Kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan : studi kasus dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(1)

i

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM

PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN

Studi Kasus: Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh : Prawigati Legowo NIM : 071334003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

SKRIPSI

KEPATTIHAN

WAJIB PAJAK

ORANG

PRIBAI}I

DALAM

PENGISIAN

ST]RAT

PEMBERITAHUAFI

(SPT)

TAIIT'NAN

Studi Kasus: Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Oieh: Prawigati Legowo

NIM:

071334003

Telah disetujui oleh :

Tanggal: 14 Juni 2013 Baurbang Purnomg S.E.,M.Si.


(3)

SKRIPSI

KEPATT]IIAN WAJIB PAJAK

ORANG

PRIBAI}I

DALAM

PENGISIAN

STIRAT

PEMBERITAHUAIY (SPD

TAHTINAI\I

Studi Kasus: Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Prawigati Legowo

NIM:071334003

Telatr dipertahankan di depan Fanitia Penguji

pada tanggal 4 Juli 2013

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Ketua Selaetaris Anggota Anggota Anggota

Susunan Paoitia Penguj

i

Nama Lengkap

IodreDarmawan" S.E.,

M.Si-

,

Laurentius saptono, S.Pd.; :M.Si.

Drs. Barnbang Purnomo, S"8., M.Si

Rita Eny Pqrwant!

S.Pd.,M.Si.

,

:

B. Indah N., S.Pd.,S.LP.,M.Pd.

ilt


(4)

PERNYATAAI\ KEASLIAI\I KARY^A

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

ini

tidak

memuat karya atau bagian kar'ya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

hrtipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,4 Juli 2013

Penulis

P:Y*

Prawigati Legowo


(5)

I

LEMBAR PER}TYATAAIYPERSETUJUAI\I

PUBLIKASI KARYA

ILMIAH

T]NTUK KEPEI{TINGAIY AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawatr ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama

Nomor Mahasiswa

: Prawigati Legowo :071334003

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Pengisian Surat Pemberitahuan

(SPT) Tahunan. Studi Kasus: I)osen Universitas Sanata Dharma Yoryakarta Beserta perangkat

yang

diperlukan

(bila

ada).

Dengan

demikian

saya

memberitahukan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak

untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di

Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya m.axpun m.emberikan royal.ti kspada saya selauo? tgtap mencan-tumkan nama.

saya sebagai penulis.

Demikian p€mJeIAAr! ini yang spya bugt dengan Sgbqqany?: Dibuat di Yogyakarta

Padatanggal:4

Jili2AI3

Yang menyatakan:

Fre- a rt-,


(6)

vi ABSTRAK

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM PENGISIAN

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN Studi Kasus: Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Prawigati Legowo Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa patuh wajib pajak orang pribadi, yang terkait dengan kewajiban yang harus dilakukan sebagai wajib pajak orang pribadi dalam pengisian dan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan tahun pajak 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah responden penelitian sebanyak 100 Dosen. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah deskriptif kuantitatif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa 78 responden (78%) memiliki kepatuhan dalam pengisian, pembayaran dan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) dari wajib pajak orang pribadi.


(7)

vii ABSTRACT

THE OBEDIENCE OF INDIVIDUAL TAXPAYERS IN COMPLETING

ANNUAL TAX RETURNS A Case Study: Lecturers of Sanata Dharma University Yogyakarta

Prawigati Legowo Sanata Dharma University

2013

This research aims to know how obedient individual taxpayers are in completing annual tax return. This research is related to the obligation of individual taxpayers in completing The Annual Tax Returns (SPT) in 2012 tax year. This is a descriptive research. The population of this research are all lecturers of Sanata Dharma University. There are 100 lecturers as respondents. The technique used to collect the data is questionnaire. The technique used to analyze the data is descriptive quantitative.

Data analysis indicates that 78 respondents (78%) are individual tax payers who obey to complete, pay and report The Annual Tax Return (SPT).


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik, saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang

telah sabar dan bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempatan skripsi ini.

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Akuntasi yang telah memberikan

ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga menjadi bekal dalam penyusunan skripsi ini.


(9)

ix

6. Bapak Drs. Silverio Raden Lilik Aji Sampurno, M.Hum. yang telah

memberikan dukungan, bantuan, bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempatan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Yohanes Rasul Subakti, M.Pd. yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk berdiskusi dan memberi bimbingan, kritik, bantuan dan saran dalam skripsi ini.

8. Karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi (Mbak Aris) atas segala

pelayanannya dan bantuannya selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

9. Bapakku tercinta Khasir bin Rastini dan Ibuku Maria Goretti Marsinem yang

selalu memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan, dan pengorbanan baik material maupun spiritual sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

10.Kakakku tersayang Yohanes Teddy Darmawan, Vincentius Meggi Nugroho,

dan Elsa Handayani yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

11.Adik-adikku tersayang Fransiska Rina Anggraeni, Yohanes Irwan Ardiansyah

dan Natasya Nesya yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

12.Fendy ZS terima kasih untuk semua dukungan, cinta, perhatian, pengorbanan,

pendampinganmu dan bantuan yang diberikan selama ini sehingga penulis tetap berjuang dan berusaha menyelesaikan skripsi ini.


(10)

13. Aikidoka Dojo Depok Sport Center tercinta Sensei

Aji,

Sensei Damar, Rini,

Mas Yos, Mba Lusi, Mas Aiman, Mas Dimas, Adi, Paul, Rico, yang selalu memberikan doa" dukungan, perhatiano dan semangat kepadapenulis.

14. Teman-teman Kost Putri Dhyastra yang selalu memberikan doa, dukunga& perhatian, dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis masih membuka diri terhadap saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat

berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Penulis

9*a'


(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6


(12)

xii BAB II LANDASAN TEORI

A. Arti Pajak ... 7

B. Arti Kepatuhan Wajib Pajak ... 8

C. Pentingnya Kepatuhan Perpajakan ... 12

D. Bagaimana Tingkat Kepatuhan Pajak di Indonesia ... 13

E. Arti Wajib Pajak ... 17

F. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan ... 18

G. Sejarah Pajak Penghasilan ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27

D. Populasi ... 27

E. Operasional Variabel ... 27

F. Teknik Pengumpulan Data ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 29

B. Visi, Misi, dan Tujuan Universitas Sanata Dharma ... 32

C. Struktur Organisasi ... 35

D. Daftar Jumlah Dosen ... 38

E. Sejarah Pajak Penghasilan ... 39

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 45


(13)

xiii

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 55 B. Keterbatasan Penelitian ... 55 C. Saran ... 56


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Indikator Kepatuhan Formal Berdasarkan UU No. 28 Tahun

2007 Tentang KUP ... 15

Tabel 4.1 Jumlah Keseluruhan Dosen Tetap dan Tidak Tetap Diklasifikasikan Berdasarkan Setiap Fakultas Tahun 2012 ... 38

Tabel 5.1 Sebaran Responden Penelitian ... 45

Tabel 5.2 Tingkat Kepatuhan Fakultas Ekonomi ... 47

Tabel 5.3 Tingkat Kepatuhan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ... 47

Tabel 5.4 Tingkat Kepatuhan Fakultas Psikologi ... 48

Tabel 5.5 Tingkat Kepatuhan Fakultas Farmasi ... 49

Tabel 5.6 Tingkat Kepatuhan Fakultas Sains dan Teknologi ... 49

Tabel 5.7 Tingkat Kepatuhan Fakultas Sastra ... 50

Tabel 5.8 Tingkat Kepatuhan Fakultas Teologi ... 51

Tabel 5.9 Tingkat Kepatuhan Fakultas Pasca Sarjana ... 51

Tabel 5.10 Tingkat Kepatuhan Berdasarkan Patuh dan Tidaknya Wajib Pajak Orang Pribadi ... 52


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ………. 56

Lampiran 2. Hasil Microsoft Excel……….. 64

Lampiran 3. Data Seluruh Dosen Universitas Sanata Dharma Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Naluri alamiah manusia sebagai makhluk sosial sejak dahulu adalah keinginan untuk selalu hidup bersama, berkelompok, bekerja sama untuk dapat bertahan hidup, dan melanjutkan kehidupannya.

Perkembangan peradaban dalam kehidupan membuat manusia menata pola kehidupannya lebih kepada hubungan sosial dalam kelompok yang lebih besar dan menetap dalam suatu daerah yang sudah diakui oleh kelompoknya dan adanya pengakuan dari kelompok besar lainnya pula. Kemudian untuk dapat mengatur kehidupan sosial dan kelompok menjadi lebih baik, maka manusia membutuhkan seorang pemimpin yang dianggap lebih cakap, pintar, dan memiliki karisma sebagai seorang yang patut dihormati, ditaati perintahnya, dan diteladani sikap dan tingkah lakunya. Dengan adanya pemimpin kehidupan manusia lebih teratur, dan adanya ketaatan anggota kelompok terhadap pemimpinnya menimbulkan dalam kelompok itu suatu kekuasaan pemerintahan yang sederhana.

Mengenai peran pemerintah dalam suatu negara, biasanya warga negara menerimanya begitu saja peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah di mana hal tersebut seolah-olah memang seharusnya terjadi. Pemerintah berwenang dalam mengatur kehidupan berkenegaraan dan


(17)

pemerintah juga sudah semestinya bertanggung jawab pada perikehidupan rakyatnya. Pada intinya peran pemerintah sangat besar dalam menjalankan pemerintahan negara dan menjalankan kehidupan masyarakat. Fungsi pemerintahan dalam perekonomian sangat berperan dalam menjaga kestabilan ekonomi negara rakyatnya. Pemerintah tentunya memerlukan dana, sumber daya alam, dan sumber daya manusia dalam pembiayaan pelaksanaan fungsinya, baik fungsi pokok ekonominya maupun fungsi secara keseluruhan.

Dalam suatu negara untuk menjalankan fungsinya, pemerintah atau pengusaha setempat memerlukan dana atau modal. Modal yang diperlukan itu salah satunya bersumber dari pungutan pajak dari rakyatnya. Pajak juga merupakan gejala sosial dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat, tanpa adanya masyarakat, tidak mungkin ada pajak. Masyarakat yang dimaksud

adalah masyarakat hukum atau Gemeinschaft menurut Ferdinand Tonnies

(2001). Adanya proses timbal balik antara individu dan masyarakat berdampak kepada hubungan timbal balik hak dan kewajiban yang melekat pada masyarakat. Maksudnya, terdapat hak dan kewajiban individu terdapat masyarakat dan sebaliknya, terdapat juga hak dan kewajiban masyarakat terdapat individu.

Pajak sudah dikenal oleh masyarakat sejak zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti Mataram, Kediri, Majapahit, dan Pajang, dalam bentuk pajak tanah dan pajak tidak langsung terhadap barang dagangan. Seringkali pajak yang dikenakan dipungut secara berlebihan oleh pejabat kerajaan yang


(18)

ditunjuk untuk melaksanakan pemungutan, dikarenakan mereka tidak digaji oleh kerajaan. Sebagai timbal balik dari kerajaan terhadap rakyatnya berupa pelayanan keamanan dan jaminan ketertiban.

Sejak dikenalnya pajak oleh masyarakat Indonesia, sistem perpajakan Indonesia mengalami perubahan berdasarkan UU No. 7 Tahun 1983, yaitu

mengenai sistem pajak Indonesia menggunakan self assessment system.

Artinya, wajib pajak diminta memenuhi kewajiban pajak dengan cara menghitung, mencatat, melaporkan, dan menyetorkan sendiri jumlah pajak

yang terutang. Pemahaman yang mendalam terhadap sistem self assessment

dalam pelaksanaan administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan mudah, tertib, efektif, efisien, dan terkendali sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Melalui pendidikan diharapkan dapat mendorong individu ke arah yang positif dan mampu menghasilkan pola pikir yang positif yang selanjutnya akan dapat memberikan pengaruh positif sebagai pendorong untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak.

Seseorang yang mempunyai penghasilan yang tinggi diharapkan mempunyai pola pikir positif dan sadar akan kewajibannya untuk menyisihkan kekayaannya untuk pembangunan negara. Kualitas pelayanan yang diberikan pada wajib pajak akan dapat mendorong kesadaran membayar pajak. Sanksi perpajakan pada dasarnya dimaksudkan agar masyarakat patuh


(19)

dan mau melunasi kewajibannya untuk melunasi utang pajaknya dengan baik dan benar.

Jika kita bertanya kepada beberapa Wajib Pajak mengenai sikap mereka mengenai kepatuhan dalam mengisi, melaporkan, dan membayar pajak berbagai respon yang diberikan, diantaranya menyatakan sikap malas dalam melaksanakan kewajiban tersebut. Sehingga muncul sebuah pertanyaan mengapa seorang individu melakukan penghindaran bahkan terkesan menolak untuk membayar pajak? Permasalahan mengenai mengapa individu menolak membayar pajak telah menjadi pertanyaan yang mengemuka dalam lingkup Kepatuhan Pajak sejak dahulu.

Masih berkaitan dengan pertanyaan mengapa seorang individu melakukan penghindaran bahkan terkesan menolak untuk membayar pajak. Pertanyaan inilah yang memacu untuk mengungkap apakah individu ada yang melakukan penghindaran tersebut. Berkaitan dengan studi kasus dalam penelitian ini yakni memilih Universitas Sanata Dharma karena berkaitan dengan motto dari Universitas Sanata Dharma itu sendiri, yaitu Memadukan keunggulan akademik dan nilai-nilai kemanusiaan, disingkat: CERDAS dan HUMANIS.

Mengenai kepatuhan wajib pajak orang pribadi khususnya dalam melaporkan, menghitung dan membayar sejumlah kewajibannya atas beberapa hak yang sudah diterima oleh wajib pajak itu sendiri. Hal ini akan menjadi sensitif karena berkaitan dengan penghasilan atau sejumlah uang


(20)

yang diperoleh dari hasil “bekerja”. Namun muncul kembali fakta yang

ditemukan yakni mengenai tata cara pembayaran dalam pajak, Universitas Sanata Dharma sudah memotong sejumlah penghasilan yang bersumber dari pekerjaan yang terkait dengan Universitas sendiri, namun yang jadi masalah akan hal ini apakah wajib pajak (dalam kasus ini adalah Dosen Sanata Dharma) melaporkan adanya penghasilan dari pekerjaan lain (untuk Dosen yang memiliki pekerjaan lain).

B. Batasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada variabel kepatuhan wajib pajak khususnya orang pribadi dalam melakukan pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang melatarbelakangi masalah tersebut, selanjutnya dapat dirumuskan masalah yang berfungsi sebagai indikasi dan sasaran yang akan dicapai dalam penelitian, yaitu : Seberapa patuh Dosen Universitas Sanata Dharma dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan sebagai kewajiban Wajib Pajak Orang Pribadi?


(21)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan khususnya Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tentang kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pada Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta adalah :

1. Bagi Wajib Pajak

Dapat memberikan suatu informasi dan pengetahuan mengenai pajak dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Bermanfaat untuk bahan kajian pembelajaran dan studi kasus dalam kegiatan belajar mengajar maupun untuk penelitian selanjutnya.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Arti Pajak

Berbicara mengenai persoalan pajak tentunya membuat pemikiran kita mengalir pada permasalahan mengenai uang atau sebagaian hasil rakyat, yang sudah seharusnya dibayarkan ke negara guna memenuhi segala macam hal yang berkaitan dengan kehidupan kenegaraan. Masalah ini tentunya sudah terjadi sejak Indonesia belum menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun pada masa itu dikenal dengan istilah upeti.

Pajak adalah harta kekayaan rakyat atau swasta berdasarkan undang-undang yang wajib diberikan oleh rakyat kepada negara tanpa mendapat kontra prestasi yang diterima rakyat secara individual dan langsung dari Negara, serta bukan merupakan penalti yang berfungsi sebagai dana untuk penyelenggaraan negara, dan sisanya, jika ada, digunakan untuk pembangunan, serta berfungsi sebagai instrument untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang untuk menutupi belanja pemerintah (R. Santoso Brotodihardjo: 2003).

Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapatkan imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat


(23)

melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan (Moh. Zain:2005)

Prof. Dr. P.J. A. Andriani merumuskan bahwa pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (R. Santoso Brotodihardjo:2003)

B. Arti Kepatuhan Wajib Pajak

Berbicara mengenai soal kepatuhan, tentunya dihadapkan pada dua pilihan yaitu antara patuh dan tidak patuh. Kepatuhan ini berkaitan dengan pelaksanakan pemungutan pajak, memerlukan sistem yang telah disetujui

masyarakat melalui perwakilannya di dewan perwakilan, dengan

menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan perpajakan bagi fiskus maupun wajib pajak. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia menuntut wajib pajak untuk turut aktif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Sistem pemungutan yang berlaku

adalah self assesment system, yang di mana segala pemenuhan wajib pajak

yang di mana fiskus atau petugas pajak hanya melakukan pengawasan melalui prosedur pemeriksaan.


(24)

Selain dikaitan dengan pelaksanaan pemungutan pajak yang memerlukan sistem juga harus dikaitkan dengan kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi. Yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya. Karena sebagaian besar pekerjaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan itu dilakukan oleh wajib pajak (dilakukan sendiri atau

dibantu tenaga ahli misalnya praktisi perpajakan profesional/ tax agent),

bukan fiskus selaku pemungut pajak. Sehingga kepatuhan diperlukan dalam

self assesment system, dengan tujuan pada penerimaan pajak yang optimal.

Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary of

compliance) merupakan tulang punggung sistem self assesment , di mana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut.

Wajib pajak patuh, adalah wajib pajak yang sadar, paham hak dan kewajiban perpajakannya, dan diharapkan peduli pajak, yaitu melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar dan paham akan hak perpajakannya (Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu:2006)

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1995: 1013), istilah

kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan


(25)

merupakan ketaatan, tunduk, dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi, wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kepatuhan wajib pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak (Moh.

Zain: 2004) sebagai “suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan

kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana wajib pajak paham atau berusaha memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan; mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas; menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar; membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Safri Nurmantu mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannnya. Ada dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan. Sedangkan kepatuhan material adalah suatu keadaan di mana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.


(26)

Menurut Chaizi Nasucha, kepatuhan wajib pajak dapat didefinisikan dari kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri; kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan; kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang; dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

Erard dan Feinstin menggunakan teori psikologi dalam kepatuhan wajib pajak, yaitu rasa bersalah dan rasa malu, persepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasaan terhadap pelayanan pemerintah (Chaizi Nasucha)

Kemudian merujuk pada kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000, bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak adalah tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir; tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak; tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir; dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%; wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.


(27)

C. Pentingnya Kepatuhan Perpajakan

Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia, baik negara maju maupun di negara berkembang. Karena jika, wajib pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan, dan pelalaian pajak. Yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang.

Menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu dalam bukunya Perpajakan tahun 2006 ada beberapa faktor yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan perpajakan, dan tarif pajak.

Kesadaran dan kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan tidak hanya tergantung kepada masalah-masalah teknis saja yang menyangkut metode pemungutan, tarif pajak, teknis pemeriksaan, penyidikan, penerapan sanksi sebagai perwujudan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dan pelayanan kepada wajib pajak selaku pihak pemberi dana bagi Negara dalam hal membayar pajak. Di samping itu juga tergantung pada kemauan wajib pajak juga, sampai sejauh mana wajib pajak tersebut akan mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada sebagian besar rakyat di seluruh negara tidak akan pernah menikmati kewajibannya membayar pajak sehingga memenuhinya tidak ada yang tanpa menggerutu, sedikit saja yang merasa benar-benar rela dan merasa


(28)

ikut bertanggung jawab membiayai pemerintahan suatu negara. Tidak banyak yang merasa bangga sudah membayar pajak dan ikut berpartisipasi dalam pembiayaan negara.

Membayar pajak bukanlah tindakan yang mudah dan sederhana, tetapi di dalam pelaksanaannya penuh dengan hal yang bersifat emosional. Karena pada dasarnya tidak seorang pun yang menikmati kegiatan membayar pajak seperti menikmati kegiatan berbelanja. Di samping itu, potensi bertahan untuk

tidak membayar pajak sudah menjadi taxpayers behavior.

D. Bagaimana Tingkat Kepatuhan Pajak di Indonesia

Menurut Simon James yang dikutip oleh Gunadi (2005), pengertian kepatuhan pajak adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, atau pun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.

Dalam Practice Note tentang Compliance Measurement yang

diterbitkan oleh OECD (2001), kepatuhan dibagi menjadi dua kategori, yaitu kepatuhan administratif dan kepatuhan teknis. Kepatuhan administratif mencakup kepatuhan pelaporan dan kepatuhan prosedural. Sedangkan kepatuhan teknis mencakup kepatuhan dalam perhitungan jumlah pajak yang akan dibayar oleh wajib pajak.


(29)

Menurut Nurmantu (2003), terdapat dua macam kepatuhan yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material.

1. Kepatuhan Formal

Kepatuhan pajak merupakan persoalan rumit yang sejak dulu ada diperpajakan. Di Indonesia sendiri, rasio kepatuhan Wajib Pajak yang menjadi indikator kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya dari tahun ke tahun masih menunjukkan presentase yang tidak mengalami peningkatan secara berarti. Hal ini didasarkan jika melihat perbandingan jumlah Wajib Pajak yang memenuhi syarat patuh di Indonesia sedikit sekali jika dibandingkann dengan jumlah total Wajib Pajak terdaftar, pada data terakhir dari Direktorat Jendral Pajak mengenai penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2007 jumlah Wajib Pajak efektif sebanyak 2.267.965 dibandingkan dengan jumlah SPT yang masuk sebanyak 765.665 maka angka rasionya SPT masuk hanya berkisar 33,36%. Di Indonesia, kepatuhan formal ditunjukkan dengan ketepatan waktu responden dalam melaksanakan kewajibannya.

Menurut Undang Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang dapat diidentifikasi sebagai kewajiban Wajib Pajak dalam Perpajakan adalah hal-hal berikut di mana dapat diteliti sebagai indikator kepatuhan formal Wajib Pajak.


(30)

Tabel 2. 1

Indikator Kepatuhan formal

Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 tentang KUP

No Pasal Perihal Ketentuan Pajak

1.

2.

3.

2 ayat (1)

2 ayat (2)

3 ayat (1)

Pendaftaran dan Pengukuhan Pendaftaran dan Pengukuhan Kewajiban Penyampaian SPT

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subyektif dan obyektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayahnya kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka arab,


(31)

4.

5.

3 ayat (3)

9 ayat (1)

Batas Waktu Penyampaian SPT Pembayaran dan Penyetoran Pajak

menandatangani serta menyampaikan ke kantor Direktorat Jendral Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak.

Batas waktu penyampaian Surat

Pemberitahuan adalah :

a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa,

paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak,

b. Untuk Surat Pemberitahuan

Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak OP, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak, atau

c. Untuk Surat Pemberitahuan

Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi msing-masing jenis pajak, paling lama 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.


(32)

2. Kepatuhan Material

Jika kepatuhan formal terbatas pada pemenuhan Wajib Pajak secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan, maka kepatuhan material lebih dalam cakupannya yaitu pemenuhan secara substantif isi dan jiwa ketentuan perpajakan. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif (hakikat) memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan (Widi Widodo, 2010:69).

Berdasarkan kedua definisi kepatuhan, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan administratif adalah kepatuhan formal, yakni kepatuhan yang terkait dengan ketentuan umum dan tatacara perpajakan, sedangkan kepatuhan teknis adalah kepatuhan material, yakni kepatuhan yang terkait dengan kebenaran pengisian SPT dalam menentukan jumlah pajak yang harus dibayar.

E. Arti Wajib Pajak

Wajib pajak adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu. Kewajiban dari wajib pajak yang utama adalah membayar pajak sendiri dan memungut atau memotong pajak orang lain dan kemudian


(33)

menyetorkan pajak orang lain dan kemudian menyetorkannya kepada negara melalui bank atau kantor pos.

F. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

1. Pengertian SPT (Pasal 1 UU NOMOR 28 Tahun 2007)

Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak, objek pajak, dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Surat Pemberitahunan terdiri dari :

a. Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) yaitu Surat Pemberitahuan

untuk suatu Masa Pajak.

b. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) yaitu Surat

Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak.

2. Fungsi SPT

a. Bagi Wajib Pajak PPh

1) Sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.

2) Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang


(34)

atau pemungutan pajak lain dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

3) Untuk melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut

tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu masa.

b. Bagi Pengusaha Kena Pajak

1) Sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN dan PPn BM yang sebenarnya terutang.

2) Untuk melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap

Pajak Keluaran.

3) Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang

telah dilaksanakan olek PKP dan atau melalui pihak dalam satu Masa Pajak.

c. Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak

Untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

3. Pengambilan dan Penyampaian SPT

a. Pengambilan SPT

Surat Pemberitahuan (SPT) dapat diambil di :

1) Kantor Pelayanan Pajak


(35)

3) Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan

4) Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak

5) Kantor Pusat Direktorat Jendral Pajak

6) Melalui sistem computer dengan alamat situs internet atau

Homepage Direktorat Jendral Pajak, yaitu

http://www.pajak.go.id atau mencetak/ menggandakan/

fotocopi sendiri dengan bentuk dan isi yang sama dengan aslinya.

b. Penyampaian SPT

SPT disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Penyampaian SPT bisa langsung atau melalui Kantor Pos dengan Pos tercatat. Tanda bukti dari Kantor Pos dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan SPT, sepanjang SPT tersebut telah lengkap.

Penyampaian SPT selain melalui Kantor Pos dapat dilakukan dengan melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral Pajak. Perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Berbentuk badan

2) Memiliki izin usaha jasa atau jasa kurir


(36)

4) Bersedia menandatangani perjanjian dengan Direktorat Jendral Pajak

4. Hal-hal yang berhubungan dengan SPT

Ada beberapa hal yang berhubungan dengan Surat Pemberitahuan (SPT), antara lain :

a. Setiap Wajib Pajak harus mengambil sendiri SPT ke Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) atau tempat lain ditentukan oleh Direktorat Jendral Pajak seperti yang tertera pada pengambilan SPT.

b. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, jelas,

lengkap sesuai dengan petunjuk yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, kemudian menandatangani dan menyampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat Jendral Pajak.

c. Untuk Wajib Pajak Badan. Surat Pemberitahuan harus ditandatangi

oleh pengurus atau direksi.

d. Apabila Surat Pemberitahuan yang mengisi dab menandatangani

orang lain bukan Wajib Pajak, harus melampirkan surat kuasa khusus.

e. Surat Pemberitahuan Wajib dilengkapi dengan lampiran yang


(37)

termasuk neraca dan perhitungan rugi laba (bagi Wajib Pajak yang wajib melakukan pembukuan).

f. Setelah Surat Pemberitahuan tersebut telah diisi lengkap beserta

lampiran-lampirannya, diserahkan kembali ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan dengan tanda bukti penerimaan. Jika SPT disampaikan tidak lengkap, dianggap SPT tidak disampaikan.

g. Kalau dikirim melalui Pos, harus tercatat dan bukti tercatat

tersebut adalah bukti penerimaan.

h. Angsuran PPh Pasal 25 nihil, tetap wajib menyampaikan SPT

Masa PPh Pasal 25.

5. Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)

a. Tempat Pemasukan SPT (Pasal 3 UU Nomor 28 Tahun 2007)

Surat Pemberitahuan disampaikan ke Kantor Direktorat Jendral Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau disampaikan melalui Kantor Pos secara tercatat, dan tanda bukti serta tanggal pengiriman dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan SPT.

b. Batas Waktu Penyampaian SPT (Pasal 3 UU Nomor 28 Tahun 2007)

1) Untuk SPT Masa


(38)

a) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan (Formulir 1771 dan 1721), yang menyampaikan Wajib Pajak, disampaikan paling lambat empat bulan setelah akhir tahun pajak.

b) SPT Tahunan PPh Perseorangan (Formulir 1770 dan 1721),

yang menyampaikan Wajib Pajak, disampaikan paling lambat tiga bulan setelah akhir tahun pajak.

3) Apabila batas waktu akhir pelaporan jatuh pada hari Minggu

atau Libur Nasional, maka batas akhir pelaporan dimajukan sehari sebelumnya.

c. Sanksi berkenaan dengan SPT (Pasal 3 UU Nomor 28 Tahun 2007)

G. Sejarah Pajak Penghasilan

Pajak sudah dikenal oleh masyarakat sejak zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti Mataram, Kediri, Majapahit, dan Pajang, dalam bentuk pajak tanah dan pajak tidak langsung terhadap barang dagangan. Seringkali pajak yang dikenakan dipungut seraca berlebihan oleh pejabat kerajaan yang ditunjuk untuk melakukan pemungutan, dikarenakan mereka tidak digaji oleh kerajaan.

Sejarah pengenaan Pajak Penghasilan di Indonesia dimulai dengan

adanya tenement tax (huistaks) pada tahun 1816, yakni sejenis pajak yang

dikenakan sebagai sewa terhadap mereka yang menggunakan bumi sebagai tempat berdirinya rumah atau bangunan.


(39)

Sebelum tahun 1920 sistem pajak yang diberlakukan di Indonesia

dibedakan atas orang pribumi, orang asing Asia, dan orang Eropa. Yaitu tax

patent duty yang merupakan pajak pendapatan bagi orang Eropa, dan business

tax untuk Pajak Penghasilan bagi orang Indonesia.

Pada tanggal 31 Desember 1983 Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) yang disahkan, dan berlaku pada tanggal 1 Januari 1984. Kemudian dilakukan perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1983, yaitu dengan disahkannya No.7 Tahun 1991 tentang Pajak Penghasilan. Tahun 1994 telah lahir pula Undang-Undang No.10 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang PPh sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.7 Tahun 1991. Terakhir diubah lagi dengan Undang-Undang No.17 Tahun 2000 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2001.

Sejalan perkembangan dunia usaha dan perekonomian dunia internasional, pemerintah sekali lagi melakukan reformasi pajak atas Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang PPh dengan mengesahkan Undang-Undang-Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang PPh yang merupakan perubahan ketiga atas Undang No.7 Tahun 1983 tentang PPh. Sebelum terbitnya Undang No.36 Tahun 2008, telah pula dilakukan perubahan terhadap Undang No.16 Tahun 2000 yang merupakan perubahan ketiga atas Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara


(40)

Perpajakan, yaitu dengan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Dikutip dari jurnal ekonomi pembangunan vol. 10, no.1, juni 2009, hal. 125-137 dalam tulisan ini yang dimaksud dengan pajak penghasilan adalah pajak penghasilan perorangan atau rumah tangga, pajak upah dan gaji, dan pajak pendapatan modal (Musgrave dan Musgrave: 1989).


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

F. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang dilakukan bagi variabel yang bersifat kuantitatif. Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai variabel yang akan diteliti dari hasil kuesioner. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif maka dapat diperoleh deskripsi mengenai gambaran mengenai kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pengisian surat pemberitahuan (SPT) tahunan.

G. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Jalan Affandi, Mrican, Trompol Pos 29 Yogyakarta 55002.

2. Waktu Penelitian


(42)

Penelitian diadakan selama bulan Maret 2012.

H. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan untuk tahun pajak 2011.

I. Populasi

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sejumlah 345 Dosen.

J. Operasionalisasi Variabel

Tingkat kepatuhan wajib pajak khususnya orang pribadi menunjukkan seberapa besar keterkaitannya dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. Hubungan ini dapat diukur dengan melihat dua hal. Pertama, dengan melihat kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi khusunya Dosen Universitas Sanata Dharma dalam melaporkan dan menghitung sejumlah penghasilannya. Ketika Wajib Pajak Orang Pribadi dengan kepatuhannya dalam melaporkan sejumlah penghasilanya, kemungkinan ada pengaruh terhadap pengetahuan akan pajak. Kedua, dengan melihat misi Universitas Sanata Dharma yaitu


(43)

Memadukan Nilai Akademik dan Nilai Humanistik. Kesamaan antara kepatuhan wajib pajak dengan nilai humanistik sangatlah jelas bahwa keduanya berasal dari hati nurani seseorang.

K. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

Teknik kuesioner sering disebut teknik angket. Digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari responden dan teknik ini merupakan alat utama untuk melaksanakan penelitian survei. Dalam teknik ini pertanyaan diajukan secara tertulis dan disebarkan kepada responden untuk dijawab

L. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Pada analisis data secara kuantitatif, tujuan penelitian menguji teori dan menegakan fakta-fakta. Ada pun pola dalam penelitian kuantitatif yaitu ada masalah, berteori, dan ke lapangan mencari dan mengumpulkan data. Mengenai objek yang diteliti perilaku manusia, proses kerja dan fenomena alam, yang dalam kasus ini objek yang diteliti mengenai perilaku manusia dan proses kerja yaitu kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.


(44)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Universitas Sanata Dharma 1. PTPG Sanata Dharma (1955-1958)

Ide untuk mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) oleh Prof. Moh. Yamin, S.H. (Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI) pada tahun 1950-an disambut baik oleh para imam Katolik, terutama Ordo Societas Jesus (Serikat Yesus yang lazim disingkat S.J.). Waktu itu Ordo ini telah membuka kursus-kursus B1, antara lain B1 Mendidik (Yayasan De Britto) di Yogyakarta yang dikelola oleh Pater H. Loeff, S.J. dan B1 Bahasa Inggris (Yayasan Loyola) di Semarang yang dikelola oleh Pater W.J. Van der Meulen, S.J. dan Pater H. Bastiaanse, S.J. Dengan dukungan dari Conggregatio de Propaganda Fide, selanjutnya Pater Kester yang waktu itu menjabat sebagai Superior Misionaris Serikat Yesus menggabungkan kursus-kursus ini menjadi sebuah perguruan tinggi dan lahirlah PTPG Sanata Dharma pada tanggal 20 Oktober 1955 dan diresmikan oleh pemerintah pada tanggal 17 Desember 1955.

Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai 4 jurusan, yaitu Bahasa Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Para pembesar misi Serikat Yesus menunjuk Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG

Sanata Dharma dan Pater H. Loeff sebagai Wakil Dekan. Nama “Sanata


(45)

Dharma” diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J. yang waktu itu menjadi

pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di Kantor Wali

Gereja Indonesia. “Sanata Dharma” sebenarnya dibaca “Sanyata Dharma” yang artinya “kebaktian yang sebenarnya” atau “pelayanan yang nyata”.

Kebaktian dan pelayanan itu ditujukan kepada tanah air dan gereja (Pro Patria et Eclessia).

2. FKIP Sanata Dharma (1958-1965)

Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan pemerintah, dalam hal ini Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan tentang perubahan PTPG menjadi FKIP, maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958 berubah menjadi FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Sanata Dharma dan merupakan bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta.

Pada masa FKIP ini Sanata Dharma berhasil memperoleh status “disamakan”

dengan negeri berdasarkan SK Menteri PTIP No.1/1961 pada tanggal 6 Mei 1961 jo No.77/1962 tanggal 11 Juli 1962. Walaupun bagian dari Universitas Katolik Indonesia, secara de facto FKIP Sanata Dharma berdiri sendiri.

3. IKIP Sanata Dharma (1965-1993)

Untuk mengatasi kerancuan antara menjadi bagian dari Universita Katolik Indonesia cabang Yogyakarta dengan kemandirian FKIP Sanata Dharma sebagai sebuah institusi pendidikan, FKIP Sanata Dharma berubah menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP No.237/B-Swt/U/1965. Surat keputusan itu berlaku mulai tanggal 1 September 1965.


(46)

Selain melaksanakan Program S1 (sebelumnya Sarjana Muda dan Sarjana), IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah untuk mengelola Program Diploma I, II, dan III untuk jurusan Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS, dan PMP. Berbagai program Diploma ini ditutup pada tahun 1990 dan selanjutnya dibuka program Diploma II PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar).

4. Universitas Sanata Dharma (1993 sampai sekarang)

Akhirnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta kemajuan zaman, tanggal 20 April 1993 sesuai dengan SK Mendikbud No.46/D/O/1993, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi Universitas Sanata Dharma atau lebih dikenal dengan nama USD. Dengan perkembangan ini, USD diharapkan tetap dapat memajukan sistem pendidikan guru sekaligus berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setelah berkembang menjadi universitas, Sanata Dharma terdorong untuk memperluas muatan program pendidikannya. Di samping tetap mempertahankan pendidikan guru dengan tetap membuka FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan), Sanata Dharma membuka beberapa fakultas baru. Universitas Sanata Dharma sekarang memiliki 8 Fakultas dengan 25 Program Studi, 3 Program Pasca Sarjana, 1 Program Profesi, dan 3 Program Khusus Bersertifikat. Sekarang ini banyak hal berkembang di Universitas Sanata Dharma. Perkembangannya meliputi berbagai aspek, baik sarana fisik (gedung, lab, perpustakaan, dan fasilitas fisik lainnya),


(47)

administrasi (sistem informasi, manajemen, biro/lembaga/pusat/serta unit pendukung), peningkatan mutu akademik, penelitian, pengajaran, serta pengabdian pada masyarakat.

5. Nama-nama yang pernah menjabat Rektor Universitas Sanata Dharma:

a. Prof. Dr. N. Drijarkara, S.J. (1955-1967)

b. Drs. J. Drost, S.J. (1968-1976)

c. Prof. Dr. A.M. Kadarman, S.J. (1977-1984)

d. Drs. F.X. Danuwinata, S.J. (1984-1988)

e. Drs. A. Tutoyo, M.Sc. (1988-1993)

f. Dr. M. Sastrapratedja, S.J. (1993-2001)

g. Dr. Paulus Suparno, S.J., MST (2001-2006)

h. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., M.Sc. (2006-sekarang)

B. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Universitas Sanata Dharma 1. Visi

Universitas Sanata Dharma (USD) didirikan oleh Serikat Yesus Provinsi Indonesia bersama dengan rekan imam dan awam Katolik untuk berpartisipasi dalam usaha melindungi dan meningkatkan martabat manusia

dengan memadukan keunggulan akademik dan nilai kemanusiaan.

a. Universitas Sanata Dharma terdorong untuk terus mencari, menemukan,

dan mengungkapkan kebenaran secara obyektif dengan kebebasannya. Hal itu didasarkan pada pengakuan akan kebaikan hakiki dunia sebagai ciptaan


(48)

Allah yang harus dipelajari, diselidiki, dan direnungkan maknanya serta dibangun dan dilestarikan demi kesejahteraan umat manusia dan kemuliaan Allah yang lebih besar.

b. Menyadari peran penting generasi muda dalam mewujudkan masa depan

bangsa Indonesia. Universitas Sanata Dharma merasa terpanggil untuk

memberikan sumbangan positif kepada usaha bersama dalam

pengembangan pikiran, hati, dan kehendak kaum muda, dengan maksud membangkitkan potensi mereka untuk secara aktif dan kreatif ikut membangun masyarakat pluralistic yang adil, demokratis, dan sejahtera.

c. Usaha pengembangan itu didasarkan pada nilai kebangsaan dan

kebudayaan nasional seperti terungkap dalam Pancasila dan UUD 1945. Pada visi kristiani mengenai martabat manusia sebagai ciptaan Allah, tanggung jawab sosialnya serta tujuannya yang luhur dan pada spiritualitas Ignatian yang terwujud dalam arah pendidikan Serikat Yesus

seperti “menjadi manusia bagi sesama” (men and women for and with others), perhatian pribadi (cura personalis), serta semangat keunggulan

(magis) dan dialogis.

2. Misi

a. Mengembangkan sistem pendidikan yang dapat memadukan keunggulan

akademik dan nilai kemanusiaan.

b. Mengembangkan universitas yang dapat menjadi hati nurani kritis


(49)

c. Menyelenggarakan penelitian terutama untuk lebih menggali secara kritis kebenaran manusiawi dan mengembangkan martabat manusia.

d. Mengembangkan kebebasan akademik dan otonomi keilmuan untuk dapat

menemukan kebenaran berdasarkan pada etika keilmuan.

e. Menyelenggarakan pendidikan yang humanis dengan semangat dialogis

yang mengembangkan segi intelektual, moral, emosional, dan spiritual secara terpadu.

f. Membantu mahasiswa menjadi manusia yang utuh, kritis, dewasa, dan

dapat berguna bagi masyarakat.

g. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan sekaligus membantu

mahasiswa untuk mengembangkan kepekaan social terhadap masyarakat.

h. Mempersiapkan tenaga yang professional, baik dalam bidang keilmuan

maupun dalam bidang kependidikan.

3. Tujuan Pendidikan

Pendidikan di USD bertujuan membantu mencerdaskan putra-putri bangsa dengan memadukan keunggulan akademik dan nilai-nilai humanistic yang berlandaskan nilai-nilai Kristiani yang universal dan cita-cita kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila, sehingga memiliki kemampuan akademik sesuai dengan bidang studinya dan integritas kepribadian yang tinggi.


(50)

C. Struktur Organisasi

Keterangan:

: Garis komando : Garis koordinasi

1. Senat Fakultas merupakan badan normatif dan perwakilan tertinggi di tingkat

fakultas yang memiliki wewenang dalam menjabarkan kebijakan dan peraturan universitas untuk fakultas.

SENAT FAKULTAS

Unit MKK Fakultas (MKDK)

LPPM DEKAN FKIP

WD I WD II

Pusat Penelitian & Pelayanan Pendidikan (PA) Unit PPL dan

Laboratorium

Micro Teaching

Unit Tata Usaha JIP Kajur Sekjur JIPS Kajur Sekjur JPBS Kajur Sekjur JPMIPA Kajur Sekjur Prodi D2-PGSD Kaprodi Wakaprodi Kalab & Koord.PPL Prodi BK Kaprodi Wakaprodi Kalab & Koord.PPL Prodi IPPAK Kaprodi Wakaprodi Kalab & Koord.PPL Prodi PSej Kaprodi Wakaprodi Kalab & Koord.PPL Prodi PE Kaprodi Wakaprodi Kalab & Koord.PPL Prodi PAK Kaprodi Wakaprodi Kalab & Koord.PPL Prodi PBI Kaprodi Wakaprodi Kalab & Koord.PPL Prodi PBSID Kaprodi Wakaprodi Kalab & Koord.PPL Prodi PMat Kaprodi Wakaprodi Kalab & Koord.PPL Prodi PFis Kaprodi Wakaprodi Kalab & Koord.PPL Prodi S1-PGSD Kaprodi Wakaprodi Kalab & Koord.PPL Dosen Mahasiswa Dosen Mahasiswa Dosen Mahasiswa Dosen Mahasiswa Dosen Mahasiswa Dosen Mahasiswa Dosen Mahasiswa Dosen Mahasiswa Dosen Mahasiswa Dosen Mahasiswa Dosen Mahasiswa


(51)

2. Dekan FKIP memimpin FKIP dibantu oleh WD I (Wakil Dekan I bidang akademik) dan WD II (Wakil Dekan II bidang administrasi umum dan bidang keuangan). Tugas Dekan dan Wakil Dekan (Staf Dekanat) adalah sebagai berikut:

a. Dekan bertugas memimpin penyelenggaraan pendidikan, pengajaran,

penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, membina tenaga kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi, dan bertanggung jawab kepada Rektor.

b. Wakil Dekan I (WD I) bertugas membantu dekan dalam memimpin

pelaksanaan kegiatan di bidang akademik yang meliputi pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.

c. Wakil Dekan II (WD II) bertugas membantu Dekan dalam memimpin

pelaksanaan kegiatan di bidang administrasi umum dan keuangan.

d. Tugas yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan di bidang

pendidikan yang bersifat kokurikuler dan ekstrakurikuler serta kemahasiswaan menjadi tanggung jawab bersama Staf Dekanat, sedangkan urusan yang berhubungan dengan keuangan kegiatan kemahasiswaan tingkat fakultas dikelola oleh WD II.

3. Unit MKK Fakultas (MKDK) bertugas mengatur dan mengkoordinasikan

penyelenggaraan Mata Kuliah Keahlian (MKK) fakultas atau Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK) di lingkup fakultas. Unit ini dipimpin oleh WD I yang bertanggung jawab langsung kepada dekan.


(52)

4. Pusat Penelitian dan Pelayanan Pendidikan (P4) bertugas membantu dan mengkoordinasikan kegiatan penelitian dan pelayanan pendidikan kepada masyarakat luar dan membagikan berbagai tugas tersebut kepada dosen-dosen yang terkait dalam koordinasi dengan dekanat FKIP. P4 dipimpin oleh kepala P4.

5. Unit tata usaha menyelenggarakan administrasi kegiatan akademik pada

tiap-tiap program studi. Unit tata usaha dalam menjalankan tugasnya berada di bawah koordinasi Wakil Dekan II. Unit tata usaha FKIP dipimpin oleh seorang Kepala Tata Usaha (KTU) yang bertanggung jawab langsung kepada WD II.

6. Unit PPL bertugas mengatur dan mengkoordinasikan penyelenggaraan PPL

mahasiswa dalam lingkup fakultas dan mengelola Laboratorium Micro

Teaching fakultas. Unit PPL fakultas dipimpin oleh seorang ketua unit PPL

yang sekaligus menjadi koordinator Laboratorium Micro Teaching fakultas

dan bertanggung jawab langsung kepada dekan.

7. Ketua Jurusan (kajur) bertugas memimpin jurusan, dibantu oleh sekretaris

jurusan (sekjur).

8. Ketua program studi (kaprodi) bertugas memimpin prodi, dibantu oleh

seorang wakil ketua program studi (wakaprodi). Prodi adalah satuan pelaksana pendidikan yang bertugas melaksanakan satuan kurikulum untuk satu keahlian tertentu.


(53)

9. Dosen tetap FKIP USD terdiri dari dosen yang diangkat oleh Yayasan Sanata Dharma dan dosen PNS yang diperbantukan pada USD menjadi pegawai tetap di lingkup FKIP dengan tugas untuk mengajar, mengadakan penelitian, dan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Setiap dosen tetap di lingkup FKIP diindukkan pada suatu prodi sesuai dengan bidang keahlian yang dimilikinya.

10.Dosen tidak tetap (DTT) FKIP USD adalah tenaga pendidik yang mendapat

surat tugas dari rektor USD dengan tugas untuk mengajar di suatu prodi di lingkup FKIP USD untuk jangka waktu tertentu.

11.Mahasiswa FKIP USD adalah orang yang terdaftar sebagai peserta didik di

suatu program studi yang diselenggarakan oleh suatu jurusan atau prodi di lingkup FKIP USD.

D. Daftar Jumlah Dosen

Tabel 4.1

Tabel Jumlah Keseluruhan Dosen Tetap dan Tidak Tetap Diklasifikasikan Berdasarkan Setiap Fakultas Tahun 2012

No Fakultas Jumlah Dosen

1 Ekonomi 41

2 Farmasi 29

3 MIPA 2

4 Psikologi 22

5 Sains dan Teknologi 67

6 Sastra 37

7 Teknik 2

8 Teologi 22


(54)

10 Program S2 2

11 Pascasarjana 3

Jumlah 340

E. Sejarah Pajak Penghasilan

Sejarah pengenaan Pajak Penghasilan di Indonesia dimulai dengan

adanya tenement tax (huistaks) pada tahun 1816, yakni sejenis pajak yang

dikenakan sebagai sewa terhadap mereka yang menggunakan bumi sebagai tempat berdirinya rumah atau bangunan.

1. Sebelum tahun 1920

Widi Widodo (2010: 103) sistem pajak yang diberlakukan di Indonesia

dibedakan atas orang pribumi, orang asing Asia, dan orang Eropa. Yaitu tax

patent duty merupakan pajak penghasilan bagi orang Eropa, dan business tax

untuk Pajak Penghasilan bagi orang Indonesia.

Tobias Soebekti dalam Azhar A. Samudera menjelaskan bahwa business tax

tahun 1878 dikenakan untuk pribumi sebesar 2% per tahun dati penghasilan, dan 4% per tahun dari penghasilan bagi orang asing Asia. Seluruh orang Imdonesia atau yang dianggap secara hokum menjadi orang Indonesia yang ikut serta dalam perdagangan kecil-kecilan atau eceran baik untuk dirinya sendiri maupun untuk pihak lain yang merupakan subjek dari pajak ini.

Dikecualiakan menurut Undang-undang business tax adalah para petani dan

buruh yang bekerja pada tanah pertanian, kepala desa dan pegawai pemerintahan.


(55)

Tax patent duty yang berlaku di Indonesia adalah pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang diperoleh dari usaha. Pajak tersebut dikenakan terhadap pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pertanian, manufaktur, kerajinan tangan, atau kegiatan industry di Hindia Belanda. Memiliki tarif proporsional, yakni 2% dari penghasilan. Penghasilan minimum tidak disebutkan dan biaya pengeluaran dari rumah tangga atau pengeluaran pribadi tidak termasuk dalam perhitungan yang dikenakan pajak. Menurut Widi Widodo (2010:104) Pajak penghasilan untuk pertama kali dipungut di Indonesia berdasarkan Ordonansi Pendapatan 1908 yang kemudian ordonansi ini diganti dengan Ordonansi Pajak Pendapatan 1920.

2. Tahun 1920

Menurut Mansury (1996) Ordonansi Pajak Pendapatan 1920 merupakan undang-undang pajak yang memberlakukan pengenaan pajak yang sama tanpa melihat asal usul keturunan dan pada masa itu pula pajak kekayaan mulai dikenakan.

Pada tahun 1921 Ordonansi PPd 1920 diperbaharui menjadi The

Reseived Ordinance on the Income Tax of 1920. Menurut Ordonansi ini pengertian penghasilan adalah jumlah keseluruan yang diterima baik dalam bentuk uang atau yang dapat dinilai dengan uang yang diperoleh dari barang-barang bergerak atau tidak bergerak, atau dari kegiatan perdagangan atau pekerjaan keilmuan atau pekerjaan lain, baik yang dikerjakan sekali-sekali atau secara kontinu; kegiatan kantor perusahaan, pelayanan dan dari


(56)

keuntungan lain yang diperoleh setelah dikurangi ongkos-ongkos pengeluaran.

Tobias Soebekti dalam bukunya Widi Widodo (2010:104) menjelaskan mengenai prinsip-prinsip Undang Undang Pajak Pendapatan adalah :

a. Pajak ditetapkan pada perseorangan, Badan, pemegang saham, kerja sama

perdagangan, dan badan hukum lainnya termasuk perusahaan asing yang berkegiatan di Indonesia.

b. Penilaian pajak tahunan dihitung menurut system fiktif. Penghasilan

secara total yang diperoleh dari berbagai sumber sejak tanggal 1 Januari setiap tahun digunakan sebagai jumlah penghasilan regular. Peningkatan atau penurunan pendapatan selama tahun takwin tidak disajikan sebagai patokan.

c. Penghasilan wanita menikah disatukan dengan penghasilan suaminya,

kecuali dimana pasangan tersebut tinggal secara terpisah atau mengatur kekayaan terpisah.

Gunawan Wibisono dalam bukunya Widi Widodo (2010:105) menjelaskan bahwa untuk pertama kalinya pajak atas penghasilan di Indonesia

pada tahun 1878 dengan nama Patentrecht, Ordonansi Pajak Pendapatan 1908

berlaku terhadap golongan penduduk Eropa dan orang-orang yang disamakan dengan orang Eropa, demikian pula terhadap badan-badan usaha yang dimilikinya. Sedangkan untuk orang pribumi dan lainnya terkena pajak lebih


(57)

Setelah kejadian Perang Dunia I menyebabkan pelaksanaan atas inifikasi di bidang perpajakan diganti yang hanya berlaku untuk golongan penduduk tertentu termasuk bagi orang maupun Badan.

Mansury dalam bukunya Widi Widodo mengungkapkan bahwa pada tahun

1925 ditetapkan peraturan perundang-undangan Corporation Tax Ordinance

of 1925 (Ordonansi Pajak Perseroan PPS 1925) yang berlaku hingga tahun 1983.

Berlakunya peraturan perundang-undangan tersebut yang dimana subjek adalah badan hukum, yaitu PT, CV, atas saham, objeknya adalah laba bersih. Ordonansi dikeluarkan dengan tujuan guna penanaman modal asing di Indonesia.

3. Tahun 1932-1983

Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 ini semula bernama Pajak Perang. Namun sejak 1 Januari 1946 di ubah menjadi Pajak Peralihan. Yang kemudian dengan Undang Undang No.21 Tahun 1957 nama ordonansi tersebut dengan resmi menjadi Ordonansi Pajak Pendapatan 1944.

Widi Widodo (2010:106) mengemukakan bentuk asli ordonansi Pajak Pendapatan disiapkan di Australia oleh pemerintah Hindia Belanda dalam pelarian, sewaktu Indonesia di duduki Jepang.

Orang Pribadi dan Badan ditetapkan sebagai subjek penghasilan, sedangkan Objek Pajaknya adalah penghasilan bersih dan tidak jarang ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Pajak Pendapatan 1932 masi


(58)

digunakan karena banyaknya persoalan yang tidak tercakup, khususnya yang menyangkut hal-hal yang tidak diatur dalam Ordonansi Pajak Pendapatan 1944.

4. Tahun 1984

Pada tanggal 31 Desember 1983 Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) yang disahkan, dan berlaku tanggal 1 Januari 1984. Kemudian dilakukan perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1983, yaitu dengan disahkannya Undang-Undang No.7 1991 tentang Pajak Penghasilan. Tahun 1984 telah lahir pula Undang-Undang No. 10 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang PPh sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1991. Terakhir diubah lagi dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 yang mulai berlaku tanggal 1Januari 2001.

Sejalan perkembangan dunia usaha dan perekonomian dunia internasional, pemerintah sekali lagi melakukan reformasi pajak atas Undang Undang No. 7 Tahun 1983 tentang PPh dengan mengesahkan Undang Undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh yang merupakan perubahan ketiga atas Undang Undang No. 7 Tahun 1983 tentang PPh. Sebelum terbitnya Undang Undang No. 36 Tahun 2008, telah pula dilakukan perubahan terhadap Undang Undang No. 16 tahun 2000 yang merupakan perubahan ketiga atas Undang Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umun dan Tata Cara


(59)

Perpajakan, yaitu dengan Undang Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(60)

BAB V

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi data

Penelitian ini dilakukan pada awal bulan Maret 2012 sampai dengan akhir bulan Maret 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Subjek penelitian ini adalah dosen tetap dan dosen tidak tetap Universitas Sanata Dharma. Kuesioner yang dibagikan kepada Dosen sebagai responden penelitian ini sebanyak 100 kuesioner. Secara lengkap sebaran responden penelitian disajikan pada tabel berikut :

Tabel 5.1

Sebaran Responden Penelitian

No Fakultas Jumlah

Keseluruhan Responden

Jumlah Responden

1 Ekonomi 41 21

2 Keguruan dan Ilmu Pendidikan 125 20

3 Psikologi 35 11

4 Farmasi 40 8

5 Sains dan Teknologi 56 15

6 Sastra 21 10

7 Teologi 22 10

8 Pasca Sarjana 5 5

Jumlah 345 100

Tabel 5.1 menunjukkan penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara menggelompokkan responden ke dalam beberapa Fakultas, saat ini Sanata Dharma memiliki 8 Fakultas. Jumlah kuesioner yang dibagikan keseluruh


(61)

Fakultas sebanyak 345 kuesioner. Kuesoner yang kembali dan telah terisi sejumlah 100 kuesioner. Dari setiap Fakultas; untuk Fakultas Ekonomi dari keselurahan responden sebanyak 41, kuesioner yang terisi dan kembali sejumlah 21; untuk Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dari keseluruhan responden sebanyak 125, kuesioner yang terisi dan kembali sejumlah 20; untuk Fakultas Psikologi dari keseluruhan responden sebanyak 35, kuesioner yang terisi dan kembali sejumlah 11; untuk Fakultas Farmasi dari keseluruhan responden sebanyak 40, kuesioner yang terisi dan kembali sejumlah 8; untuk Fakultas Sains dan Teknologi dari keseluruhan responden sebanyak 56, kuesioner yang terisi dan kembali sejumlah 15; untuk Fakultas Sastra dari keseluruhan responden sebanyak 21, kuesioner yang terisi dan kembali sejumlah 10; untuk Fakultas Teologi dari keseluruhan responden sebanyak 22, kuesioner yang terisi dan kembali sejumlah 10; untuk Fakultas Pasca Sarjana dari keseluruhan responden sebanyak 5, kuesioner yang terisi dan kembali sejumlah 5.


(62)

Berikut ini diuraikan tingkat kepatuhan setiap Fakultas menurut sebaran responden :

1. Tingkat kepatuhan pada Fakultas Ekonomi

Tabel 5.2

Tingkat Kepatuhan Fakultas Ekonomi No. Kategori Jawaban

Pernyataan

Jumlah Responden

Persentase

1. Patuh 18 85%

2. Tidak Patuh 3 15%

Total 21 100%

Tabel 5.2 menunjukkan tingkat kepatuhan pada Fakultas Ekonomi yaitu wajib pajak orang pribadi yang patuh sebesar 18 responden atau 85%, sedangkan yang tidak patuh sebesar 3 responden atau 15% dengan jumlah keseluruhan responden sebanyak 21 responden.

2. Tingkat kepatuhan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Tabel 5.3

Tingkat Kepatuhan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan No. Kategori Jawaban

Pernyataan

Jumlah Responden

Persentase

1. Patuh 16 80%

2. Tidak Patuh 4 20%


(63)

Tabel 5.3 menunjukkan tingkat kepatuhan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yaitu wajib pajak orang pribadi yang patuh sebesar 16 responden atau 80%, sedangkan yang tidak patuh sebesar 4 responden atau 20% dengan jumlah keseluruhan responden sebanyak 20 responden.

3. Tingkat kepatuhan pada Fakultas Psikologi

Tabel 5.4

Tingkat Kepatuhan Fakultas Psikologi No. Kategori Jawaban

Pernyataan

Jumlah Responden

Persentase

1. Patuh 9 82%

2. Tidak Patuh 2 18%

Total 11 100%

Tabel 5.4 menunjukkan tingkat kepatuhan pada Fakultas Psikologi yaitu wajib pajak orang pribadi yang patuh sebesar 9 responden atau 82%, sedangkan yang tidak patuh sebesar 2 responden atau 18% dengan jumlah keseluruhan responden sebanyak 11 responden.


(64)

4. Tingkat kepatuhan pada Fakultas Farmasi

Tabel 5.5

Tingkat Kepatuhan Fakultas Farmasi No. Kategori Jawaban

Pernyataan

Jumlah Responden

Persentase

1. Patuh 7 88%

2. Tidak Patuh 1 12%

Total 8 100%

Tabel 5.5 menunjukkan tingkat kepatuhan pada Fakultas Farmasi yaitu wajib pajak orang pribadi yang patuh sebesar 7 responden atau 88%, sedangkan yang tidak patuh sebesar 1 responden atau 12% dengan jumlah keseluruhan responden sebanyak 8 responden.

5. Tingkat kepatuhan pada Fakultas Sains dan Teknologi

Tabel 5.6

Tingkat Kepatuhan Fakultas Sains dan Teknologi No. Kategori Jawaban

Pernyataan

Jumlah Responden

Persentase

1. Patuh 10 67%

2. Tidak Patuh 5 33%


(65)

Tabel 5.6 menunjukkan tingkat kepatuhan pada Fakultas Sains dan Teknologi yaitu wajib pajak orang pribadi yang patuh sebesar 10 responden atau 67%, sedangkan yang tidak patuh sebesar 5 responden atau 33% dengan jumlah keseluruhan responden sebanyak 15 responden.

6. Tingkat kepatuhan pada Fakultas Sastra

Tabel 5.7

Tingkat Kepatuhan Fakultas Sastra No. Kategori Jawaban

Pernyataan

Jumlah Responden

Persentase

1. Patuh 6 60%

2. Tidak Patuh 4 40%

Total 10 100%

Tabel 5.7 menunjukkan tingkat kepatuhan pada Fakultas Sastra yaitu wajib pajak orang pribadi yang patuh sebesar 6 responden atau 60%, sedangkan yang tidak patuh sebesar 4 responden atau 40% dengan jumlah keseluruhan responden sebanyak 10 responden.


(1)

53 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 33

54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29

55 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 18

56 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 28

57 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 23

58 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29

59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 26

60 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 37

61 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 23

62 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31

63 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 28

64 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 31

65 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 26

66 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 30

67 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 20

68 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 33

69 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 32

70 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 32

71 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 20

72 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 21

73 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 21

74 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 21

75 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 26

76 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30

77 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 15

78 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 35

79 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

80 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29

81 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 19

82 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 31

83 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 36

84 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 26

85 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 20

86 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 26

87 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 33

88 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 30

89 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 28

90 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 34

91 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15

92 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 26

93 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 29

94 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 29

95 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28

96 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 23

97 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 19

98 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 25

99 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 25

100 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 16


(3)

UNIVERSITt:lS

SI:lNI:lTGl

trIHrtRMI:l

YOGYNKRRTN

SURAT

IZIN

PENETITIAN

Nomor

:

01.9/WR

l/F/lt/2012

Pimpinan Universitas

Sanata

Dharrn

Yogyakarta,

dengan

ini memberikan

izin

melakukan penelitian

kepada:

Nama

No. Mhs

Prodi

Institusi

Lokasi

Waktu

|udul

Dosen Pemb.

Responden

Mohon

unitterkait

Prawigati Legowo

071334043

Pendidikan

Akuntansi

Universitas

Sanata

Dharma

Universitas

Sanata

Dharma,

Yogyakarta

Bulan

Maret

- Apiil2m2

Kepatuhan

Waiib

Pajak

Or*g

Pribadi

Dalam Pengisian

SuratPemberitahuan

(SFT)

Tahunan.

Studi

Kasus:

Dosen

Universitas

Sanata

Dhaflna

Drs. Bambang

Purnomo,

S.E.,

MSi.

Dosen

Universitas

Sanata

Dharnra

dapat

membantu

yang bersangkutan

sepelunya.

20

Februari

2012

akil

Rektor

I

inik Yudianti,

M.Acc.,

QIA.

Tembusan:

Yth.

Segenap

Dekan

Mrican, Tromol Pos

29

Yogyakarta 55002 Telp.

(0274)

513301, 515352 Fax. (0274) 562383

Rek.

Giro.

:

CIMB Niaga

No.287.A1,00272.00.5

dan

018.01

.24169.00.7

MandiriNo.

137.00.0421493.4

Homepage

:

http://wwuusd.ac.id,

E-mail : rektorat@staff.usd.ac.id

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

I

F

Fakultas Keguruan

dan

IImu

Pendidikan

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Mrican. Tromol

Pos 29

Yogyakarta 55002. Telp. (0274) 513301, 515352,Fax.

(027$562383

Nomor

:02llPnltIKajur/PIPS/IV20l2

Iampiran

:

_

Hal:@

Kepada

Yth.

Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi

Dengan

hormat,

Dengan

ini

kami

memohonkan

ljin

bagr mahasiswa

kami,

Nama

No.

Mhs

Prograrn Studi

Jurusan

Semester

Prawigati

lrgowo

07

1334 003

Pendidikan

Akuntansi

Pendidikan

Ilmu

Pengetahuan

Sosial

X

(Seputuh)

Untuk

melaksanakao

penelitian

dalam

ru*il

pe,rsiaan

penyusunan

Skripsi/Iv1akalah,

dengan

ketentuan

sebagai

berikut:

Lokasi

:

Universitas

SanataDhema

Waktu

:Maet-Aprjtr20l2

Topik/Judul

:

Kepatuhan

Wqiib

Pajak

Oreg

Pribadi Dalam

Pe,ngisian

Surat

Pemberitahuan

(SPT)

Tahunan

Studi

kasus :

Doseir Universitas

S@taDhma

Atas Perhatian

dan

ijin

yang diberikan,

kami

ucapkan

tsrima

kasih

s.E.,M.Si.

Tembusan:

1.

Sekretariat Progam Studi Pendidikan

Akuntansi

2.

Dekan

FKIP

3.

Yang bersangkutan

r

t

t

I

t

Yogyakarta, 20 Febuari 2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

vi

ABSTRAK

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM PENGISIAN

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN

Studi Kasus: Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Prawigati Legowo

Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa patuh wajib pajak orang

pribadi, yang terkait dengan kewajiban yang harus dilakukan sebagai wajib pajak

orang pribadi dalam pengisian dan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

tahun pajak 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi penelitian

ini adalah seluruh Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah responden

penelitian sebanyak 100 Dosen. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik

analisis data adalah deskriptif kuantitatif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa 78 responden (78%) memiliki

kepatuhan dalam pengisian, pembayaran dan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)

dari wajib pajak orang pribadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

vii

ABSTRACT

THE OBEDIENCE OF INDIVIDUAL TAXPAYERS IN COMPLETING

ANNUAL TAX RETURNS

A Case Study: Lecturers of Sanata Dharma University Yogyakarta

Prawigati Legowo

Sanata Dharma University

2013

This research aims to know how obedient individual taxpayers are in

completing annual tax return. This research is related to the obligation of individual

taxpayers in completing The Annual Tax Returns (SPT) in 2012 tax year. This is a

descriptive research. The population of this research are all lecturers of Sanata

Dharma University. There are 100 lecturers as respondents. The technique used to

collect the data is questionnaire. The technique used to analyze the data is descriptive

quantitative.

Data analysis indicates that 78 respondents (78%) are individual tax payers

who obey to complete, pay and report The Annual Tax Return (SPT).