Obat Tradisional Kunyit PENELAAHAN PUSTAKA

11 Kurkumin memiliki aktivitas biologi yang tinggi meliputi aktivitas antioksidan, aktivitas antikanker, aktivitas antiangiogenesis, aktivitas antiinflamasi, aktivitas analgesik, dan lain-lain Olivia, 2006. Mekanisme antioksidan pada kurkumin dihubungkan dengan adanya atom H dari gugus fenolik Majeed, 1995. Kurkumin menunjukkan aktivitas sebagai penangkap radikal hidroksi, radikal superoksid, dan oksigen singlet. Dengan aktivitas penangkap radikal tersebut, kurkumin dapat berfungsi sebagai penangkap spesi reaktif yang menyebabkan terjadinya kerusakan lipid, hemoglobin, dan DNA yang menjadi faktor pencetus berbagai macam penyakit Wulandari, 2009. Pengukuran aktivitas penangkapan radikal DPPH oleh kurkumin menunjukkan IC 50 sebesar 22,3 µgmL. Hasil tersebut menunjukkan nilai IC 50 lebih kecil dibanding demetoksikurkumin, bis- demetoksikurkumin, maupun diasetil kurkumin Majeed, 1995. Gambar 3. Struktur senyawa kurkumin Majeed, 1995. Keterangan gambar: 1. Gugus-gugus para hidroksil 2. Gugus keto 3. Ikatan rangkap 12

C. Asam Jawa

Gambar 4. Buah Asam Jawa Khikmah, 2013 1. Keterangan botani Asam jawa Tamarindus indica L. termasuk dalam familia Leguminose. Nama umum biasa disebut tamarind Inggris, tamarinier Perancis, sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan nama asam jawa Arisandi, 2006. 2. Nama daerah Tumbuhan Asam Jawa mempunyai nama yang berbeda-beda di beberapa daerah. Di Sumatera dikenal dengan nama bak me, acam lagi, acam Jawa, kayu asam, menceloki, dan cumalagi. Di Jawa dikenal dengan nama tangkal asam, wit asem, dan acem. Di Kalimantan dikenal dengan nama asam Jawa. Di Maluku dikenal dengan nama tobe laki dan asam jawaka Depkes RI, 1985. 3. Morfologi tanaman Asam Jawa tumbuh di daerah dataran rendah. Tanaman ini berupa pohon, tinggi 15-25 m. batang tegak, berkayu, bulat, permukaan banyak lenti sel, percabangan simpodial, berwarna coklat muda. Daun majemuk. Anak daun lonjong, berhadapan, panjang 1-2,5 cm, tepi rata, ujung tumpul, tangkai membulat, 13 pertulangan menyirip, halus, hijau, tangkai panjang ± 0,2 cm. bunga majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun, tangkai panjang ± 0,6 cm, kuning, kelopak bentuk tabung, hijau kecoklatan, benang sari jumlahnya banyak, putih, putik putih, mahkota kecil, kuning, buah polong, panjang ± 10 cm, hijau kecoklatan. Biji bentuk kotak, pipih. Akar tunggang coklat kotor Hutapea, 1994. 4. Kandungan kimia Daging buah asam antara lain mengandung asam sitrat, asam malat, asam suksinat, asam tartrat, dan pektin, juga didapati gula invert Tampubolon, 1981. Bahan lain yang dapat diperoleh dari buah ini adalah xyloglycans, tannins, saponins, sesquiterpenes, alkaloids, dan phlobatannins Pauly, 1999. Selain agen-agen yang dapat ditemukan di atas, ternyata baru-baru ini juga ditemukan agen aktif yang sangat bermanfaat dalam bidang medis, yaitu anthocyanin Nair, et al., 2004. Gambar 5. Struktur Anthocyanin Sullivan,1998 5. Kegunaan Rasa buah asam, bersifat sejuk, astrigen. Daun asam jawa berkhasiat penurun panas antipiretik, pereda nyeri analgesik, dan antiseptik Dalimartha, 1999. Daging buah asam jawa berkhasiat sebagai pencahar laksan, pereda demam, 14 mengobati sakit perut, mengobati sariawan, mengobati wasir dan rematik Soedibyo, 1998.

D. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan sehingga menjadi komponen yang tidak stabil dan sangat reaktif. Dalam rangka mendapatkan stabilitas kimia, radikal bebas memiliki kecenderungan untuk mencari pasangan. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil yang terdekat dan mengambil elektron. Zat yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai suatu reaksi berantai yang akhirnya terjadi kerusakan sel Arief, 2006; Winarsi, 2007. Senyawa radikal tersebut timbul akibat berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernafas; metabolisme sel, 90 ROS digunakan sel untuk transport elektron oleh mitokondria; peradangan, terjadi fagositosis oleh sel darah putih, karena mekanisme terbunuhnya virus dan bakteri serta denaturasi protein asing antigen; metabolisme xenobiotik zat asing yang berasal dari luar tubuh, seperti obat, toksikan; atau ketika tubuh terpapar polusi lingkungan Percival, 1998. Berbagai kemungkinan dapat terjadi sebagai akibat kerja radikal bebas, seperti gangguan fungsi sel, kerusakan struktur sel, molekul termodifikasi yang tidak dapat dikenali oleh sistem imun, dan bahkan mutasi. Semua gangguan tersebut dapat memicu munculnya berbagai penyakit Winarsi, 2007. Pada sel kulit, radikal bebas 15 akan merusak senyawa lemak pada membran sel sehingga kulit kehilangan ketegangannya rigor dan menjadi keriput Mukarromah, 2010. Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh dan lipoprotein, serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Dari molekul-molekul tersebut, yang paling rentan terhadap serangan radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh Winarsi, 2007. Diantara jenis radikal bebas, radikal hidroksil merupakan jenis yang paling reaktif dan bereaksi sengat cepat dengan hampir semua tipe molekul dalam sel hidup Halliwell dan Gutterdge, 1999.

E. Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak. Antioksidan memiliki berat molekul kecil akan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas Gsianturi, 2006; Winarsi, 2007. Antioksidan membantu menyehatkan tubuh manusia, di antaranya memperkuat fungsi kardiovaskular, mata, kulit, dan banyak lagi. Antioksidan juga dapat memperlambat proses penuaan seseorang Gsianturi,2006. Antioksidan dapat mencegah terjadinya lipid peroksidasi yang mampu mempercepat penuaan Mukarromah, 2010. Sistem antioksidan tubuh sebagai mekanisme perlindungan terhadap serangan radikal bebas, secara alami telah ada dalam tubuh. Dari asal 16 terbentuknya, antioksidan ini dibedakan menjadi dua, yakni intraselular dan ekstraselular ataupun dari makanan. Dari sini antioksidan dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni: 1. Antioksidan primer Antioksidan primer ini bekerja untuk mencegah terbentuknya radikal bebas dan mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi. Contoh antioksidan ini adalah enzim SOD Superoksida dismutase yang mengubah anion superoksida menjadi hidrogen peroksida yang kurang toksik sehingga tidak bereaksi untuk menimbulkan efek atau radikal yang lebih reaktif; glutation peroksidase yang mengubah hidrogen peroksida dan lipid peroksida menjadi molekul yang kurang berbahaya sebelum terbentuk radikal bebas; serta protein pengikat metal seperti feritin dan ceruloplasmin yang mencegah terbentuknya ion ferro Fe ++ yang dapat membentuk radikal hidroksil Dalimartha, 1999; Elvina, 1997. 2. Antioksidan sekunder Antioksidan ini berguna untuk menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai. Kelompok ini termasuk antioksidan ekstraselular yang kebanyakan berasal dari makanan seperti vitamin E, vitamin C, beta karoten, asam urat, bilirubin, dan albumin Dalimartha, 1999; Elvina, 1997. 3. Antioksidan tersier Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel jaringan yang disebabkan radikal bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin