2. Karakteristik Anak Autis 2. 1 Interaksi Sosial

B.2.1.2 Touch sensitivity Individu memiliki kepekaan terhadap sentuhan ringan atau sebaliknya terhadap sentuhan dalam. Masalah kepekaan yang berlebihan ini biasanya terwujud dalam bentuk masalah perilaku termasuk masalah makan dan pakaian. Bila individu peka terhadap sentuhan dan terganggu dengan sentuhan kita, maka pelukan kita justru dapat ia artikan sebagai hukuman yang menyakitkan. B.2.1.3 Rhytm difficulties Individu sulit mempersepsi irama yang tertampil dalam bentuk lagu, bicara, jeda dan ‘saat untuk masuk dalam percakapan’. Itu sebabnya banyak individu autis terus menerus berbicara, atau menyerobot masuk saat percakapan sedang berlangsung, yang seringkali dianggap lingkungan sebagai ‘tidak sopan’. Padahal, ini adalah masalah fisik mereka.

B. 2. 2 Bahasa

Individu autis memiliki kesulitan untuk memahami simbol-simbol secara umum. Simbol-simbol yang mudah dipahami adalah yang sesuai dengan minat dan ketertarikan mereka. Selain itu, individu autis juga mengalami kesulitan dalam mengungkapkan apa yang ingin dikatakan. Pada dasarnya mereka dapat membuat kalimat dengan pola dan susunan yang sempurna, namun apa yang dikatakan tidak sesuai dengan konteks sosial. Hanya saja, individu autis mengalami kesulitan untuk memahami komunikasi verbal dari lawan bicaranya. Mereka lebih mudah untuk 20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memahami gerak tubuh dalam berkomunikasi. Hal ini dikarenakan individu autis memiliki pola berpikir visual visual thinking,, sehingga lebih mudah untuk memahami hal kongkret dapat dilihat dan dipegang daripada hal abstrak Siegel, 1996 dalam Puspita, 2003. Oleh karena itu, akibat dari proses berpikir dengan menggunakan gambar atau film seperti ini, maka jelas akan lebih lambat daripada proses berpikir verbal, sehingga mereka perlu jeda beberapa saat sebelum bisa memberikan jawaban atas pertanyaan tertentu. Siegel 1996, dalam Puspita, 2003 menambahkan bahwa bahwa individu autis lebih berpikir menggunakan asosiasi daripada berpikir secara logis menggunakan logika. Hal ini disebabkan anak autis memiliki problems of connection yang berkaitan dengan ‘kemampuan individu menalar’. Menurut Siegel 1996, dalam Puspita, 2003 berbagai masalah tersebut adalah: B.2.2.1 Attention problems: masalah pemusatan perhatian, terus menerus terdistraksi B.2.2.2 Perceptual problems: masalah proses persepsi, bingung sehingga menghindari orang lain. B.2.2.3 Systems integration problems: proses informasi di otak bekerja secara ‘mono’ tunggal sehingga sulit memproses beberapa hal sekaligus B.2.2.4 Left-right hemisphere-integration problems: otak kiri tidak secara konsisten tahu apa yang terjadi pada otak kanan dan sebaliknya, sehingga tidak sepenuhnya sadar pada apa yang sedang terjadi. 21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. 2. 3 Keinginan untuk selalu sama

Individu autis selalu ingin tampil dengan pola dan kegiatan yang sama sehari- hari. Kesamaan-kesamaan ini dapat mereka tunjukkan dengan berbagai aktivitas yang monoton setiap hari, pakaian ataupun makanan yang selalu sama setiap hari. Mereka juga suka dengan pola-pola tertentu, baik itu penempatan ataupun penyimpanan barang yang mereka sukai. Mereka dapat menjadi panik, gusar dan marah apabila mereka tidak menemukan pola dan kegiatan yang sama seperti biasanya.

C. Cara-cara untuk Mengasuh Anggota Keluarga yang Autis

Dalam mengasuh individu yang autis, para orang tua tidak bisa menggunakan berbagai cara yang umum digunakan pada individu yang normal. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghadapi individu autis seperti berikut ini. C.1 Langkah-langkah untuk anggota keluarga yang autis Menangani individu autis diperlukan langkah-langkah yang khusus dan berbeda dari anak-anak lain yang normal. Pada saat menghadapi individu-individu autis ini, para orang tua ada baiknya menerapkan langkah-langkah berikut ini Puspita, 2005: C.1.1 Memahami keadaan apa adanya Langkah ini merupakan langkah yang paling sulit dilakukan orang tua. Hal ini dikarenakan banyak dari mereka enggan menangani sendiri anggota keluarga 22 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI