Latar Belakang Masalah PENGANTAR

5

C. Keaslian Penelitian

Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang aktivitas antioksidan jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar dengan metode 2,2-difenil-1- pikrilhidrazil DPPH belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Kadar dan aktivitas antioksidan minuman kunyit dan asam yang manis oleh Septiana, 2004 yang menguji pengaruh proporsi kunyit dengan asam jawa dan jenis gula terhadap kadar dan aktivitas antioksidan minuman kunyit dan asam. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada proporsi kunyit asam 60 : 40, aktivitas antioksidan meningkat. 2. Uji daya analgesik jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar pada mencit putih betina oleh Rahmawati, 2009 yang menunjukkan hasil daya analgesik kunyit asam ramuan segar adalah 49,57 pada dosis 5.460mgg BB dan daya analgesik kunyit asam instan adalah 70,68 pada dosis 18.200mgg BB.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kefarmasian, yaitu mengenai 6 penggunaan obat tradisional yang mempunyai daya antioksidan salah satunya, yaitu jamu kunyit asam. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai daya antioksidan jamu kunyit asam instan dibandingkan dengan jamu kunyit asam ramuan segar sehingga dapat membantu masyarakat dalam memilih penggunaan obat tradisional ramuan segar atau instan dan atau membuat obat tradisional.

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum Untuk menambah informasi mengenai khasiat jamu kunyit asam yang bersifat antioksidan. 2. Tujuan khusus Untuk mengetahui adanya perbandingan daya antioksidan jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar yang dinyatakan dengan IC 50 Inhibition Concentration 50. 7

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Obat Tradisional

Menurut Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan bab I pasal 1 ayat 10 obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian galenik atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman Depkes RI, 1992. Obat tradisional telah diterima secara luas di negara-negara yang tingkat rendah sampai sedang. Bahkan di beberapa negara berkembang obat tradisional telah dimanfaatkan dalalm pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan kesehatan strata pertama. Sementara itu di banyak negara maju penggunaan obat tradisional makin popular Depkes RI, 2007. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu jamu atau obat tradisional Indonesia, Obat Herbal Terstandar OHT, dan Fitofarmaka. Jamu harus memenuhi kriteria: aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Obat Herbal Terstandar OHT adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan bahan bakunya telah distandarisasi. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji 8 pra klinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandarisasi BPOM RI, 2004. Menurut Suharmiati dan Handayani 2001, jamu ramuan segar merupakan jamu yang diolah dengan cara sederhana dan tradisional, yang secara umum pengolahannya dibedakan menjadi dua macam, yaitu dengan merebus seluruh bahan atau dengan cara mengambil memeras sari yang terkandung dalam jamu kemudian dicampur dengan air matang. Soedibyo 1998 mengemukakan bahwa saat ini, produk-produk jamu telah diolah berdasarkan modernisasi teknologi dan industrialisasi yang memenuhi standar ketat kualitas dan keamanan, sehingga jamu bisa berbentuk ekstrak dalam kemasan pil, serbukpuyer, dan kapsul, yang siap dikonsumsi masyarakat.

B. Kunyit

Gambar 1. Rimpang kunyit Kirman, 2011