Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pengisian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan khususnya Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tentang kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pengisian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan pada Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta adalah : 1. Bagi Wajib Pajak Dapat memberikan suatu informasi dan pengetahuan mengenai pajak dalam pengisian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Bermanfaat untuk bahan kajian pembelajaran dan studi kasus dalam kegiatan belajar mengajar maupun untuk penelitian selanjutnya.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Arti Pajak

Berbicara mengenai persoalan pajak tentunya membuat pemikiran kita mengalir pada permasalahan mengenai uang atau sebagaian hasil rakyat, yang sudah seharusnya dibayarkan ke negara guna memenuhi segala macam hal yang berkaitan dengan kehidupan kenegaraan. Masalah ini tentunya sudah terjadi sejak Indonesia belum menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun pada masa itu dikenal dengan istilah upeti. Pajak adalah harta kekayaan rakyat atau swasta berdasarkan undang- undang yang wajib diberikan oleh rakyat kepada negara tanpa mendapat kontra prestasi yang diterima rakyat secara individual dan langsung dari Negara, serta bukan merupakan penalti yang berfungsi sebagai dana untuk penyelenggaraan negara, dan sisanya, jika ada, digunakan untuk pembangunan, serta berfungsi sebagai instrument untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang untuk menutupi belanja pemerintah R. Santoso Brotodihardjo: 2003. Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapatkan imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat 7 melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan Moh. Zain:2005 Prof. Dr. P.J. A. Andriani merumuskan bahwa pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan R. Santoso Brotodihardjo:2003

B. Arti Kepatuhan Wajib Pajak

Berbicara mengenai soal kepatuhan, tentunya dihadapkan pada dua pilihan yaitu antara patuh dan tidak patuh. Kepatuhan ini berkaitan dengan pelaksanakan pemungutan pajak, memerlukan sistem yang telah disetujui masyarakat melalui perwakilannya di dewan perwakilan, dengan menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan perpajakan bagi fiskus maupun wajib pajak. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia menuntut wajib pajak untuk turut aktif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Sistem pemungutan yang berlaku adalah self assesment system, yang di mana segala pemenuhan wajib pajak yang di mana fiskus atau petugas pajak hanya melakukan pengawasan melalui prosedur pemeriksaan. Selain dikaitan dengan pelaksanaan pemungutan pajak yang memerlukan sistem juga harus dikaitkan dengan kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi. Yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya. Karena sebagaian besar pekerjaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan itu dilakukan oleh wajib pajak dilakukan sendiri atau dibantu tenaga ahli misalnya praktisi perpajakan profesional tax agent, bukan fiskus selaku pemungut pajak. Sehingga kepatuhan diperlukan dalam self assesment system, dengan tujuan pada penerimaan pajak yang optimal. Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela voluntary of compliance merupakan tulang punggung sistem self assesment , di mana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut. Wajib pajak patuh, adalah wajib pajak yang sadar, paham hak dan kewajiban perpajakannya, dan diharapkan peduli pajak, yaitu melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar dan paham akan hak perpajakannya Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu:2006 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia 1995: 1013, istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk, dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi, wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kepatuhan wajib pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak Moh. Zain: 2004 sebaga i “suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana wajib pajak paham atau berusaha memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan; mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas; menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar; membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya. Safri Nurmantu mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannnya. Ada dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan. Sedangkan kepatuhan material adalah suatu keadaan di mana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.