42
4. Bimbingan sosial psikologis. Kondisi amputee berdampak rasa rendah diri dan isolasi diri. Dengan diberikan bimbingan sosial psikologis masalah tsb
dieliminir. Mengatasi masalah sosial psikologis akan lebih cepat bila anak amputee telah mampu menggunakan protese yang dibutuhkan secara
fungsional, sehingga dari aspek kemandirian tidak tergantung orang lain, dan dari aspek kosmetika mampu menaikkan rasa percaya diri anak.
5. Pendidikan khusus. Melalui bimbingan mobilitas dan bimbingan ADL anak dapat datang dan pulang sekolah. Namun dalam penggunaan protese untuk
mengikuti pendidikan membutuhkan perhatian khusus.
2. Batasan
Yang dimaksud bina gerak di sini adalah segala usaha yang berupa latihan yang bertujuan untuk mengubah, memperbaiki dan membentuk pola gerak yang
mendekati pola gerak wajar. Bina gerak merupakan perpaduan dari beberapa macam terapi yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Latihan bina gerak dalam
pelaksanaannya membutuhkan suasana, sikap, lingkungan dan program yang harus disesuaikan dengan sifat gangguan dan disesuaikan dengan kesulitan
umum dan kesulitan khusus masing-masing anak. Suasana yang dibutuhkan adalah suasana yang tenang, hening, segar, seria dan jauh dari kebisingan. Sedang
sikap yang dibutuhkan adalah sikap pelatihguru yang dapat menerima kondisi kecacatannya, sikap kasih sayang, menghargai kemampuan anak, mengendalikan
kegelisahan anak, dsb. Sedang program yang dibutuhkan dalam bina gerak adalah program yang jelas, bervariasi, disesuaikan dengan kemampuan anak,
maju sedikit demi sedikit.
3. Tujuan
Tujuan bina gerak adalah untuk memberikan bekal dan kemampuan gerak yang dapat mengantarkan anak dapat mengadakan partisipasi, berkomunikasi
dan bersosialisasi dengan lingkungannya secara lebih wajar. Bina gerak bertujuan untuk:
a. Penguatan Otot
Tujuan penguatan otot umumnya untuk menguatkan, menjaga, menyegarkan kerja otot baik dengan ataupun tanpa alat bantu. Membina
kekuatan otot yang lemah kadang membutuhkan alat bantu seperti alat penonggak kruk, walking paralel bar, stair case, walker, kursiroda, stand in table,
wall bar, pulley weight,
alat-alat berbentuk silinder, kursi duduk, crawler, tripot, belt, leg skate, bicycle exerciser,
dll. Aktivitasprogram untuk penguatan otot dapat dilakukan terpadu
dengan mata pelajaran yang ada di sekolah dan dapat juga diberikan secara mandiri dalam program fisio terapi. Bentuk kegiatannya diantaranya:
a. Melatih dengan gerakan pasif b. Melatih dengan gerakan aktif
c. Melatih gerakan reflek d. Melatih anak memegang benda
e. Menyuruh anak mengangkat benda
43
f. Melakukan pemijatangosokan g. Melakukan kegiatan mendorong, memutar, memukul, menahan dsb.
b. Memperbaiki gerakan pada persendian
Gerakan seseorang sangat dipengaruhi oleh berfungsi tidaknya persendian tertentu yang terkait dengan organ gerak. Bagi anak tunadaksa
biasanya yang mengalami permasalahangangguan adalah persendian pada sendi bahu, sendi siku, sendi pergelangan tangan, sendi jari tangan, sendi
pinggul, sendi lutut, sendi pergelangan kaki, dan sendi jari kaki.
Beberapa kemungkinan kemampuan gerak sendi adalah gerakan fleksi pengetulan
sendipenekukanmembengkokmelengkung, ekstensi
pengedangangerakan meluruskan, abduksi menjauhi sumbu panjang, aduksi gerakan mendekati sumbu memanjang, rotasi putaran, sirkumduksi
gerakan yang memutar, pronasi gerakan memutar langan bawah ke dalampanco, supinasi pemutaran lengan bawah ke luar, apotemen
mendekat.
Ganguan gerak persendian pada anak dapat tunggal dapat pula ganda. Cara melakukan asesmen dapat dilakukan dengan cara tes dan observasi.
Persendian mana yang mengalami gangguan maka sebelumnya harus dilakukan asesmenobservasi pada persendian yang bersangkutan. Caranya
dengan diminta untuk melakukan gerakan pesendian tertentu sesuai dengan kemungkinan gerak sendi pada persendian yang bersangkutan. Misalnya
sendi siku, sendi ini bila normal memiliki kemungkinan empat macam gerakan, yaitu gerak abduksi, fleksi, ekstensi, rotasi dan sirkunduksi.
c. Memperbaiki koordinasi gerak tubuh