola asuh orang tua dalam keluarga adalah: A.2.1 Faktor Keluarga Asal Faktor keluarga asal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri masing- masing orang tua yang pada akhirnya mempengaruhi penggunaan bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua pada anak-anaknya. Faktor-faktor dari dalam diri masing-masing orang tua ini meliputi aspek pribadi, identitas dan diri seseorang. Pribadi, identitas dan diri seseorang ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pola asuh. Pola asuh orang tua, pada dasarnya merupakan sintesa – hasil dinamika dua pribadi ayah dan ibu dalam mengasuh, mendidik dan menghadapi anak. Jika hendak diperdalam lagi, pribadi ayah yang menghasilkan pola sikap tertentu terhadap anak – juga hasil dari pola asuh orang tua sang ayah Rini, 2006. Rini 2002 juga menjelaskan bahwa menurut para ahli, pola asuh orang tua atau pun kualitas hubungan yang terjalin antara orang tua dengan anak, merupakan 11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI faktor penting yang kelak mempengaruhi kualitas persepsi orang tersebut terhadap perannya sendiri. A.2.2 Faktor Lingkungan Sosial dan Budaya Faktor lingkungan sosial budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan bentuk pola asuh yang diterapkan dalam keluarga. Faktor lingkungan sosial budaya ini sedikit banyak dapat mempengaruhi pola pikir dan sikap orang tua pada anaknya. Hal ini dikarenakan pola asuh yang berkembang di masyarakat terbentuk menjadi kebiasaan yang turun-temurun Jalu, 2003. Tarmuji 2001 dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa dalam mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Hal ini semakin menguatkan bahwa pengaruh lingkungan sosial budaya membawa pengaruh yang kuat bagi orang tua dalam mengasuh anak-anaknya. A.2.3 Faktor Kepribadian dan Karakteristik Anak Menurut Tedjasaputra 2008, dalam Rahayu, 2008, terdapat tiga tipe kepribadian yang umumnya terdapat pada anak. Ketiga tipe tersebut antar lain: A.2.3.1 Tipe Mudah Anak dengan kepribadian tipe mdah ini cenderung memiliki suasana hati yang positif dan cenderung tidak rewel. Mereka dengan mudah membentuk kebiasaan rutin yang teratur dan mudah menyesuaikan diri dengan pengalaman, situasi dan orang-orang baru. Selain itu, anak 12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan tipe ini pada umumnya mudah untuk memahami penjelasan tentang perilaku yang diharapkan dari mereka. A.2.3.2 Tipe Sulit Anak dengan tipe ini cenderung untuk bereaksi secara negatif dan seringkali menangis. Mereka cenderung untuk bereaksi negatif terhadap kegiatan rutin dan lamban untuk menyesuaikan diri dengan situasi, lingkungan dan orang-orang baru. Selain itu, makanan baru pun sulit untuk diterimanya. Anak-anak tipe ini sulit untuk diberi pengertian tentang perilaku yang tidak diharapkan dari mereka. A.2.3.3 Tipe Slow to warm up Anak dengan tipe ini cenderung memiliki aktivitas yang rendah. Mereka juga menunjukkan suasana hati yang negatif namun sedikit lebih baik dari tipe sulit. Selain itu, mereka memiliki penyesuaian diri yang lamban, namun mudah dibujuk untuk ditenangkan. Anak-anak dengan tipe ini tidak terlalu mudah saat diberi pengertian dan penjelasan tentang perilaku yang diharapkan dari mereka. Dituntut usaha yang cukup kuat dan kesabaran yang ekstra dari orang tua dalam rangka mengajak anaknya bekertja sama. Tedjasaputra 2008, dalam Rahayu, 2008 menambahkan bahwa ada juga anak-anak yang tidak memiliki ciri-ciri seperti yang telah diungkapkan diatas. Orang tua perlu mewaspadai anak-anak dengan keterbelakangan mental, autis ataupun gangguan perkembangan hiperaktif atau anak-anak dengan kebutuhan khusus. 13 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Anak- anak dengan kebutuhan khusus demikian bisa jadi memiliki tipe kepribadian yang merupakan gabungan lebih dari satu tipe kepribadian yang telah diuraikan diatas. Tedjasaputra 2008, dalam Rahayu, 2008 mengatakan bahwa anak- anak autis bisa memiliki ciri kepribadian yang merupakan gabungan dari ketiga tipe kepribadian diatas, sehingga butuh kewaspadaan dan kepekaan orang tua dalam mengamati proses perkembangan diri anak-anaknya. Dengan demikian, anak-anak mereka dapat ditangani dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhann dan kemampuannya Tedjasaputra, 2008 dalam Rahayu, 2008.

B. Autis

Hawkes 2002, mengatakan bahwa autisme adalah suatu bentuk ketidakmampuan dan gangguan perilaku yang membuat penyandangnya lebih suka menyendiri. Ketidakmampuan dan gangguan perilaku pada individu autis ini membuat mereka mengalami kesulitan untuk memahami apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan; sehingga menyebabkan keterlambatan perkembangan dalam kemampuan komunikasi, bicara, interaksi sosial, emosi, kepandaian serta perilaku dan keterampilan motorik Oyeng, 2002. Budiman 1999 mengungkapkan bahwa autis merupakan gangguan perkembangan yang mencakup bidang komunikasi, interaksi dan perilaku yang luas dan berat. Gangguan perkembangan yang terjadi pada individu autis ini dikarenakan adanya kerusakan pada salah satu bagian otak dari individu tersebut. Sekitar 10 tahun 14 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang lalu, banyak individu autis yang salah didiagnosis oleh para ahli medis. Hal ini dikarenakan pada saat itu autis masih merupakan sesuatu yang asing di Indonesia dan masih cukup sulit mencari tahu apa sebenarnya penyebab dari autis ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang autis adalah seseorang yang mengalami gangguan perkembangan yang mencakup bidang komunikasi, interaksi, dan perilaku sehingga menyebabkan mereka tampak hidup dalam dunianya sendiri.

B. 1. Penyebab Autis

Pada awal dekade ’90-an, penyebab autis masih merupakan suatu misteri yang cukup membuat banyak ahli medis bingung. Hal ini dikarenakan banyak orang tua yang sering merujuk anaknya yang memiliki kelainan autis ini ke para ahli medis tersebut. Padahal saat itu, autis ini masih merupakan suatu kelainan yang langka di masyarakat. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran, maka saat ini para ahli medis telah behasil menyingkap penyebabnya Budiman, 2002. Autis merupakan suatu kelainan perkembangan otak yang disebabkan oleh dua hal yang paling berpengaruh dalam proses perkembangan diri seseorang, yaitu faktor genetik dan faktor neurologis Wenar Kerig, 2000. B.1.1 Penyebab Genetik Faktor genetika bisa dikarenakan kelainan yang disebabkan oleh cacar air yang diderita ibu selama mengandung dan karena diturunkan melalui percampuran 15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI gen dari orang tua yang memiliki kelainan genetik secara klinis Wenar Kerig, 2000. Selain karena penyebab di atas, gangguan autis juga bisa disebabkan karena pada proses pembentukan sel-sel otak tersebut dalam kandungan terjadi penghambatan pertumbuhan sel-sel otak, misalnya karena virus rubella, tokso, herpes, jamur candida, oksigenasi perdarahan, dan keracunan dari makanan Budiman, 1999. Kelainan tersebut mengakibatkan kelainan pada struktur sel otak, yaitu gangguan pertumbuhan sel otak pada trisemester pertama, terutama fungsi otak yang mengendalikan pemikiran, pemahaman, komunikasi dan interaksi Budiman, 1999. Penelitian Wakkerfield, dkk di Inggris pada tahun 1998 Jalu, 2001 menunjukkan bahwa gangguan perkembangan otak dapat disebabkan karena pengaruh biologis. Pengaruh biologis ini dapat disebabkan karena faktor genetik atau kelainan kromosom dan dapat pula karena pengaruh negatif selama masa perkembangan otak. Faktor- faktor yang dapat menyebabkan pengaruh negatif selama masa perkembangan otak, antara lain: 1.1 Penyakit infeksi yang mengenai susunan saraf pusat 1.2 Trauma 1.3 Keracunan logam berat maupun zat kimia lain baik selama dalam kandungan maupun setelah dilahirkan. 16 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI