dengan Anova satu arah dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95. Perbedaan masing-masing kelompok perlakuan dinyatakan bermakna bila p 0,05.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman
Sebelum diteliti, tanaman krokot dideterminasi lebih dahulu untuk memastikan kebenaran spesies tumbuhan yang akan digunakan supaya tidak
terjadi kesalahan penggunaan tanaman. Menurut Backer 1973 tanaman yang digunakan adalah spesies Portulaca oleracea Linn. Determinasi ini dilakukan
dengan dengan cara mencocokan gambar dalam buku dengan herbarium tanaman aslinya
B. Pembuatan Serbuk Daun Krokot
Daun krokot diperoleh di dataran tinggi dari daerah Kaliurang, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Setelah dipanen daun dibersihkan dari segala
kotoran yang menempel dengan cara dicuci di bawah air mengalir. Dengan berada di bawah air mengalir diharapkan kotoran langsung terbuang bersama aliran air
yang mengalir dan tidak menempel kembali pada daun. Untuk mengurangi kadar air agar diperoleh simplisia yang tidak mudah
rusak serta untuk menghindari pertumbuhan mikroorganisme, daun krokot kemudian dikeringkan dan dijemur di bawah sinar matahari dengan ditutupi kain
hitam. Kain disini dimaksudkan untuk menghindari terik sinar ultraviolet matahari langsung yang dapat merusak zat aktif yang akan diujikan, sedangkan warna
hitam bersifat menyerap panas. Akhir dari proses pengeringan kondisi daun yang telah benar-benar kering. Ditandai dengan mudahnya daun dipatahkan dengan
tangan. Daun krokot kemudian diblender sehingga menghasilkan serbuk
berwarna hijau lumut dengan bau yang khas. Penyerbukan ini bertujuan untuk memperluas area kontak simplisia dengan cairan penyari, sehingga ekstraksi
berjalan lebih efektif dan zat aktif yang tersari lebih banyak.
C. Penyarian Serbuk Daun Krokot
Metode penyarian yang digunakan adalah perkolasi. Perkolasi dipilih karena hasil yang diperoleh dengan metode ini lebih sempurna daripada
menggunakan metode maserasi, karena dalam maserasi dapat terjadi penjenuhan pelarut sehingga ektraksi tidak berjalan sepenuhnya.
Dalam proses perkolasi mengalirnya pelarut melalui kolom dari atas ke
bawah ditarik oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom perkolator. Pengisian
serbuk dalam perkolator harus merata agar aliran cairan penyari juga merata sehingga ekstraksi akan berjalan efektif.
Ketiga senyawa aktif yaitu asam kafeat, asam nikotinat, dan triptofan memiliki sifat kelarutan yang berbeda satu sama lain. Asam kafeat dan triptofan
memiliki sifat larut dalam etanol. Triptofan sendiri telah banyak dikenal sebagai penenang. Maka dipilih etanol 70 sebagai cairan penyari yang digunakan.
Etanol juga bersifat bakteriostatik yang dapat menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme. Selain itu etanol juga netral, panas yang digunakan untuk