ikut bertanggung jawab membiayai pemerintahan suatu negara. Tidak banyak yang merasa bangga sudah membayar pajak dan ikut berpartisipasi dalam
pembiayaan negara. Membayar pajak bukanlah tindakan yang mudah dan sederhana, tetapi
di dalam pelaksanaannya penuh dengan hal yang bersifat emosional. Karena pada dasarnya tidak seorang pun yang menikmati kegiatan membayar pajak
seperti menikmati kegiatan berbelanja. Di samping itu, potensi bertahan untuk tidak membayar pajak sudah menjadi taxpayers behavior.
D. Bagaimana Tingkat Kepatuhan Pajak di Indonesia
Menurut Simon James yang dikutip oleh Gunadi 2005, pengertian kepatuhan pajak adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi
kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, atau pun ancaman
dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi. Dalam Practice Note tentang Compliance Measurement yang
diterbitkan oleh OECD 2001, kepatuhan dibagi menjadi dua kategori, yaitu kepatuhan administratif dan kepatuhan teknis. Kepatuhan administratif
mencakup kepatuhan pelaporan dan kepatuhan prosedural. Sedangkan kepatuhan teknis mencakup kepatuhan dalam perhitungan jumlah pajak yang
akan dibayar oleh wajib pajak.
Menurut Nurmantu 2003, terdapat dua macam kepatuhan yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material.
1. Kepatuhan Formal Kepatuhan pajak merupakan persoalan rumit yang sejak dulu ada
diperpajakan. Di Indonesia sendiri, rasio kepatuhan Wajib Pajak yang menjadi indikator kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan
pemenuhan kewajiban perpajakannya dari tahun ke tahun masih menunjukkan presentase yang tidak mengalami peningkatan secara
berarti. Hal ini didasarkan jika melihat perbandingan jumlah Wajib Pajak yang memenuhi syarat patuh di Indonesia sedikit sekali jika
dibandingkann dengan jumlah total Wajib Pajak terdaftar, pada data terakhir dari Direktorat Jendral Pajak mengenai penyampaian SPT
Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2007 jumlah Wajib Pajak efektif sebanyak 2.267.965 dibandingkan dengan jumlah SPT yang masuk
sebanyak 765.665 maka angka rasionya SPT masuk hanya berkisar 33,36. Di Indonesia, kepatuhan formal ditunjukkan dengan ketepatan
waktu responden dalam melaksanakan kewajibannya. Menurut Undang Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang dapat diidentifikasi sebagai kewajiban Wajib Pajak dalam Perpajakan adalah hal-hal berikut di mana
dapat diteliti sebagai indikator kepatuhan formal Wajib Pajak.
Tabel 2. 1 Indikator Kepatuhan formal
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 tentang KUP
No Pasal
Perihal Ketentuan Pajak
1.
2.
3. 2 ayat 1
2 ayat 2
3 ayat 1 Pendaftaran
dan Pengukuhan
Pendaftaran dan
Pengukuhan
Kewajiban Penyampaian
SPT Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi
persyaratan subyektif dan obyektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib
Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan
usahanya pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayahnya kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha
dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan
jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka arab,
satuan mata
uang Rupiah,
dan
4.
5. 3 ayat 3
9 ayat 1 Batas Waktu
Penyampaian SPT
Pembayaran dan
Penyetoran Pajak
menandatangani serta menyampaikan ke kantor Direktorat Jendral Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh
Direktorat Jendral Pajak. Batas
waktu penyampaian
Surat Pemberitahuan adalah :
a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 dua puluh hari
setelah akhir Masa Pajak, b. Untuk
Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak OP, paling lama 3 tiga
bulan setelah akhir Tahun Pajak, atau
c. Untuk Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Badan, paling lama 4 empat bulan setelah akhir Tahun
Pajak. Menteri Keuangan menentukan tanggal
jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau
Masa Pajak bagi msing-masing jenis pajak, paling lama 15 lima belas hari
setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.
2. Kepatuhan Material Jika kepatuhan formal terbatas pada pemenuhan Wajib Pajak
secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan, maka kepatuhan material lebih dalam cakupannya yaitu pemenuhan secara
substantif isi dan jiwa ketentuan perpajakan. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif hakikat memenuhi
semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang- undang perpajakan Widi Widodo, 2010:69.
Berdasarkan kedua definisi kepatuhan, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan administratif adalah kepatuhan formal, yakni kepatuhan yang
terkait dengan ketentuan umum dan tatacara perpajakan, sedangkan kepatuhan teknis adalah kepatuhan material, yakni kepatuhan yang terkait
dengan kebenaran pengisian SPT dalam menentukan jumlah pajak yang harus dibayar.
E. Arti Wajib Pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu. Kewajiban dari wajib pajak yang utama adalah membayar pajak
sendiri dan memungut atau memotong pajak orang lain dan kemudian